Chapter 5
"Lun, jadi mau daftar eskul musik nggak? Sekalian gue mau keruang musik." tanya Meli saat bel pulang sekolah berbunyi.
"Eh, emang masih bisa ya? Kita kan udah kelas 12?" tanya Luna yang kini tengah membereskan buku-bukunya.
"Nggak pa-pa kali. Gue juga masih ikutan Cheers kok. Si Lisan juga masih ikut English club." Ucap Sonia, dan di beri anggukan juga oleh Meli.
"Ehm, enggak deh. Gue juga agak males." Ucap Luna sambil menggaruk tekuknya. "Tapi nggak ikutan eskul nggak pa-pa kan?"
"Nggak pa-pa. Tuh si Meli juga udah ngga aktif." Ucap Sonia sambil menunjuk kearah Meli.
"Iya, dulu juga gue anggota musik Lun. Tapi ya kesini-sini sih males juga ya." Ucap Meli membuat Luna mengangguk. "Eh Lun temenin gue keruang musik yuk, gue mau ketemu sama Beni bentar."
"Yauda yuk." Ucap Luna sambil berdiri dan menggendong ranselnya. "Eh tapi, ini kantong Lisan gimana?" tanya Luna sambil menunjuk ransel Lisan di sampingnya. "Masa didiemin disini sih?"
"Udah diemin aja. Aman kok. Lagian geng Abah pasti pada diem dulu disini." Ucap Sonia sambil berjalan keluar kelas. "Gue duluan yaa, supir gue udah di depan. Bye!" teriaknya saat gadis itu saat berada di ambang pintu kelas.
"Geng Abah?" tanya Luna pada Meli yang sudah berdiri di sampingnya. Kini mereka berdua sedang berjalan menuju ruang musik, karena kebetulan Meli sedang ada urusan dengan ketua eskul musik tersebut.
"Geng Zelvin dan kawan-kawan." Jawab Meli.
"Zelvin siapa?" tanya Luna lagi. Dia memang belum mengenal anak-anak dikelasnya, dan lagi dia memang tidak terlalu memperhatikan keadaan kelas dan juga orang-orang di dalam kelas.
"Itu loh yang duduk nya di pojok. Yang suka ricuh nggak jelas." Ucap Meli membuat Luna mengangguk. Ya, memang di pojok kelasnya terdapat 6 lelaki dan menurut Luna lelaki itu tampak aktif dan tidak bisa diam. Dan lagi, pojok kelasnya itu selalu menjadi sasaran empuk untuk amukan para guru yang mengajar di kelasnya.
"Yang suka pada barengan sama Aric?" tanya Luna, Meli menoleh kearah Luna lalu menatap gadis itu dengan tatapan heran.
"Kok tau Aric tapi nggak tau Zelvin? Padahal kan, Zelvin lebih terkenal?" tanya Meli.
"Iya pernah sempet ketemu, nggak sengaja."
"Oh iya bener. Waktu lo pertama kali masuk, si Aric nyapa lo kan?" tanya Meli antusias. Luna mengangguk.
Tak berapa lama kemudian pun, mereka berdua sampai di depan ruang musik. Dan untung saja ruang musik tidak tertutup. Meli masuk kedalam, dan diikuti dengan langkah kecil Luna di belakangnya. Entah mengapa, bukannya kembali mengikuti Meli dari belakang, tetapi kaki Luna justru langsung melangkah pada sebuah piano besar warna putih yang terdapat di tengah-tengah ruangan tersebut.
Luna duduk pada kursi kecil di depan piano tersebut, dan jari lentiknya tanpa permisi langsung saja menekan beberapa tuts piano yang menghasilkan sebuah alunan nada yang indah. Luna memang menyukai dunia musik. Dari kecil, saat orangtuanya sibuk bekerja, Luna selalu menghabiskan waktunya bermain piano dengan sang Nenek. Dari kecil, Luna memang menyukai piano. Apalagi Luna sering mengikuti lomba-lomba musik saat kecil, dan piala serta piagam pun telah banyak Luna raih.
Aric yang ternyata kini tengah berdiri di depan ambang pintu ruang musik, menikmati alunan yang diciptakan oleh seorang perempuan yang ia tidak tahu gadis itu siapa. Aric mencoba melangkahkan kakinya mendekati gadis yang masih serius dengan tuts-tuts di depannya. Aric sedikit cercengang saat ternyata yang memainkan piano tersebut adalah Luna. Si murid baru di kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeking for Something [Completed]
Teen Fiction*Abah Squad Community Alaric Abian Wijaya, adalah seorang Abang dari tiga bersaudara. Memiliki orangtua protektif, yang melarang semua kegiatan abstrak yang dilakukannya. fyi, Aric itu jahil dan juga menyebalkan. Kalau tidak begitu, bukan Aric nama...