Hello all... Terima kasih untuk para pembaca setia ceritaku ini kwkwkwkw.... Silahkan dinikmati saja part yang satu ini...
Mungkin di part ini bakal banyak Axel's povnya.... Mungkin yesss...
So... Cekidott :))-----------------------------------------------------
Axel's pov
Setelah mengantar Catherine, gue langsung pulang ke rumah. Tapi pas gue sampe rumah, keadaan rumah kosong. Papa, mama dan Xela gak tau ke mana. Si abang masih kuliah.
"Bi, pada ke mana?" Tanya gue pada asisten rumah tangga. "Pada mengantar non Xela, den. Tadi baru saja beberapa menit yang lalu pergi. Den Axel kalo mau makan bibi udah masak." Katanya.
"Oh oke, bi. Makasih, bi." Gue langsung ke kamar dan menelepon mama. "Mama nganter Xela kemo?" Tanya gue.
"Iya. Kamu udah di rumah?"
"Udah. Di mana?"
"Di rumah sakit kemarin."
"Aku ke sana sekarang."
"Di tempat kemo ya. Kamu tau kan?"
"Ya udah aku berangkat abis makan."
Gue langsung mengganti seragam gue dan makan. Selesai makan, "Bi, aku pamit mau ke Xela."
"Ya sudah. Hati-hati den." Katanya. Gue mengangguk, mengambil kunci motor dan segera pergi.
Gue langsung ke tempat kemoterapi begitu selesai parkir motor. Gue melihat mama dan papa di sana.
"Hari ini memang jadwalnya Xela?" Tanya gue. "Xel, sebenernya, tadi Xela pingsan. Terus kami bawa ke sini. Jadi dia belom kemo." Jawab mama.
"Kenapa mama bohong?" Tanya gue lagi. "Kami tau kamu pasti nyusul ke sini. Papa dan mama cuma gak mau kamu nyetir ga konsen mikirin Xela." jawab papa.
"Terus Xela masih belum sadar?" Tiba-tiba, terdengar suara pintu yang dibuka. "Maaf pak, bu, saya ingin berbicara." pinta dokter itu.
Papa dan mama mengikuti si dokter dan gue langsung menerobos masuk begitu saja ke UGD.
Ternyata Xela belum sadar juga. Gue menunggu terus hingga papa dan mama datang. "Apa kata dokter?" Tanya gue.
"Xela harus dikemoterapi secepatnya, Xel." jawab papa. "Apa dokter udah nentuin jadwalnya?" Tanya gue lagi.
"Mulai minggu depan Xela udah harus kemoterapi." Jawab papa. "Seminggu 3 kali." Sambungnya. Gue menghela nafas.
"Xela, Xela, kenapa harus lo yang menderita?" Tanya gue pada Xela yang masih belum sadar juga. Sebuah amplop coklat disodorkan pada gue.
"Xel, baca ini. Ini tentang kondisinya Xela." Kata papa. Gue membuka amplop tersebut dan membacanya dengan teliti.
Di situ tertera, penyakit yang diderita Xela semakin parah. "Xela..." Isak mama. "Kita berdoa yang terbaik saja." Ujar papa.
Gue hanya menghela nafas. "Aww." Terdengar rintihan dari mulut Xela. "Xela!" Mama langsung menghampirinya.
"Aku... Kenapa di sini?" Tanyanya. "Tadi lo pingsan, Xel. Lo harus cepet di kemoterapi ya." Jawab gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Mine
Novela JuvenilTerima kasih karena sudah membuatku jatuh cinta lagi. Terima kasih karena sudah hadir di hidupku. Terima kasih sudah karena kamu bisa meluluhkan hatiku lagi. Terima kasih karena kamu tidak membuatku patah hati. Terima kasih Alexandra Catherine. -And...