"Woy, lagi ngapain?" sebuah sapaan mengagetkan Alin. Dia mendongak, terganggu dari aktifitas yang sedang dilakukannya, duduk mendeplak begitu saja di atas rumput hijau. Kemeja hijau muda menjadi kombinasi yang pas dengan rok nuansa hijau tua. Marmut menghempaskan diri di sampingnya, kabur kuliah. Hari ini dia ada materi kuliah, bolos. Mendekam di tempat biasa.
"Bikin blog," tukas Alin singkat. Dia masih saja berkonsentrasi dengan notebook mungil yang dipegangnya, mengetik beberapa media sosial yang ada dan mencocokkan blog terbarunya degan beberapa blog lain yang sudah ada. Marmut mengintip. Alin mayun.
"Eits, dilarang ngintip layaw!" Marmut mengkerut, bukannya menjauh, dia malah semakin merapat, mengambil paksa notebook mini yang dipegang Alin, memperhatikan dengan seksama karya sahabatnya itu.
"Lumayan juga," gumamnya seraya tangannya sibuk menari-menari di atas tuts, mengetik beberapa kata. Kali ini, Alin yang mengintip, ingin tahu apakah gerangan yang telah diperbuat Marmut, menatap dengan cemas, jangan-jangan sahabatnya itu sudah mengobrak-abrik blognya.
"Namanya saya ubah yah!" ujarnya, tanpa menunggu persetujuan Martmut langsung mengganti nama yang terpampang di layar awal tersebut.
"Apa itu?" tanya Alin. Dahinya berkerut. Sebuah nama blog baru dengan nuansa hitam putih sudah mendominasi blognya kali ini. Sebuah nama apik terpampang jelas, Alin terdiam, tersenyum samar.
"Marmut_Kelinci.143@yahoo.com" eja Alin perlahan.
"Idih, bakat mengotak-atik blog orang, yah!" pura-pura marah. Marmut tidak peduli.
"Paswordnya apa?" alih-alih menjawab, dia malah balik bertanya, Alin terdiam lama, bungkam menimbang, berhitung ragu.
"Pelit juga bagi-bagi password?" Marmut di sampingnya menjawil usil.
"Raihan," jawab Alin lirih. Jari panjangnya yang sedang mengetik di atas tuts terhenti seketika, matanya masih menatap awas pada layar monitor di depannya, akan tetapi jelas pikirannya tidak di sana, karena tangan yang sedang mengetik tadi, mendadak melambat dan menggantung begitu saja di udara.
"Apa?" Marmut bertanya, berusaha meyakinkan dirinya.
"Iya, paswordnya Raihan! Er-aa-ii-ha-aa-en!" seru Alin sambil mengeja kata itu malu-malu. Wajahnya memerah kali ini, terpergok sudah membuat blog dengan password nama sahabatnya, tanpa Alin sadari sebuah senyum tipis dan sangat samar terlukis dari sosok yang sedang sibuk mengotak-atik blognya itu.
"Wah, ada pengagum rahasia niye!" Marmut menggoda.
"Enak ajah! Itu buat blog kita berdua, tauk!" nada suara Alin yang janggal membuat Marmut alias Raihan tertawa. Alin menimpuk bahunya dengan sebal.
"Karena ini blog kita berdua, maka, kita isi bareng-bareng!" Raihan berkata perlahan, mengusulkan, Alin mengangguk mengiyakan.
"Kamu suka hitam putih, kan?" Marmut bertanya. Lagi-lagi Alin mengiyakan, paham kenapa Raihan mengubah blog itu dengan warna kesukaannya.
"Emang 143 itu apa?" Alin bertanya, karena ia merasa aneh dengan embel-embel angka yang menempel di bagian belakang "namanya", sedang matanya masih saja memperhatikan Raihan yang dengan lincah membuat aplikasi-aplikasi baru di blog baru itu. Tanpa pernah Alin sadari, jika saat itu, Raihan yang duduk di sampingnya menegang, jari-jari yang menari di atas tuts itu kaku, dengan mata yang membatu pada satu titik, keringat dingin meluncur dengan deras. Raihan sedang salah tingkah, begitu tepatnya.
"143 itu apa? Woy?" Alin mengulang pertanyaannya.
"Itu... itu... hanya pengen saja, biar sedikit berbeda. Anggap aja nama belakang kamu. Kelinci satu empat tiga!" Raihan memberi alasan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marmutkelinci143@yahoo.com
RomanceJika cemburu tidak membuat segalanya saru, maka izinkan aku bercemburu! Sayangnya cemburuku padamu menjadi sedemikian tabu. Tak seharusnya aku menyimpan rasa ini! Kelinci begitu panggilmu kepadaku, akupun memanggilmu dengan Marmut, sayangnya harus a...