Hai semua..
Kini dihadirkan chapter yang Special bagian 1 untuk readers.
Dibaca ya, walaupun bukan kasus :)Oh, ya harap voments juga :D
Keep Reading!xxx
25 Years Later...
Chicago, Amerika Serikat.Mansion Pete-Viesha
Dirinya masih berada diranjang empuk yang siap memanjakannya setiap saat. Hampir satu jam dirinya masih dikasur, dari jam tujuh pagi. Biasanya dia bangun dan langsung mandi. Namun, saat ini sepertinya tidak.
Viesha yang sudah membersihkan diri dan menyiapkan makanan untuk sarapan pagi pun kembali ke kamar, untuk melihat apakah suaminya sudah beranjak atau belum.
Dirinya menghela napas pelan saat berada dikamar mereka dan melihat Pete masih dikasur, terlihat menatap langit-langit rumah dengan kosong.
"Pete..." panggilnya seraya melangkah mendekati dirinya.
Pete hanya menatapnya, tanpa menjawab.
Viesha mengambil salah satu tangan Pete dan mengenggamnya, "Sampai kapan kau ditempat tidur terus? Hm?"
Sosok yang ditanya pun mendudukkan diri diatas tempat tidur, "Apa anak kita sudah berangkat?" Tanya Pete tanpa menjawab pertanyaan Viesha.
"Tentu saja, sudah setengah jam lalu dengan gembira dan berbeda dengan Ayahnya." Ucap Viesha setengah mengejek dan tersenyum miring.
Hal itu membuat Pete tersenyum pelan yang terlihat dipaksakan, "Benar, sekarang Ayahnya sedang rapuh."
"Pete..." ucap Viesha seperti ikut merasakan feeling suaminya.
Pete menarik lengan Viesha ke arahnya dan kedua tangannya melingkar dipinggang Viesha.
"Apa aku terlihat rapuh sekarang?" Tanya Pete lalu menyembunyikan wajah pada pundak Viesha.
Viesha pun tersenyum membalas pelukannya, "Sekarang aku tidak ingin melihatnya, Pete. Aku hanya ingin melihat dirimu yang asli. Selalu semangat, tegar, dan tidak menyerah. Meskipun mungkin berat untuk dirimu sekarang."
Pete mengangkat kepalanya sedikit ketika mendengar jawabannya, "Esha..."
"Ikhlaskan kepergiannya, Pete. dia telah tersenyum dengan kakaknya sekarang. He is happy now, dan mungkin berterima kasih pada para Detectives yang telah mengungkap kasus pada Kereta Api. meskipun mereka belum tertangkap."
Pete menghela napas dan melonggarkan pelukannya, "Kasus itu belum selesai, Esha." lalu dia menatapnya dengan tersenyum tulus, "Tapi... terima kasih, Esha. kata-katamu penyemangat diriku."
Meskipun terlihat merona, Viesha membalas senyumannya, "Sesuai janji kita, Pete. Mutual attention to each other and the expression of words is also the feeling of the heart that blocked."
Pipinya merona ketika Pete mencium pangkal dahinya dengan tulus, dia pun tersenyum tipis tapi dengan hati yang hangat.
***
Note : Mutual attention to each other and the expression of words is also the feeling of the heart that blocked [ Saling memperhatikan satu sama lain dan ungkapkan kata-kata, juga perasaan dihati yang mengganjal ].
Feel-nya dapat gak readers? Berusaha buat ceritanya agak menyentuh hati gitu.. tapi, kayaknya gak dapat deh ;I
Udah ah.. malah curhat Author. Oke, sampai jumpa dikasus selanjutnya.
[Lagi semangat sampai update triple chapter :D Wkwk]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eight Detectives | Revisi ✅
Misterio / Suspenso1⃣ ⚫The First Stories, have done to reviewed. The Eight Detectives adalah perkumpulan dari kasus-kasus yang dipecahkan oleh delapan detektif itu sendiri. Di dalamnya, juga terdapat cerita kehidupan dari mereka. Apa saja kasus yang ada dalam kehidupa...