Hujan, tetes luka itu jatuh tepat di hatiku.
Badai kembali membuat sesak di dada.
Kemana kau sang pelangi?
Aku butuh salah satu warna mu saat hitam itu melanda hati.
Happy reading :)
...........................
Gadis itu melirik jam kecil pemberian kakeknya yang melingkar manis di pergelangan tangan miliknya. Jam menunjukan pukul 7 malam waktu indonesia bagian barat. Adira bernafas lega karena ia sudah sampai di tanah kelahirannya dengan selamat tanpa lecet sedikit pun. Adira memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri karena sangat merasa pegal sudah duduk dalam pesawat selama belasan jam lama nya.
Adira memutuskan kembali ke Indonesia karena ia merasa aneh jika terus-terus an berada di negeri orang. Alasan sesungguhnya ia pergi ke Jepang selama satu tahun tetap menjadi misterius. Semua orang hanya tau jika kepergian Adira karena ia ingin menjaga Neneknya yang tinggal di Jepang dalam kurung waktu yang tidak menentu. Semua orang tidak mengerti bahwa itu hanya sebuah alasan belaka.
Semua orang tidak mengerti jika alasan Adira pergi ke Jepang hanyalah untuk menyendiri. Ada satu masalah yang membuat Adira merasa ingin jauh dari orang-orang yang ia kenalnya. Masalahnya bukan karena orang-orang selalu menentang perkataan Adira,tetapi ada masalah lain yang jauh lebih berkelas. Masalah tersebut seolah-olah mebuat Adira merasa tertekan,masalah tesebut seolah-olah mebuat Adira merasa di hantam ribuan baja secara bersamaan. Apakah separah itu permasalahannya? Jawaban nya adalah iya.
Adira menarik koper merah mudanya untuk mencari tumpangan. Adira berangkat dan kembali seorang diri. Tidak ada yang mengantar dan menjemputnya.Adira memasuki taksi kosong dan memberikan sebuah selembar kertas kecil berisikan alamat rumah seseorang.
Taksi berwarna biru muda itu berhenti di depan rumah dengan pagar coklat yang menjulang tinggi. Adira mengamati rumah tersebut dan memperhatikan suasana di sekelilingnya. Rumah ini memiliki suasana yang sangat jauh dari rumah sebelumnya.
Adira memberikan selembar uang berwarna merah muda dan melenggang keluar membawa serta koper merah mudahnya itu. Adira membaca kembali alamat rumah tersebut
"Blok AE 4. Benar ini rumahnya"
Adira lebih mendekat kepada pagar dan segera menekan tombol bel yang ada di sebelah pagar,
Ting Tong
Tidak ada yang menyahuti,
Ting Tong
Tetap tidak ada yang menyahuti,
Pertahanan Adira sedikit goyah. Ia mulai merasa menyesal telah memutuskan kembali ke Indonesia. Apakah empunya rumah telah pindah? Apakah ia hanya di beri alamat rumah kosong?
Pikiran aneh mulai berkecambuk di pikiran Adira. Adira terduduk di balik pagar sambil menyandarkan kepalanya di koper. Ingin rasanya bagi Adira untuk menangis sekarang juga. Jika alamat rumah ini benar-benar hanya sebuah alamat rumah kosong,lantas bagaimana lagi Adira harus bertahan hidup?
Grekkkk...
Suara pagar terdengar nyaring di telinga Adira. Adira langsung berdiri dan menunggu seseorang muncul dalam balik pagar. Senyum Adira mengembang bahkan hampir saja air mata keluar dari bola mata kecil milik Adira.
"Adiraa??" Kata empunya rumah itu terlihat tidak yakin. Seseorang tersebut terus melihat Adira yang sedang tersenyum dibalik wajahnya yang sedang letih itu,
"Iya ini beneran Adira,tante"
Tante Adira yang biasa ia panggil bunda itu langsung menghamburkan pelukan. Ia masih tidak yakin jika yang di depannya ini adalah Adira, keponakannya.
"Akhirnya bunda ga sia-sia mengirimi mu surat agar kau kembali" Kata bunda sambil terus memeluk Adira,
"Adira hanya butuh waktu untuk menerima kenyataan bun. Maaf Adira buat Bunda nunggu" Kini air mata itu tak sanggup untuk ia tahan. Air mata itu terus mengalir seperti hujan saat mendung benar benar menguasai langit. Adira sangat bahagia karena masih ada yang menunggungnya untuk kembali pulang.
***
"Adira mau bunda buatin coklat hangat atau Adira mau langsung tidur aja sayang?" Tanya Tante Syifa dengan penuh kasih sayang,
"Emm Adira mau langsung istirahat aja bun. Tapi sebelum Dira istirahat,Dira mau nanya boleh ??''
"Mau nanya apa aja sudah pasti boleh sayang" Ucap Tante Syifa sambil ikut duduk disebelah Adira dan mengusap-usap kepala Adira,
"Dira beneran boleh tinggal bareng bunda? Apa om Aryo sama kak Rendra ga keberatan juga?" Akhirnya pikiran itu berubah menjadi sebuah ucapan. Adira menanyakan nya dengan hati-hati karena takut jika Tante Syifa terpaksa menampungnya,
"Tentu saja suami tante dan anak tante mau nerima Dira. Dira kan keponakan Tante. Setelah yang terjadi sama kamu pada waktu itu,ga baik jika kamu terus-terus an tinggal sendirian sayang. Kamu perlu kasih sayang dari sosok orang tua. Rendra dengan senang hati menganggap kamu sebagai adiknya,dia kan pengen banget punya saudara cewek"
Mendengar ucapan tante Syifa, Adira hanya mangut-mangut dan terus tersenyum mensyukuri hidup ini,
"Makasih bunda. Dira sayang sama bunda"
"Kita semua juga sayang sama kamu Dira. Ayo bunda antar kamu ke kamar."
Mereka berjalan menuju lantai atas, di tengah tengah langkahnya Adira bertanya kembali kepada tante Syifa,
"Yang lain kemana bun. Kok sepi?"
"Om Aryo masih kerja sayang, kalau Rendra ya biasalah anak cowok SMA palingan ya dia lagi kumpul-kumpul bareng temennya maklum malam minggu"
Adira hanya mangut-mangut paham. Seperti suasana di rumahnya dulu. Selalu sepi tetapi bedanya jika disini Adira merasa nyaman sedangkan dirumah lama Adira merasa tersendirikan,
Akhirnya mereka berhenti di depan pintu yang menjulang tinggi dengan cat warna putih,
"Kamar bunda tadi dari tangga belok ke kiri,kalau kamar Rendra disebelah kamar mu. Kalau kamu mau ke kamar mandi dikamar kamu sudah ada kamar mandi nya. Selamat istirahat sayang besok tante bangunkan pagi ya untuk sarapan bersama"
"Iya makasih bunda"
Adira berjalan dengan menarik koper nya memasuki kamar baru nya itu. Tidak terlalu lebar dan tidak terlalu kecil. Ukuran kamar ini pas bagi Adira. Adira menaruh kopernya di sebelah kasur berukuran medium miliknya untuk sementara waktu mungkin besok ia akan menata semua baju nya kedalam lemari. Kamar ini bernuansa putih. Adira suka sekali warna putih. Baginya warna putih melambangkan sebuah perasaan cinta yang terang penuh dengan kedamaian dan kebahagiaan. Adira juga menyukai warna hitam karena baginya sebuah perasaan cinta tak selamanya terang,Cinta tak selamanya penuh dengan kedamaian dan kebahagiaan tetapi juga punya bagian gelap yang selalu bikin tersesat.
Adira melepaskan jaket yang sedari kebarangkatannya ke Indonesia selalu setia melakat di tubuh Adira. Ia merogoh saku celananya mengambil benda berbentuk persegi panjang yang hampir semiggu tak ia aktifkan. Setelah benda tersebut menampilkan lockscreen foto Adira dengan seseorang, Adira mengetikan nomer dan mengirimkan sebuah pesan "Aku telah kembali,kawan"
#######
Jangan lupa voment❣️
Terimakasih
#shapak
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIRA'S
Teen FictionH I A T U S [ When treason came and gave me the real meaning of life] Banyak masalah yang datang silih berganti. Banyak pertikaian yang terjadi setiap hari. Banyak pengkhianatan yang terjadi dalam hidupku. Kepedihan menyelimuti setiap detik,menit da...