Ketemu Lagi

1.2K 13 1
                                    

Di rumahku kedatangan tamu, aku disuruh membantu menyiapkan minuman untuk sang tamu tersebut. Kulihat Dahlia berlari menuju dapur dan mulai berbisik-bisik di telinga kak Mona.

"Kak, cowok itu siapa sih?" Samar-samar terdengar bisikan. Aku memutar bola mataku ia tak bisa melihat cowok kinclong sedikit saja matanya langsung hijau seperti melihat duit.

"Dia itu sepupu jauh banget sama kakak," Dahlia langsung ber-oh ria.

"Umurnya berapa ya, kak?" tanyanya lagi, aku hanya mendengarkan percakapan dua orang ini tanpa berniat ikut nimbrung.

"Gak tau, tanya aja sendiri deh. Yaudah, Ra, kamu bawain minumannya keluar!" perintahnya kepadaku, sebenarnya aku agak malas kesana tapi aku tak mungkin menolak yang ada nanti aku akan di omelin habis-habisan.

"Gue aja yang kesitu lo disini aja," ucap Dahlia pelan aku menangkat alisku.

Ia langsung mengambil nampan tersebut tapi baru beberapa langkah kak Mona langsung memanggilnya.
"Ngapain kamu bawa itu? kakak nyuruh Raya bukan kamu. Kasih sama Raya!" Dahlia memanyunkan bibirnya lalu ia kembali menaruh nampan tersebut ke atas meja, akupun mengambilnya dan membawanya ke ruang tamu. Dikejauhan nampak papa sama bunda sedang asyik mengobrol dengan beberapa orang tamu tersebut.

Aku pun menaruh benda yang aku bawa tadi di atas meja kaca itu, aku hendak melarikan diri dari tempat itu tapi suara bunda memanggilku dan menyuruhku ikut duduk di sana dengan sedikit rasa terpaksa, aku duduk di samping bunda. Ku pandangin tamu yang berjumlah 4 orang itu, 3 orang dewasa dan 1 anak kecil seumuran Reno yang berada dipangkuan wanita itu.

Perasaan aku pernah melihat salah seorang dari tamu tersebut, tapi dimana? Aku mencoba terus mengingat-ingatnya.
"Aww..." teriakku kesakitan lalu menggosok-gosokkan pahaku yang baru saja dicubit bunda. Bunda terlihat menggertakan giginya kemudian tersenyum canggung ke arah tamu tersebut.

"Udah kelas berapa cantik?" satu-satunya wanita disana sepertinya bertanya kepadaku, dan bodohnya aku tidak menjawab mulutku malah terbuka dan nampak terlihat dongo.

Dengan cepat bunda menjawab pertanyaan wanita itu.
"Kelas 11 SMA jeng"

Wanita itu menangguk
"SMA ya, ngambil jurusan apa?" tanyanya lagi.

"Nah... akhirnya gue inget," seruku kegirangan akhirnya aku baru mengingatnya siapa gerangan orang yang pernah aku lihat itu.

Bunda terlihat melototkan matanya kepadaku dan seperti mengatakan 'awas-kamu'

Aku berdiri dan melangkah mencoba mendekat kepada orang itu. Ia rupanya terlihat masa bodoh saat aku mulai berjalan ke arahnya.
"Eh lo kan yang nilang gue 2 bulan yang lalu?" ku arahkan telunjukku tepat di depan hidungnya, biarkan saja orang lain berpikir aku tak sopan karena melakukan hal ekstrim ini. Seingatku namanya Rendy, ya Rendy terlihat kebingungan. Bunda menarikku menjauh dari sana dan mendorong paksa tubuhku agar aku duduk kembali seperti tadi.

"Maafin anak tante ya Ran, gak sopan banget kayak gak pernah diajarin," aku melipat tangan di dada, menatapnya dengan pandangan penuh permusuhan. Ngapain bunda minta maaf sama orang ini, gara-gara dia aku dimarahin sama ibu lebah trus terancam gak bisa ikut ulangan dan gara-gara dia juga aku terpisah dengan Yellow, dan ia memperlakukannya seperti penjahat.

"Gak papa kok, tan. ABG emang gitu." Ia tersenyum meremehkan. What secara tak langsung dia meledekku, itu juga semuanya gara-gara dia kalo waktu itu dia enggak menilangku mana mungkin aku bersikap seperti itu padanya.

Aku menatapnya dengan pandangan penuh api permusuhan, sedangkan yang ditatap hanya mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum mengejek. Raya, kamu ke sana aja. Bunda terlihat mengisyaratkan dengan matanya, aku mengangguk lalu beranjak dari sofa.

"Permisi tan, om." Kuberikan senyuman paling manis untuk 2 orang tersebut kemudian melangkah ke dapur.

Tubuhku rasanya seperti melayang saat Dahlia menarikku dengan begitu kencangnya. Ku elus pergelanganku yang memerah akibat dari perlakuan Dahlia yang tidak keprikekakaan. "Eh, lo gak sopan banget sih ama calon suami gue," bisiknya pelan kepadaku tanpa meninggalkan nada sinis disana.

"Calon suami? hahaha....." aku tak bisa menahan tawa saat Dahlia berbicara dengan PeDe-nya mengikrarkan bahwa lelaki yang ada di depan itu adalah calon suaminya, ku tempelkan punggung tanganku ke dahinya tapi rasanya tak panas, suhu kulitnya normal saja.
"Lo lagi gak sakit kan?"

"Enggak lah, lo masih gak percaya gitu sama gue, tadi itu kata kak Mona, cowok itu bakal dinikahin sama anaknya papa siapa lagi kalo bukan gue masa sama lo yang masih sekolah. Gue bentar lagi lulus kuliah ya pasti sama gue lah." Kalo dipikir-pikir memang ada benarnya juga perkataan Dahlia itu, aku hanya manggut-manggut pertanda mengerti.
"Jadi lo gak boleh gituin calon kakak ipar lo. Yaudah gue mau dandan dulu siapa tau waktu dia ngeliat muka gue yang cantik ini dia bakal gak sabar nikahin gue dan minta dipercepat."

Entah dari mana kepercayaan dirinya yang sudah stadium akhir itu tercipta, karena sekarang ia sudah berlari menuju tangga untuk ke kamarnya di lantai 2.

****

Mereka semua masih asyik mengobrol, tentunya aku masih saja mengintip dari balik tirai pemisah antara ruang tamu dengan ruang tengah. Randy melihat ke arahku sepertinya ia menyadarinya, aku melangkah mundur agar ia tak melihatku lagi.

Para tamu itu terlihat pamit, dan ya, mereka semua melangkah ke pintu disusul oleh bunda dan papa.

Oh sebentar... untuk apa aku berdiri disini sambil mengintip orang itu, aku mengetuk kepalaku sepertinya otakku mulai konslet. Aku berbalik badan kulihat Dahlia turun dari tangga dengan sedikit berlari.

"Ngapain lo turun, dia udah balik 5 menit yang lalu, lo sih lama pake acara dandan segala." Dahlia membulatkan matanya dan berlari menuju ruang tamu sepertinya tak percaya akan kata-kataku tadi, aku mengangkat bahuku acuh mencoba mengabaikannya dan masuk ke dalam kamar.

Hapeku berbunyi tepat disaat aku mulai terlelap dengan geram aku meraihnya dan menekan layar dengan kesal.

"Halo, siapa ya?"

" ..... "

"Oh elo, Gi. Ada apa ya?"

"........."

"Lo ngomong gak penting banget sih. Yaudah gue tutup aja ya BYE."

Hatiku semakin dongkol dibuatnya, cowok ini gak ada malu-malunya apa? Masa waktu itu dia sendiri yang mutusin dan bilang 'kita udah gak cocok lagi dan anggap aja kita gak pernah kenal' trus sekarang sok-sokan mau ajakin jalan. Dia itu bagaikan anjing yang menjilat ludahnya kembali. Ewww... membayangkannya saja sudah membuatku muak.

To Be Continue

I Love You, Pak PolisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang