07 :: Semuanya Masih Semu

2.8K 209 9
                                    

Malam ini Didit tidak bisa tidur. Sedari tadi tubuhnya bergerak- gerak gelisah seperti ular keket. Sudah hampir dua jam lamanya matanya juga tidak kunjung terkantuk dan itu semakin membuat Didit frustasi. Tiga temannya yang lain sudah tertidur pulas di sampingnya. Kecuali si Arkan sih. Dia selalu memilih tidur di sova. Katanya sih sumpek alias sesak kalau harus tidur di kasurnya Didit. Padahal nih ya kasurnya Didit itu lebarnya kayak landasan suekarno hatta. Ya iya lah lebar, orang kasurnya aja dua kok.

Sore tadi teman- temannya memang datang. Datang buat ngerampokin cemilan Didit yang pasti. Mereka kan orang- orang bokek. Jadi hal kayak gitu udah wajar. Sampai tengah malam tadi hujan malah turun deres banget, jadi mereka bertiga memilih untuk menginap saja. Males pulang katanya. Temannya itu pinter banget kalau urusan les mengeles. Didit mah udah tau tabiat dari ketiga temannya itu. Sekarang kan weekend jadi ibunya pasti dirumah plus masakin yang enak- enak buat Didit sama kakaknya. Kadang emaknya juga beliin Didit cemilan banyak. Sudah tau kan alasannya kenapa ketiga sahabatnya itu mendatanginya waktu weekend begini? Emang kurang ajar kalau dipikir- pikir. Tapi kan Didit sayang sama mereka bertiga. Ugh Didit jadi pengen dipeluk nih.

Saat Didit sedang memikirkan entah itu apa yang sedari tadi membuatnya gelisah, tiba- tiba dia mendengar suara orang terbangun. Didit engak mau nengok karena suara itu bersumber dari suara Arkan. Entah kenapa kalau sudah berhubungan dengan Arkan semuanya jadi bikin penasaran. Seperti saat ini Didit yakin Arkan sedang berjalan ke arahnya, dan sontak Didit langsung memejamkan matanya saat itu juga. Pura- pura tertidur yang pasti.

Suasana kamar Didit yang remang- remang membuat pergerakan Arkan tidak terlihat dengan jelas. Namun yang pasti sahabat berparas cantiknya itu mengarahkan langkahnya pada meja yang berada tepat di samping Didit. Didit masih melihat itu walaupun hanya dengan satu matanya karena yang satu ia tutup rapat takut- takut nanti ketauan si Arkan.

Gak seperti dugaan si Didit, kalau Arkan akan berubah jadi superman atau batman, tapi ternyata si Arkan itu cuma mencari tas ranselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gak seperti dugaan si Didit, kalau Arkan akan berubah jadi superman atau batman, tapi ternyata si Arkan itu cuma mencari tas ranselnya. Suara kemrusuk alias gemerisik mulai terdengar karena Arkan baru saja membuka tas ranselnya. Didit semakin penasaran saja kira- kira Arkan lagi ngambil apa ya? Jangan- jangan bom lagi. Oh teganya dia kalau mau mengebom kamar berserta isinya yang imut- imut ini.

"Softek gue kemana lagi? Kayaknya tadi siang disini deh," guman Arkan yang sangat di dengar jelas oleh Didit.

Mampus. Softeknya Arkan kan ada di tasnya Didit. Tadi siang waktu dia kepergok sama Gara, Didit langsung beralasan kalau itu softeknya si Mira yang ketinggalan ditasnya. Gak mugkin banget kan dia ngejawab kalau itu softeknya si Arkan. Bisa- bisa si Gara pengendali pasir bisa syok kalu tau itu. Cukup Didit aja yang syok, Gara jangan. Soalnya itu berat. Terserah lo Dit mau bernarasi apa. Kesel gue lama- lama.

"Aduh mana bocor banyak lagi."

Bocor? Astaga yang bocor apa? Kok Didit jadi makin penasaran ya? Tubuh manusia yang bisa mengalami kebocoran itu kayaknya gak ada deh. Terus yang bocor apa dong? Masa iya tetenya Arkan. Arkan kan gak punya tete? Terus kenapa harus pakai softek? Softek kan buat anak cewek. Tapi kegunaan softek Didit juga gak tau buat apa. Yang Didit tahu sih itu buat sumpel bokong anak- anak cewek. Itu sih kata kakaknya. Jangan- jangan yang bocor bokong Arkan lagi? Duh gawat nih, bisa- bisa kamar Didit bisa banjir nanti kalau bocornya banyak.

"Apa gue kabur aja ya?" guman Arkan lagi semakin membuat Didit mati penasaran.

"Gue bersihin aja lah, terus nanti di tutupin jaket. Lumayan lah jadi gak kelihatan banget." Putus Arkan lalu bergerak ke arah sampiran yang berada di samping meja belajar Didit.

Arkan meraih jaketnya yang berapa di sampiran secara perlahan- lahan. Takut membangunkan ketiga sahabatnya. Padahal sih Didit udah tau. Tapi kan dia bloon jadi dianggap gak tau aja. Setelah berhasil meraih jaketnya, Arkan kembali bergerak menuju ke toilet yang berada di samping kanan kamar Didit. Bunyi kenop pintu yang dibuka kemudian di tutup sangat terdengar jelas oleh Didit.

Didit udah gak bisa nahan ini terlalu lama. Dia harus tau apa yang sebenarnya di sembunyikan oleh Arkan. Tanpa menunggu lebih lama lagi Didit pun bangun dari kasurnya menuju kamar mandinya yang sedang di gunakan oleh Arkan. Bunyi gemericik air mulai terdengar semakin jelas saat langkah Didit mulai mendekati pintu kamar mandi. Didit mengenggam kedua tangannya erat. Entah kenapa sekarang dia merasa gugup. Padahal kan ini bukan malam pertamanya? Kenapa harus gugup coba? Ada- ada si Didit itu.

Didit mengetuk pintu kamar mandinya.

"Siapa?" seru Arkan dari dalam kamar mandi.

Didit mengambil nafas panjang, "Didit yahud in here."

Kenop pintu perlahan- lahan terbuka. Didit dapat merasakan degub jantungnya semakin dag dig dug der. Didit kan cuma takut kalau siapa tahu si Arkan berubah jadi vampir yang menakutkan terus ngincer darah sucinya. Stok darah suci di dunia ini kan tinggal punya Didit seorang.

"Eh elo Dit? Mau kencing ya?"

Didit diam engan menjawab pertanyaan dari Arkan. Sekarang dia lagi sibuk mengamati wajahnya Arkan. Matanya, hidungnya, semuanya dia lihat sampai upil garing yang ada di batas hidungnya Arkan pun Didit bisa ngelihat itu.

Arkan yang melihat reaksi Didit yang seperti itu langsung kebingungan. Gak biasanya si Didit diem kayak benalu belimbing gini. Arkan cuma takut Didit lagi kesurupan jin tomang atau jin bisu gitu makanya wajahnya sekarang datar banget kek semen garing.

"Dit lo... "

"Ini punya lo. Tadi lo nyari ini kan?" Kata Didit memutus ucapan Arkan lalu memberikan sebungkus roti isi coklat alias softek miliknya Arkan.

Arkan membisu di tempatnya.

"Kenapa?" Tanya Didit karena Arkan malah diem kayak manequin toko baju.

"Gue... "

"Pantat lo lagi bocorkan? Lo pakai ini aja daripada nanti kamar gue bocor sama pipis lo."

Wajah Arkan memerah di tempatnya.

Didit tersenyum lalu menepuk bahu Arkan, "Jangan lama- lama di kamar mandi nanti lo masuk angin Kan." Katanya lalu meninggalkan Arkan yang masih syok dengan apa yang barusan Didit bilang ke dia.



Yey nongol lagi nih 😂
Happy reading

06/05/17

He Is Adipati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang