Melepas untuk Menunggu

97 5 0
                                    

Keila Nasution dan Kelvin Bramantio, sepasang kekasih yang saat ini duduk di bangku taman yang di sediakan. Menghabiskan waktu berdua dengan penuh canda dan tawa. Menurut mereka setelah ini mereka pasti akan jarang bertemu. Mengingat mereka sudah kelas XII dan sebulan lagi akan menghadapi Ujian Nasional. Mereka hanya ingin lebih fokus menyelesaikan masa SMA dengan nilai yang memuaskan.

“Kamu tau Kei?” Keila menoleh ke samping, tempat dimana Kelvin yang sedang memandang langit malam dengan senyum yang terpatri di wajah tampannya dan tangan yang menggenggam tangan Keila dengan erat.

“Gak tau tuh,” celutuk Keila dan mengikuti apa yang dilakukan Kelvin, yaitu memandang langit malam dengan senyuman.

“Kamu apaan sih? Gak usah nyebelin bisa?.” Kelvin memberenggut kesal.

“Hahaha, becanda kali Vin. Jangan kesal gitu.” Keila tertawa melihat kekasihnya memberenggut. Dengan cepat Kei memeluk lengan Kelvin dengan erat. Kelvin tersenyum, melepas pelukan Kei pada lengannya dan membawa jemari Kei untuk di genggam.

“Aku senang kalo kamu ketawa. Apalagi itu karna aku. I love you Kei.” Keila menundukkan kepalanya menyembunyikan pipinya yang merona karena mendengar tiga kata terakhir yang diucapkan Kelvin. Keila masih belum mengerti, padahal kelvin sudah sering mengungkapkan kata itu pada Keila, tapi jantung Keila akan selalu berdegup dengan kencang dan rona di pipinya akan muncul.

“Janji yah Kei, jangan pernah berpikir buat ninggalin aku.” Kelvin mengangkat jari kelingkingnya menghadap Keila. Keila sempat tertegun tapi disembunyikannya dengan senyuman sembari mengaitkan jari kelingkingnya dengan kelvin. Keila tidak pernah berpikir untuk meninggalkan lakil-laki di hadapannya ini, tidak akan pernah sekalipun dalam pikiran terliarnya.

“Kamu juga mau janjikan Vin buat aku? Jangan pernah tinggalin aku.” Air mata yang sedari tadi Keila tahan perlahan meluruh di wajah putih pucatnya. Keila tak mengerti dengan perasaan yang tiba-tiba menelusup dalam hatinya. Sejak kelvin memintanya berjanji, rasa takut itu datang. Keila merasa pembicaraannya dengan Kelvin tidaklah menyedihkan, tapi menapa Keila ingin sekali menangis. Keila seperti akan ditinggal pergi oleh Kelvin. Keila menggelengkan kepalanya, menepis pikiran yang tiba-tiba terlintas diotaknya.

***

Semenjak pertemuan mereka di Taman Kota, komunikasi antara keduanya benar-benar putus. Di sekolahpun mereka jarang atau hampir tak pernah bertemu. Meski keduanya merasakan rindu, tapi mereka menahannya dan tetap fokus mengerjakan soal-soal yang menurut mereka akan keluar di Ujian nanti. Seminggu setelah selesainya Ujian Nasional, Keila merasakan ada yang berbeda dari Kelvin. Kelivin berubah, dua kata itu yang terlintas di otak  Kelia. Saat hari terakhir ujianpun Kelvin hilang seperti di telan bumi.

Berkali-kali Keila mengirimnya pesan dan menelfon cowok itu, tapi tetap tidak mendapat respon. Setau Keila, dia tidak melakukan sesuatu yang membuat cowok itu marah, mengingat sebulan mereka tak berkomunikasi, lantas apa yang membuat Kelvin mengabaikannya selama seminggu ini.
Keila memutuskan mendatangi rumah Kelvin. Untuk sesaat Keila merasa ragu membuka gerbang rumah Kelvin yang ternyata tidak digembok atau pulang dan mencoba menghubunginya lagi. Keila menghentikan kegiatannya yang sedari tadi mondar-mandir saat mendengar suara pintu terbuka. Di depan pintu, Kelvin berdiri dengan wajah yang menunduk lesu dengan pakaian yang terlihat rapi dan tangan kanan yang memegang koper besar. Untuk sesaat Kelvin berhenti di ambang pintu masih dengan kepala menunduk terlihat sedang menghela napas dengan kasar. Saat Kelvin menengadah tubuhnya langsung menegang. Di depan sana berdiri cewek yang selama ini menjadi alasannya untuk tetap tinggal, tapi tetap kalah. Saat Kelvin mencoba merilekskan tubuhnya karena kaget dengan kehadiran kekasihnya, sedangkan Keila dengan kening mengkerut memandang lurus ke arah Kelvin.

“Kamu gak mau nyuruh aku masuk?.” Tanya Keila memecahkan keheningan diantara mereka. Kelvin berdehem dan berjalan ke arah gerbang, membukannya dan mempersilahkan Keila duduk di bangku santai yang disiapkan di teras rumah. Hening, tak ada satupun diantara mereka yang terlihat ingin memulai percakapan. Tak seperti pertemuaan mereka sebelumnya yang penuh dengan tawa, kali ini kaku dan itu membuat Keila jengah. Keila menoleh menatap Kelvin yang dari tadi menunduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melepas untuk Menunggu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang