HUJAN DAN KITA

HUJAN DAN KITA 45

Seperti biasa hari-hari yuna tanpa wisnu, sudah beberapa bulan yuna menyendiri, sasya pun tidak sama sekali berani mengganggu nya saat ini. Yuna asyik dengan fantasi nya, ia sudah tidak lagi hobby menari, menonton acara televisi ditengah malam, membaca novel romance, yuna bermetamorfosis 180 derajat mengubah dirinya sendiri. Ia terlihat lebih feminin dari biasanya, hobby yg ia gelut saat ini menjadi uang. Ya, dia seorang penulis remaja sekarang. Kakak nya sendiri lah yg mengajarkan yuna menulis cerita, ka salwa yg terlihat arogan dan cuek, ternyata mempunyai bakat yg belum tentu orang lain punya, yaitu menulis. Iya sedang meneruskan bukunya yg kedua, yg berjudul DETIK.
Saat ini yuna berada disebuah cafe didaerah jakarta, tentu saja sendiri, membawa laptop kesayangan nya berwarna merah velvet. Di hadiahi oleh ayah tercinta nya.

"Detik telah sungguh, menaruh keadaan antara cinta tanpa putus asa. Antara kita yg tak jelas keberadaan nya. Mengambil sudut detak sebelah sana, jantung ku seakan goyah, kau mengancam rindu. Setelah diriku tak punya daya"

Kutipan teks buku yg berjudul DETIK telah iya tulis, kata perkata. Kisahnya tentang sepasang kekasih yg tak bisa diraih satu sama lain, hanya sang pengagum saja.

Oh, aku lupa yuna saat ini duduk dikelas 12 hanya beberapa bulan lagi saja yuna bersekolah, setelah itu lulus. Sepertinya ia akan kuliah, meneruskan hobby menulisnya dengan mengambil jurusan Sastra indonesia.

"Permisi mbak? Mau pesan apa?"

"Oh, iya. Red velvet late ada?"

"Oh, baik. Apa lagi mbak?"

"Hmm, ramen udon level 10"

"(Seraya mengangguk) Ada tambahan lagi mbak?"

"Enggak, makasih"

"Red velvet late ditambah ramen udon level 10, ditunggu yaa mbak"

Yuna hanya tersenyum seadanya.

Alhamdulillah, gue udah mood nulis lagi nih hhhhh. Insya allah kedua ceritanya lancar. Amin qobul.
Eh eh, ig gue di follow ya @quinn.na
Kalo mau ceritanya dilanjut tinggalin jejak oke😉
Vote or comment monggoooo😍