Nih buat yang minta next.
vote dulu.
komen jangan lupa.🐞🐞
Alya memasukkan novel yang baru saja ia baca ke dalam loker. Gadis yang kini memakai kain kerudung warna krem itu tersenyum saat melihat Renan berjalan melewatinya. Sekarang sudah pukul tujuh lewat empat puluh, dan lelaki itu baru tiba di kelas.
“Pagi, Re." sapanya
Renan menoleh ke arah Alya sekilas, “Hem."
Tak lama setelah itu, tempat duduk barisan belakang —Renan squad seketika menjadi ramai. Suara Bara dan Eja terdengar jelas saat mengolok Re yang baru sampai di kelas.
Sedangkan Alya kembali tersenyum lebar saat melihat teman sebangkunya —Devina masuk melewati pintu kelas.
“Eh, dari mana aja lo? Tumben banget telat, Dev." komentarnya.
Devina duduk di bangkunya, kemudian menghela napas panjang. “Tadi gue di labrak."
Mendengar jawaban Devina, sontak kedua mata Alya membulat. “Hah, serius?!"
“Sst, jangan keras-keras! Kalau pacar gue dengar bisa mampus!" bisik Devina.
“Ck, di labrak siapa emang lo?" tanya Alya penasaran.
Devina awalnya diam, lalu menghadap ke arah Alya dengan memasang raut wajah murung.
“Si Nadia kurang ajar banget sumpah. Gue di tonjok, Ay!" adunya sambil memperlihatkan sebuah lebam di pipi kanannya.
“EH ANJIR LO KOK BONYOK?!"
Teriakan Alya itu akhirnya mampu membuat Eja lari ke barisan depan dengan emosi yang tersulut.
--
Alya saat ini sedang berada didepan UKS ditemani Renan. Gadis itu merasa bersalah karena telah membuat Majendra marah besar. Bukan salah dirinya sepenuhnya memang, tapi tetap saja ia sudah membuat masalah semakin runyam. Renan sedari tadi juga hanya mengumpatkan kata-kata tak pantas, semua akibat Eja yang tadi menghampiri Nadia dan hampir menyakiti calon gadisnya itu.
“Kalau mulut lo bisa dijaga, mungkin nggak akan ribet kayak gini." tegur Re.
Alya menutup mata perlahan, “Iya, maaf."
“Bangsat, emang lo nggak lihat gimana pucatnya muka Nadia pas Eja dateng buat ngelabrak?!" bentak Renan lagi.
Luna dan Devina tergolong gadis yang kuat fisik maupun hati, tetapi tidak dengan Alya. Terbukti dengan air matanya yang jatuh tanpa bisa ia cegah sekarang.
“Ma-maaf."
Renan kembali mengumpat. “Gue capek terus nyakitin lo kayak gini, Alya."
Ya, kalau gitu jangan nyakitin gue, Re. balas Alya dalam hati. Gadis itu kemudian menyeka air matanya menggunakan telapak tangan.
“Kenapa sih lo lebih suka Kak Nadia?" tanyanya dengan suara bergetar.
Pertanyaan tersebut membuat Renan menoleh dan menatapnya sinis.
“Kenapa sih lo suka sama gue?" Re balik bertanya.
“Karena suka nggak butuh alasan, Renan!" jawab Alya kesal.
“Exactly, rasa suka gue ke Kak Nadia juga nggak butuh alasan." Renan membalas sambil tersenyum miring.
“Tapi Kak Nadia itu udah punya pacar! Lo nggak kasihan sama Kakak gue, hah?!"
Pacar Nadia —Abimanyu Prasetya memang Kakak kandung dari Alya. Dan itu juga alasan yang membuat Renan sangat tidak menyukai gadis itu —walaupun sudah banyak sekali hal yang dilakukan Alya untuknya.
“Gue nggak peduli. Kalau bisa, minta Kakak lo untuk cepat putus sama Kak Nadia." balas Renan. Lelaki itu kemudian beranjak pergi meninggalkan Alya sendirian dengan rasa kecewa yang berlipat-lipat.
“Benci gue sepuas lo, setelah itu gue mohon, balas perasaan cinta ini, Re."
Lagi, Hanindita Alya merasa sakit hati karena orang yang sama untuk kesekian kalinya.
--
Pendek, sih. Yang penting update ahahah😋
KAMU SEDANG MEMBACA
MBB [3] : Bad Boy For a Good Girl
Roman pour AdolescentsSERI KETIGA MY BAD BOY 🐊🐊 a story between Renan Madanta dan Hanindita Alya. copyright © 2017 18/01/17