Capeknya kebangetan. Harus jalan 2 kilometer dengan bawaan yang seabrek. Apa gak ada hati nurani ya tuh polisi yang namanya si Randy Randy itu masa waktu aku jalan dia cuma lewat aja padahalkan liat.
Semuanya harus tanggung jawab karena udah bikin keadaanku mengenaskan kek gini yang pertama itu pak polisi yang udah nilang aku, Ibu Bee yang nyuruh bawa ini itu dan banyak banget ngasih pr, nah yang terakhir pihak stasiun tv yang nayangin bola di saat yang tidak tepat.
Aku langsung merebahkan tubuhku di atas sofa, benar-benar perjalanan yang melelahkan. Aku mencoba mulai terlelap tetapi suara cempreng nan keras itu mengagetkanku.
"Eh buset lo, ngapain masih disini. Lo bolos ye?" Terasa kaca-kaca bergetar bahkan air yang berada di dalam gelas tumpah-tumpah.
"Gue bilangin Bunda sama papa kelar lo hahaha..." ia menyeringai penuh kemenangan."Dasar macan betina," dumelku pelan nyaris tanpa suara tapi rupanya pendengarannya benar-benar tajam.
"Apa maksud lo? Sini, lo mau liat kekuatan macan betina yang sesunguhnya," ku lihat ia tengah menggulung lengan bajunya sampai ke atas, terlihat seperti hendak menerkam mangsanya benar benar menyerupai macan betina yang ngamuk.
Aku udah gak sempat lagi menghindar, dia sudah mengunci tubuhku dengan tangannya. Bonyok dah bonyok.
"DAHLIA RAYA STOP..." seketika itu juga kami menghentikan aktifitas kami, aku melirik sejenak ke arah sumber suara itu kak Mona, kakak iparku tengah menatap kami berdua dengan pandangan penuh perhitungan.
"Kakak, kapan datang?" Tanya Dahlia dengan nada tercekat. Ia lalu sepenuhnya melepaskanku dan duduk di sofa.
Suasana terasa begitu horror. Kak Mona menatap kami berdua. "Baru aja sih, sebenernya kakak mau jemput Andre sama Andra tapi kayaknya kakak berubah pikiran deh saat ngeliat kelakuan kalian."Dahlia terkulai lemas, saat mendengar kalau kak Mona bakal nginap disini yang berarti semua penghuni di rumah ini harus melaksanakan pekerjaan yang diperintahkannya.
"Tadi kakak liat kayaknya cucian numpuk deh, yaudah Dahlia kamu nyuci baju."
"Kak, kan ada laundry," Kakak Mona menatapnya dengan muka bosan.
"APA? Kamu itu udah tua seharusnya udah bisa nyuci baju sendiri bukannya tergantung sama laundry. Iya kalo kamu bakal nikah sama orang yang ada duit, nah kalo kamu jodohnya sama orang yang gak punya gimana? lagipula ngapain buang-buang duit."
Kemudian kakak Mona mengarahkan telunjuknya ke arahku. "Kamu nyuci piring ya sayang. Biar kakak masak." Kak Mona berlalu dari hadapan kami tetapi ia berhenti lagi karena teringat sesuatu.
"Oh iya Dahlia kamu bisa kan bersihin pantat Reno, tadi dia habis poop kakak belum sempet bersihinnya inget ya kamu buang popoknya."Dahlia sontak melototkan matanya dan merengek. "Kak, aku gak mau kalo disuruh bersihin pantat Reno, dia kan habis eek, bau tau"
"Eh kamu itu calon ibu. Pokoknya kakak gak mau tau, kamu harus kerjain itu semua." Dahlia bangun dari duduknya dengan malas-malasan ke tempat wadah baju-baju kotor berada, kulihat ia mengangkatnya dan menaruhnya di samping mesin cuci.
"Inget ya Dahlia yang cantik bersihin pantat Reno dulu ya baru nyuci bajunya. Oh iya bersihin pantat sama nyucinya yang bersih okay" Dahlia hanya berdehem membalas perkataan kak Mona.Akupun segera beranjak dan melaksanakan perintahnya karena saat itu kakak iparku itu nampak belum menyadari kalau aku bolos sekolah. Dia memang sangat tak suka mendengar kalau kami bolos.
"Raya, bentar dulu""Apa ya kak?" Sirine di kepalaku mulai berbunyi menandakan keadaan mulai gawat darurat.
"Kamu gak sekolah ya? Emang hari ini libur?" Aku hendak membuka mulutku tetapi ia memotongnya. "Tapi perasaan hari ini gak tanggal merah deh. KAMU BOLOS YA?" Ia menaikkan nadanya 2 oktaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Pak Polisi
RomanceRaya, anak SMA yang jalan hidupnya biasa-biasa aja seketika berubah setelah bertemu Pak Pol yang menilangnya dan pertemuan itu membawa mereka kepertemuan-pertemuan berikutnya. Saat perasaan 'itu' tumbuh ia harus bersaing dengan kakaknya sendiri yang...