Satu

31.3K 1.4K 33
                                    


Lady Victoria memasuki gereja megah di depannya dengan gemetar dan takut, tapi ia menyakinkan diri bahwa semua yang di lakukannya ini untuk kakaknya.

Berjalan lurus, menundukkan wajah agar tidak ada yang mengenali kalau dirinya bukan lady Sophia sang pengantin sesungguhnya. Cadar yang di pakai nya dibenarkan agar menutupi seluruh wajahnya.

Ketika waktu telah menyatakan mereka berdua sebagai suami istri, Victoria mencoba menolak ketika Zac akan  memberikan ciuman. Beralasan sedikit tidak sehat dengan berdehem agar suaranya tidak menbuat curiga. Dan untung saja Zac percaya. Ia selamat sejauh ini.

Malam menjelang ketika ia memasuki kamar Zac, harap harap cemas agar tidak ada sesuatu yang terjadi. Seperti rencana tengah malam nanti ia akan pergi menyelinap keluar.

Victoria berjalan menuju kamar mandi berniat berganti pakaian yang sudah di siapkannya untuk melarikan diri dari rumah sang Duke. Tapi apalah daya, semua tidak sesuai dengan rencana.

Gaun pengantin yang membelit tubuhnya ini adalah rancangan khusus persis sama yang telah di pesan Lady Sophia, yang sayangnya tidak terdapat kancing atau apapun yang dapat dibukanya.

Victoria sempat kagum akan gaunnya ini, Melinda Lee yang merancang gaun ini memiliki seni yang sangat tinggi. Gaun ini menyerupai gaun pengantin milik putri Anastasia dari kerajaan. Terlihat persis sama hanya terdapat sedikit perbedaan.

Victoria menghela napas, mencari akal bagaimana caranya ia bisa lolos dari gaun pengantin yang super indah, mewah dan menakjubkan ini. Ketika sedang berpikir pintu terbuka di belakangnya.

Zac masuk kedalam kamar yang terlihat remang remang, akibat Victoria yang mematikan lampu cuma membiarkan lampu samping tempat tidur yang menyala.

"Sophia . . . " panggil Zac.

Victoria menegang mendengar Zac memanggil namanya.

"Kenapa kau belum berganti pakaian?" Tanya Zac.

Victoria berdehem sebelum menjawab pertanyaan Zac.

"Ehm . . . Maukah kau membantuku membuka gaun ini. aku tidak bisa membukanya karena tidak terdapat satu kancing pun  di gaun ini." Ujar Victoria gugup.

Zac tertawa. Tanpa curiga.

"Sophia, sungguh beruntung aku berkesempatan membuka gaunmu ini. " ujarnya lalu mencari sebuah pisau untuk membukanya.

Zac berdiri dibelakang tubuh Victoria, memegang pundaknya lembut. Mengarah kan pisau mencari celah untuk memilih mana yang akan di belahnya dengan pisau tersebut.

Victoria memegang gaunnya agar tidak terjatuh saat pisau itu sudah merobek gaun indah yang di pakainya. Menahan napas saat dirasanya jemari Zac tidak meninggalkan punggungnya yang telanjang.

Napas Zac terasa hangat di lehernya, memejamkan mata Victoria berusaha bernapas normal. Kedekatan ini membuat jantungnya berdetak dengan cepat. Di rabanya dadanya yang berbunyi nyaring itu, berharap agar Zac tidak mendengarnya.

"Shopia, aku sudah menunggu saat saat ini bersamamu. Aku sudah tidak sabar ingin menyentuh seluruh kulit lembutmu. Meneliti setiap inci bagian tubuhmu yang sekarang adalah milikku." Bisik Zac di telinga Victoria.

Bibir Zac mencium lembut bahu Victoria yang telanjang, tangan Zac melepaskan gaun yang dipegang erat oleh Victoria.
Gaun itu teronggok tak berdaya di lantai. Tubuh Victoria bergetar.

"Tenanglah, sayang. Aku selalu ingin memuja tubuh indahmu." Zac menyakinkan.

Dibaliknya tubuh Victoria menghadapnya, membelai pipi mulus Victoria dengan lembut. Telapak tangan Zac yang kasar terasa di pipinya, membuatnya kesulitan bernapas. Tangan kokoh seorang Duke of Wesley yang tampan, seksi  dan menggairahkan.

Bibir Zac mengecupnya, kembali menatap mata Victoria dalam keremangan malam. Kemudian mencium kembali sedikit melumat. Bibir keduanya menyatu dalam kuluman yang intens, tak dapat melepaskan diri Victoria terhanyut oleh kelembutan bibir Zac yang terasa hangat memabukkan.

Suara decapan bibir keduanya terdengar di seluruh ruangan. Desahan mulai terdengan kala Zac semakin memperdalam lumatannya.

Bergerak kebawah kearah leher Victoria yang menggoda, menjilatnya rakus. Zac menggeram merasakan sensasi sesak dibawah, ke arah kejantanannya yabg sudah ingin keluar dari sarangnya.

Meremas kedua payudara Victoria yang terasa pas di tangannya, dijilatkan puting payudara itu yang sudah menegang. Entah karena dingin atau sudah terangsang.

"Kau terasa sangat nikmat, Sophia."

Kata kata itu seakan menyadarkannya, tidak seharusnya dirinya terhanyut pada orang yang bahkan tidak mengenalinya. Lumatan bibir Zac kembali membuat nya lupa.

Sentuhan di sepanjang rusuknya membuat tubuh Victoria semakin panas menggelora.

"Aaauuch . . . Zac . . . "

"Ya, sayang. Desahkan namaku dengan bibir indahmu itu." Ujar Zac serak. "Bahkan hanya mendengar suaramu membuatku semakin menegang dibawah sini. Aku sangat menginginkanmu."

Dibawanya tubuh Victoria di atas ranjang, Victoria merasa kan kelembutan di bawah kulit polosnya.

Zac membawa bibirnya ke arah kewanitaan dibawah sana yang sudah terasa sangat basah.

"Kau sudah basah, sayang. Siap menerimaku . . . " gumam Zac di sela sela ciumannya.

Tidak dapat menahan diri, di posisikan kejantanannya memasuki Victoria dengan lembut. Keringat menetes di dahinya, tubuh keduanya sudah penuh peluh bahkan sebelum berlayar mengarungi samudra kenikmatan tersebut.

Dengan hentakan agak keras akhirnya kejantanan melesak masuk, memenuhi diri Victoria dengan sesak.

"Shopia, sempit sekali di dalam sini." Ujar Zac sambil terus menghentak kejantanannya maju mundur.

Victoria sedih mendengar bukan namanyalah yang terdengar dalam erangan kenikmatan Zac, mencoba melupakannya dan fokus akan kenikmatan yang di rasanya saat ini. Yang tidak akan mungkin terulang kembali.

"Zac . . . " desahan Victoria memacu Zac semakin dalam menghujam kejantanannya, semakin cepat, lagi dan lagi.
Membuat kepala Victoria pening merasa kan kenikmatan yang baru diketahuinya begitu membuat dirinya meluruh.

Ledakan gairah keduanya terasa sangat dasyat, menuju klimaks  membuat Victoria pun Zac menggerang keras tanpa berniat menahannya.

Dengan deru napas tersendak keduanya berbaring lemas, Zac mencium puncak kepala Victoria dengan lembut kemudian menyelimuti tubuh keduanya lalu memejamkan mata. Tertidur.

Victoria membuka mata saat di rasanya Zac sudah tertidur pulas. Berjalan ke arah kamar mandi tempat bajunya berada. Berpakaian lengkap siap pergi.

Victoria menatap Zac yang tertidur lelap, sebelum membalik tubuhnya ke arah pintu bersiap siap pergi. Kegiatan yang terjadi tadi tidak pernah ada di dalam rencana Victoria. Mengingatnya masih membuat tubuhnya bergetar. Bahkan kewanitaannya masih terasa berdenyut bekas percintaan yang terjadi tadi.

Saat akan melangkah keluar, tubuhnya menegang saat suara erangan pria itu terdengar lalu memangilnya.

"Shopia . . . "

Tubuh Victoria gemetar hemat.







Tbc

WEDDING SCANDAL (Tersedia Versi Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang