CHAPTER 4 : You don't believe it?

28 2 0
                                    

"Wahh, bunga yang ini bagus banget kak Lyn," ucap Alea antusias begitu melihat Erilyn menata bunga-bunganya dipinggir jendela. Alea mendekati bunga-bunga yang baru saja ditata oleh Erilyn dan menciumnya satu persatu. Erilyn tersenyum melihat tingkah Alea.

Alea juga sering menyambangi toko bunga milik Erilyn, setidaknya seminggu dua kali. Berada didekat Erilyn membuatnya merasa seperti memiliki seorang kakak perempuan. Alea ingat saat ia masih duduk dibangku Sekolah Dasar, Erilyn gemar menguncir rambutnya. Apalagi ketika Alea dan kedua orangtuanya berkunjung ke rumah Clark, Alea hanya bisa pasrah saat didandani oleh Erilyn. Rambutnya selalu berhias pita warna-warni, memakaikannya pakaian-pakaian lucu seperti rok tutu dan kaus polkadot. Dan Clark pasti akan menertawakannya ketika ia terlihat menggemaskan. Kedekatan seperti itu sudah dipupuk oleh kedua orangtua mereka sedari mereka kecil. Hingga sebesar ini pun mereka merasa seperti saudara kandung sendiri. karena kedekatan itu pula, Alea biasa memanggil Erilyn dengan sebutan Kak Lyn.

Hari ini Alea memaksa Clark menjemputnya dirumah setelah latihan pagi dan menemaninya ke florist milik Erilyn dijalan Biliton. Alea memang suka dengan berbagai macam bunga, tetapi ia tidak berani memilikinya. Alea takut tidak becus merawat bunga-bunga cantik itu. Tidak seperti mamanya, tante Emily dan Erilyn yang memiliki bakat sabar untuk merawat bunga. Bahkan Sarah dan Emily menjadi teman baik karena memiliki kesenangan yang sama, yaitu penyuka bunga. Karena itulah mereka menjadi teman dekat sejak dibangku kuliah hingga sekarang.

Alea yakin, meski mamanya dan mama Clark bersahabat baik dari dulu, Emily juga tidak akan menceritakan kepiluannya kepada Sarah. Sama seperti apa yang dilakukan Clark pada Alea. Yaa, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya bukan?

"Ini namanya bunga Krisan. Bunga yang memiliki arti kesempurnaan dan keceriaan..." Erilyn menjeda kalimatnya sambil meneruskan menata bunganya. Alea masih berdiri disamping Erilyn dengan sabar dan penasaran. Kemudian Erilyn mengambil tiga tangkai bunga krisan yang berwarna putih, kuning dan merah.

"Setiap warna bunga krisan memiliki arti sendiri-sendiri. Krisan putih menandakan cinta yang murni dan selalu setia, krisan kuning menandakan kebahagiaan, dan krisan merah menandakan cinta yang sempurna. Jadi, kamu mau bunga krisan yang mana?" lanjut Erilyn sambil menyodorkan ketiga tangkai bunga krisan pada Alea.

"Aku mau ketiga-tiganya. Aku mau jadi cinta yang murni dan selalu setia, cinta yang merekah sempurna dan membawa kebahagiaan," kata Alea sambil meraih bunga tersebut dari genggaman Erilyn.

"Kalau itu namanya serakah!" sambar Clark dari balik badan Alea. Lagi-lagi Clark seakan ingin mengusik kesenangannya. Laki-laki ini memang paling bisa membuat Alea jengkel setengah mati. "Cinta yang murni belum tentu setia, dan cinta yang merekah belum tentu membawa kebahagiaan," lanjut Clark dengan wajah paling menjengkelkan. Alea memicingkan mata dan mengerutkan bibirnya sebagai tanda jengkel pada Clark. Tingkah Alea yang seperti itu selalu bisa membuat Clark terkekeh geli.

"Seperti kamu yang paling tahu saja. Kamu juga bukan pujangga yang memahami arti filsafat tentang cinta," tukas Alea, seperti tidak ingin kalah.

"Bahasamu Al, seperti profesor yang paling benar saja," sahut Clark yang semakin membuat Alea jengkel.

Erilyn hanya bisa tertawa geli dan menggeleng-geleng melihat kelakuan kedua anak ini. Umur sudah hampir dua puluh tiga tapi kelakuan masih seperti anak kecil yang mau masuk playgroup. "Sudah kalian jangan bertengkar terus. Semakin sering bertengkar, semakin membuka kemungkinan untuk saling jatuh cinta" ucap Erilyn yang membuat keduanya mebelalak ngeri.

"NEVER!!!" ucap Clark dan Alea spontan dan bersamaan.

Melihat ekspresi keduanya semakin membuat Erilyn tertawa semakin keras. Tertawa yang seperti ini adalah tertawa yang sangat ingin ia lakukan setelah apa yang terjadi dalam keluarganya. Sejak Emily dan Andros mulai merentangkan jarak dan memaksa dia dan Clark memahami sendiri apa yang sedang terjadi dalam keluarga mereka. Jangankan tertawa keras, tersenyum simpul saja rasanya begitu rumit untuk Erilyn lakukan.

The Athletes LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang