Semua anak berhambur keluar dengan segala perlengkapan belajar tersimpan di dalam tas. Ada yang langsung pulang ke rumah, ada yang nunggu jemputan dan ada juga yang masih duduk santai di area parkiran berjumlah lima orang yang tak lain adalah Dimas, Setyo, Doni, Rendra, Dan Ricky.
Semenjak tadi senyuman tak luntur dari bibir mereka berlima untuk menggodai para siswi-siswi yang berada di parkiran sehingga mereka pulang dengan wajah yang merona merah. Siapa yang tidak akan tersipu? Jika mereka disenyumin oleh cogan-cogan sekolah yang pastinya memiliki ciri khas masing-masing walaupun mereka juga terkenal dengan kenakalannya. Dan formasi mereka belum lengkap tanpa Reza dan Rafa.
Doni dan Ricky yang terkenal dalam ekskul badmintonnya, mereka berdua lawan yang sama-sama tangguh dan akan sangat sulit untuk mendapatkan pemenang jika mereka berdua bertanding. Tapi jika salah satu dari mereka kalah, mereka akan menerimanya dengan tangan terbuka dan tidak membuat renggang tali persahabatan diantara keduanya. Sedangkan yang lainnya Reza, Rafa, Dimas, Setyo dan Rendra mereka tergabung dalam ekskul basket, sehingga saat mereka bermain tidak akan sepi penonton.
"liat Rafa nggak?" Tanya Reza menghampiri teman-temannya.
"Tadi sih habis bel langsung pergi" jawab Dimas sambil mengangkat bahunya pertanda tidak tau kemana tujuan Rafa.
Reza mengambil handphone dari saku celananya "bro, kamu dimana? Gimana janjian kita?"
"iya, aku gak lupa sebentar lagi aku nyusul. Kita menuju tempat perbengkelan biasa dulu kan? Aku masih ada urusan" seraya menutup telponnya.
"yuk kita pergi" ajak reza menuju mobilnya.
***
Rafa terus mengikuti mobil pemilik hatinya itu, satu fakta baru lagi tentang savira yang adalah ia diantar jemput oleh supirnya setiap pulang sekolah secara tepat waktu bahkan Rafa tadi sudah terlambat untuk menghentikannya padahal jam pulang mereka sama atau mungkin savira menghindarinya sehingga terburu-buru. Satu lagi keahliannya adalah dia pengintai yang hebat, ia berusaha agar mobilnya tidak dicurigai sehingga ia tetap menjaga jarak dengan mobil yang menjadi sasarannya.
Mobil yang ditumpangi savira mulai memasuki pagar rumahnya, ia melajukan mobilnya sehingga mendempet mobil di depannya agar satpam yang membuka pintu tidak sempat menutup pintu pagar itu namun tetap saja dia tidak diperbolehkan masuk. Rafa pun keluar dari mobil dan mencoba bernegaosiasi hingga ia kehabisan rencana.
Savira keluar dari mobilnya tanpa harus dibukakan pintu, dan tiba terdengar seseorang dari belakang memanggil namanya "saf, saf... tunggu. Aku mau denger jawaban kamu"
Ia menoleh kebelakang "aku perlu waktu untuk menjawabnya" jawab savira dengan nada ragu-ragu.
"oke, aku kesini nanti malam untuk nagih jawabanmu, sampai jumpa" dengan suara yang diusahakan selembut mungkin tanpa adanya nada pemaksaan sedikit pun. Rafa pun masuk kedalam mobilnya dan berlalu pergi.
'huft...akhirnya' batin savira mendesah lega setidaknya dia tidak harus memberikan jawaban sekarang.
Rafa menyusul teman-temannya menuju bengkel langganan untuk mengecek motor mereka. Tak lama dia terpaksa harus pergi untuk menjemput papanya dari bandara karena sopir rumahnya sedang mengantar mamanya belanja. Bukan hanya itu seperti biasanya papanya akan menyempatkan diri untuk mengecek keadaan perusahaannya walaupun dia lelah sehabis perjalanan bisnis dan dia harus ikut menemani yang kata papanya dia harus mulai membiasakan diri karena dia nantinya yang akan melanjutkan usaha papanya itu.
"Raf kamu gak mau coba untuk setidaknya melihat-lihat laporan ini?" Tanya papanya yang sedang duduk di belakang meja kerjanya dan menunjuk setumpuk laporan.
"itung-itung biar kamu nanti lebih siap" lanjut ayahnya.
"nanti aja pa, aku juga masih SMA" ujar Rafa yang sedang tiduran di sofa ruang kerja papanya.
Rafa merogoh kantung celananya mencari benda persegi empat yang digunakan untuk berkomnukasi dan semua orang memilikinya. Dia membuka salah satu aplikasi sosial medianya dan segera mencari informasi tentang seseorang. Lama dia men-stalker hingga jatuh tertidur dengan hp di dadanya.
Sebuah guncangan di bahunya mengganggu tidurnya disertai panggilan "raf,raf bangun. Ayo pulang".
Rafa mulai membuka matanya perlahan-lahan menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Melihat suasana yang berbeda dari sejak dia jatuh tertidur, segera saja dia melihat jam yang menunjukkan angka 6, membuat ia beranjak dan langsung meraih kunci mobilnya.
"ehh... kamu mau kemana? Papa pulang pake apa? Papa belum hubungin sopir rumah untuk jemput, dan papa udah siap pulang" ucap papanya melihat tingkah laku anaknya itu.
"ohh, oke pa" jawabnya lesu sambil menggaruk belakang kepalanya.
Ia terus berpikir apa yang akan ia lakukan, dia begitu gelisah di balik kemudi melihat jalanan di depan macet dimana-mana terutama jalanan menuju rumahnya. Dia membuka pintu mobilnya namun papanya mencegatnya.
"ada apa? Kamu mau kemana? Ini masih macet"."pa aku mau pergi ke rumah calon pacarku, jadi maaf gak bisa nganter papa pulang. Papa nyetir sendiri ya".
ia memberikan penjelasan panjang lebar dengan wajah frustasinya, bagaimana tidak ini sudah jam setengah 8 malam dan belum lagi menuju ke rumah savira yang kemungkinan juga mengalami kemacetan yang sama. Bisa-bisa ia mendapatkan reputasi yang buruk untuk kunjungan pertama bagi calon pacarnya itu dan itu adalah poin minus.
Ia berlari mencari taxi menuju rumah savira dan sejam kemudian ia berdiri di depan pagar putih itu.
"pak, savira nya ada?" sambil menggedok pagar supaya satpam itu mendengar bahwa mereka kedatangan tamu.
***
Maaf jika ada banyak typo, masih belum direvisi. Terima kasih telah mampir dan membaca😊😁😉
Gimana nih sama alur ceritanya? Apa pendapat kalian?
Selamat menunaikan ibadah puasa dan mohon maaf lahir dan batin 👋👋🙏🙏😉😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive and Arrogant
Teen Fiction"and now, I know you are possesif girl" dari seorang lelaki. "and now, I know you are arrogant boy" untuk kali kedua di pertemukan dalam pertandingan yang sama dan dibalas dengan kata-kata yang hampir sama. Vereyza, Savira dan Refandra