Rangga = 05 =

136 8 0
                                    

BAB V

Mulailah hal yang baik untuk hari yang lebih baik.

——

Rangga sedang merebahkan badannya pada sofa berbulu yang bertempat di kamar Ali ini. Ia melipat tangannya dan menjadikannya bantal.

Saat ini sudah pukul satu dini hari, dan Rangga belum juga tertidur. Ia lelah, tetapi ia tidak berniat untuk tidur. Mungkin malam ini akan ia habiskan untuk melamun saja.

Rangga beranjak bangun dari tidurnya-atau rebahannya. Dan duduk di tempat sofanya ini. Ia mengeluarkan ponselnya dari kantung celananya. Mungkin ada temannya yang masih online jam segini. Mungkin.

Ia membuka akun linenya karena melihat banyak notifikasi yang belum dibukanya.

Rangga mengecek semua notifikasi hanya dengan mengescrollnya. Semuanya hanya spam.

Rangga mematikan ponselnya dan merebahkan tubuhnya lagi di sofanya. Tiba-tiba ia merasa mengantuk, mungkin tubuhnya sudah terlalu lelah.

Saat Rangga baru saja mulai tertidur, ponsel Rangga bergetar menunjukkan ada notifikasi baru.

You have a new message

Icha: rang?

Icha: udh tidur blm?

——

"MANGGAAAAAA!!!!! BANGUN WOII!! DAH SUBUH!!! SEKOLAH, SEKOLAH!!!!" terdengar seseorang teriak tepat di telinga Rangga.

Rangga bergelut pelan dan membelakangi arah suara itu.

"Tante, Rangganya gamau bangun," ucap seseorang itu lagi.

"Yaudah, Ali. Tolong arahin telfonnya ke arah rangga," balas seseorang dari seberang telefon.

Ali pun menaruh ponselnya tepat di kuping Rangga.

"MAS RANGGA! KALO KAMU GAK BANGUN SEKARANG, BOXER SPONGEBOB KAMU MAMA AMBIL YA! Ah, bukan diambil. MAMA BAKAR!!!!" suara teriakan itu mampu membuat kuping Ali sakit. Karena telfon ini sedang dalam mode speaker.

Rangga spontan membuka matanya dan mengambil alih ponsel Ali. "IYA, MAH. RANGGA UDAH BANGUN. BOXER RANGGA JANGAN DIBAKAR YA, MAH!"

"Nah gitu dong..., anak shaleh," jawab Rani sambil terkikik. "Yaudah, Mama tutup ya. Hari ini pulang loh! Sana sholat yang bener! Dosa kamu kan banyak!"

"Iya, Kanjeng Ratu," balas Rangga sambil tersenyum kecut. Sedetik kemudian Ibunya langsung memutuskan telfon sebelah pihak.

Rangga mendengus kesal dan menatap horror Ali. "Gara-gara lo, nih."

Ali membalas tatapan horror Rangga. "Makanya kalo tidur gausah kayak setan mati."

Rangga mencibir pelan. "Udahlah, yuk, sholat."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang