Happy Reading...
"Shita! Aku duluan ya, Bunda udah nungguin didepan" seseorang membuatku mendongak ke arah pintu didepan kelas.
"Iya Ra, hati-hati" aku membalas lambaian tangannya.
Seharusnya aku bisa ikut pulang bersamanya, rumahku searah dengan rumahnya. Daripada menghabiskan ongkos memang lebih hemat menumpang mobil bundanya tapi aku terpaksa tinggal lebih lama, tadi salah seorang dosen memberikanku tugas tambahan sebagai ganti nilai tes yang tidak aku ikuti minggu lalu.
Setelah menyelesaikan tugasku, aku bergegas pulang lebih tepatnya ke supermarket, aku harus mampir membeli beberapa barang yang aku butuhkan di kosan. Ya, aku tinggal sendiri di kota ini tanpa orang tua, bukan aku tidak ingin tinggal bersama orang tuaku tapi beginilah yang aku inginkan. Dari dulu aku sangat ingin menyelesaikan pendidikan di kota ini ya beruntung kalau aku sampai dapat Jodoh di kota ini juga.
Jangan berpikiran negatif padaku saat mendengar kata Jodoh di mulutku, bukankah itu hal yang wajar? Lagipula aku tidak masalah dengan Nikah Muda. Menurutku itu hal yang menarik dan aku sudah membuat rencana tentang hal itu.
Sudah sekitar setengah jam aku berkeliling di supermarket yang lumayan luas ini. Aku bingung mau membeli apa padahal pagi tadi aku sudah mendaftar semua barang yang aku perlukan tapi semua daftar itu hancur oleh pemandangan deretan makanan ringan dan susu kotak yang berjejer rapi di atas rak.
Saat aku sedang asik memilih, menimbang, memutuskan makanan dan susu yang mana yang akan aku beli, aku mendengar percakapan orang yang berada tak jauh dari tempatku berdiri. Seorang pria yang aku perkirakan usianya tak jauh denganku dengan wajah yang asdfghjkl...aku susah mendeskripsikannya. Intinya TAMPAN pakai SANGAT.
Dia sedang berjongkok dihadapan seorang anak kecil berusia sekitar 5 tahun sambil menunjuk-nunjuk deretan makanan ringan didekat mereka. Begini isi percakapan yang aku curi dengar..
"Kamu mau ambil yang mana dik?"
"Aku mau yang itu kakak" sikecil menunjuk kesalah satu coklat kemasan.
"Tapi itu coklat dik, nanti mama marah kalo kamu makan coklat lagi" aku tidak tahu bagaimana ekspresi pria itu karena dia membelakangi ku ketika bercakap dengan sikecil.
"Tapi aku mau yang itu kakak" sikecil merengek sambil mencebikkan bibirnya.
"Kita beli yang lain aja gimana? Kita beli Yogurt buah di sana aja yuk" nada bicara pria itu sangat lembut dan sabar.
"Aku mau coklat kakak" sikecil makin memelas.
"Adik, kalo adik makan coklat nanti giginya bolong dimakan ulat. Nanti adik sakit, kita beli yogurt saja ya dik? Kakak akan belikan"
Setelah beberapa saat beradu pendapat yang akhirnya dimenangkan si pria dengan berat hati sikecil menuruti perkataan si pria. Saat dia berjalan melewati ku dia agak menganggukkan kepala yang berarti permisi lalu dia menyunggingkan senyum yang sekali tatap membuatku meleleh, lembek seperti jelly yang sedang kupegang ditanganku.
Oh tuhan, apakah aku boleh mengagumi makhluk ciptaanmu yang satu ini? Sungguh ini merupakan hal yang langka! makhluk langka! Pria dengan ketampanan wajah di atas rata-rata tapi tidak sombong, lembut, sabar dan jelas sangat penyayang. Oh Ya! Kalau boleh aku minta satu untukku yang seperti ini. Tepat seperti ini.
¤¤¤¤¤¤Hai...hai...Aku kembali dengan cerita baru yang mungkin bisa sering di update. Semoga syuka...
Selamat membaca...
KAMU SEDANG MEMBACA
amor é você
General FictionDunia itu panggung sandiwara. Benar. Dan Rashita Rowena mengalaminya. "Jodoh memang benar-benar rahasia, bukan sekedar segel pemerintah kayak soal UN tapi segel permanen yang cuma bisa dibuka sama Allah." -Rashita Rowena- "Kalo cinta itu belum ada...