[Porseni 3]

173 22 10
                                    

Katanya tidak ada persahabatan antara pria dan wanita, namun ternyata salah. Di dunia masih ada yang sanggup menjalaninya.

♡♡♡

Aku mengangguk-angguk setelah mendengar perkataan Bang Zahri. Kalau dipikir-pikir perempuan yang tadi itu 99,98% mendekati kata sempurna. Pasti dia punya banyak fans. Ah! kenapa aku malah memikirkan orang lain. Sungguh kurang kerjaan sekali diriku.

"Oh iya bang. Cabornya kapan dimulai? sore nanti atau besok?"

"Sore"

Aku membulatkan mulutku "Cabor apa?"

"Futsal"

"Ha? demi apa? jadi sore ini futsal?" Aku sedikit histeris sedangkan Bang Zahri hanya berderhem mengiyakan.

Aku sumringah, membayangkan saja aku tidak sanggup. Salah satu olahraga yang paling banyak diminati kaum adam di sekolah ini. Ah senangnya, apakah menonton futsal akan seindah cerita-cerita remaja? Pasti iya. Tidak diragukan lagi.

Sungguh senyum tidak bisa kubendung, khayalanku sudah meleuas kemana-mana. Siapa sangka ekspresi gilaku itu ditangkap oleh Bang Zahri.

"Ngapain lo senyum-senyum?"

Seketika aku menghentikan dunia imajinasi yang begitu indah. "Gapapa" jawabku santai sembari memasukkan suapan nasi yang terakhir ke mulutku.

"Gaje lo"

"Biarin"

"Udah makannya?"

"Udah"

"Udah bayar gak?"

"Udah lah!"

"Punya gue lo bayarin juga?"

"Iya iya. Tenang aja, gue lagi banyak duit ni"

"Yauda ayo" Bang Zahri menarik tanganku.

Aku mengikuti saja "Kita kemana? Pulang?"

"Gue mau ke kelas dulu"

"Kalau gitu, gue juga ke kelas dulu ya Abangggggg" Aku melepaskan tangan Bang Zahri lalu mendahuluinya. "See You Bye Bye" ucapku saat tepat akan berbelok arah. Tak lupa kuberikan Bang Zahri kiss bye. Menjijikkan sekali diriku ini.

Aku berjalan dengan santai menuju kelasku. Namun, tiba-tiba kakiku harus berhenti saat mataku mendapati Kak Amin sedang berjalan berlawanan arah denganku. Tapi tunggu, di sampingnya Kak Amin ada kak Nihla?

"Eh Pacarnya Ari" sapa Kak Amin dengan gaya khasnya. "Sendirian aja, pacarnya mana?" ledeknya.

Sungguh, jika dia bukan kakak kelasku, mulutnya sudah ku-sikat.

"Bang Zahri pergi ke kelasnya kak" ucapku mencoba ramah, dengan senyum yang dipaksa.

Kulihat Kak Nihla malah menatapku dengan tajam. Demi apa? Tatapannya gila! Inimah, percuma cantik kalau serem.

Azhrilla [Very Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang