"Lo suka sama Arga?" tanya Sadam polos. Dia sama sekali tidak menyadari dampak dari ucapannya itu.
Brakk,
Dengan refleks Vey menjatuhkan kotak yang baru dipungutnya tadi. Kaget mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Sadam. Tasya dan Irma yang berada dibelakang Vey ikut terbelalak tak percaya. Bersamaan dengan seluruh kantin yang langsung heboh mendengarkan pembicaraan mereka. Ditambah kehadiran Lusi yang langsung mencatat hal-hal penting yang bisa diliputnya dibuku catatan wartawannya.
Vey mematung. Ia tersenyum canggung. Vey bingung mau menjawab apa. Apalagi disaat dia menjadi pusat perhatian seperti ini. Dia benar-benar gugup.
Irma menyenggol Vey pelan. Sementara Lusi sudah menyiapkan rekaman. Dia mulai merekam kejadian ini. Arga menyipitkan kedua matanya, dia mengenali Vey sebagai cewek yang kecopetan di mall.
"Lo mau ngapain?" tanya Ilham melihat Arga melangkah mendekati Sadam dan Vey.
"Kenapa lo gak jawab?" tanya Sadam penasaran dan sekaligus memojokkan Vey. "Kalo lo gak jawab, berarti lo-"
"Gue gak mau." potong Arga yang sudah berdiri diantara Sadam dan Vey. Kalimat ambigunya itu mampu mengejutkan semua orang.
"Maksudnya?" Vey tidak mengerti kenapa Arga tiba-tiba mengatakan nggak mau.
Arga tersenyum sinis, "notes lo, gue nggak mau sama lo, masih kurang jelas?"
Kedua mata Vey mulai memanas. Semua tatapan yang tertuju padanya juga mulai ganas. Apalagi seperti Cinta dan para cewek lain disana. Semua pasti salah paham dengan ucapan Arga padanya. Daripada harus terus menahan airmatanya. Vey lebih memilih berlari meninggalkan tempat itu. Secepatnya, secepat yang ia bisa. Melewati kerumunan yang dalam kedua mata Vey. Semua orang ditempat itu menertawakannya.
Tasya dan Irma mengikutinya dari belakang. Sekarang. Vey bisa merasakan, kejamnya mulut cowok berdarah dingin itu. Semua orang pasti sudah salah paham dengan perkataan Arga. Vey malu. Padahal, dia sudah menyiapkan semuanya dari sepagi buta. Kali ini Vey sadar. Vey telah ditolak Prince Charming. Sebuah penolakan telak.
"Vey lo nggak apa-apa kan?" Irma mengetuk pelan pintu kamar mandi yang sengaja dikunci Vey dari dalam.
Hanya suara isak, yang dapat mereka dengar. Vey tidak mempunyai cukup kekuatan untuk menjawab.
"Lo nembak Arga?" kini Tasya mulai memecahkan rasa penasarannya.
Vey menggeleng dari dalam. Tentu saja. Kedua sahabatnya tidak dapat melihatnya. Tasya mulai sadar. Mereka tidak akan bisa memaksakan keadaan lagi. Vey juga pasti sadar akan hal itu.
"Lo mau nyerah?" tanya Tasya lagi mengejutkan Irma tapi tidak untuk Vey. Gadis itu mengangguk. Dia nggak mau disia-siakan seperti ini lagi.
"Iya.." jawabnya serak. Kedua sahabatnya itu tersenyum mengerti. Mulai sekarang mereka akan berhenti membantunya merebut hati Prince Charming berhati dingin itu.
Kesedihan bagi Vey malah menjadi semangat untuk Lusi. Karena Vey, dia bisa kembali menyambung daftar cewek yang ditolak Arga. Ya. Lusi memampangkan foto Vey dimading seenaknya. Artikel itu kembali dipenuhi para murid. Mereka sibuk mengjudge Vey tanpa tahu orang yang mereka bicarakan itu tengah memperhatikan dari dalam kelas. Kenapa rumor itu cepat banget menyebar sih, Vey jadi tambah malu buat masuk sekolah.
"Semangat Vey. Lusi emang kaya gitu orangnya." Irma mengelus punggung Vey lembut.
Andaikan. Dia punya beribu keberanian. Vey akan menerobos para murid itu dan menjelaskan semuanya dengan rinci. Nggak lupa juga, menyingkirkan artikel tentangnya dari mading sumber gosip itu. Sayangnya. Vey nggak berani. Dia cuma bisa berdiam diri mendengar ocehan para murid itu.
"Gak sadar diri banget sih, Cinta aja ditolak apalagi dia coba."
"Dia pikir hidup di dalam film, terus jadi pemeran utamanya." murid itu menggeleng bikin sebal tiga pasang mata disudut pintu.
"Pulang yuk ah." ajak Vey meninggalkan kelas tanpa melewati kerumunan itu diikuti Tasya dan Irma yang mengekor dari belakang.
***
Sekarang. Hari sudah berlalu begitu cepat. Vey belum sepenuhnya menyerah. Dia masih berharap cowok itu menyesali perbuatannya. Karena setelah kejadian itu, Vey mulai berhenti kepoin si Prince Charming.
Vey bersandar pada jendela dikamarnya. Hampir setiap malam dia mengintip ruangan disebrang rumahnya itu. Tapi Vey nggak pernah nemuin Arga disana. Cowok itu pergi kemana? Apa mereka sudah pindah lagi?
"Kenapa ngelamun kak?" suara itu mengejutkan Vey, Zahra tampak memperhatikannya dari sebrang sana.
"Kak Arga, jam segini kemana?"
Zahra tersenyum kecut, "dia jarang ada dirumah kak."
"Jarang?" berarti sia-sia dong, Vey mengintip kamar Arga selama ini. "Emang suka kemana gitu?"
"Gak tau kak, sama temennya kali." Zahra juga sama, tak pernah tahu apa yang dilakukan cowok itu diluar sana.
"Ah, tenang aja..cowok yang punya julukan Prince Charming kaya kakak kamu itu nggak mungkin jadi kupu-kupu malam." Vey mencoba menghilangkan aura tegangnya Zahra.
Dia hanya tersenyum kecut membalas cerianya Vey disebrang sana. Mau bagaimana pun Zahra mengenal Arga jauh lebih baik dari Vey. Gadis itu tak pernah tahu, Arga yang sebenarnya itu seperti apa. Tapi Zahra juga nggak mungkin menceritakannya pada Vey. Karena saat ini bukanlah situasi yang tepat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince Ice And I
Novela JuvenilCerita tentang penyesalan, rahasia, ketertarikan, dan pandangan tentang cinta. ______________________________ Arga Irawan seorang senior cakep juga menawan. Merupakan the most wanted sekolah, yang sulit diincar. Dengan julukan "Prince Charming "...