Tidak ada hubungan tanpa di uji kekuatannya, jadi konflik adalah hal yang wajar.
Defran Arie Olvio
______________________________Panen padi telah usai, Dania Defran pun tak lagi di desa tempat Ayah dan Ibu Dania tinggal mereka sekarang ada di apartemen mereka. Dania sedang memasak makan siang untuk mereka karena hari ini Defran libur dari kantornya, Defran sendiri masih berkutat dengan macbook-nya dan tumpukan dokumen yang harus di tanda tangani olehnya yang memang sengaja di bawahnya ke apartemen.
Perkerjaannya sangat menumpuk hingga hari liburpun dia masih setia dengan kacamata dan pena kesayangannya, ini terjadi demi menemani sang istri di desanya yang rindu memanen padi. Defran jadi teringat pesan ayah mertuanya jika dia harus menjaga dan menuruti permintaan Dania sebaik mungkin karena wanita hamil itu labil dan gampang ngambek.
Makan siang sudah siap, Dania mencari Defran di kamar tapi dia tak menemukan suami tampannya itu "Kemana Defran" pikir Dania. Ia meliriknya ruang kerja suaminya yang sedikit terbuka. Suaminya itu masih sangat tampan walaupun mukanya sudah sangat kusut,
"Def, berhenti dulu kerjanya! Ayo kita makan!" pintah Dania menghampiri suaminya yang hanya dijawab anggukan."Def ayo makan! Aku udah selesai masaknya."
"Bentar lagi sayang, kalo kamu laper duluan aja yah." jawab Defran yang masih melihat macbooknya.
"Hari ini hari libur, tapi kamu masih kerja. Makan siang aja gak bisa padahal aku mau ngajakin kamu nonton atau ngemall, terus aja kerja " Kata Dania
"Kenapa gak kamu bawak kesini aja makan siangnya sayang?" Tanya Defran masih sibuk dengan macbook-nya.
"Yang namanya makan ya di meja makan, bukan di ruang kerja!" Sindir Dania kesal.
" Hm ayolah kita makan!" kata Defran menarik tangan istrinya ke meja makan.
"Nah gitu dong jangan kerja mulu istri di anggurin aja!" sindir Dania, "makannya satu piring berdua aja yah?" lanjut Dania.
"Iya istriku tapi suapin!" kata Defran manja.
Dania menyuapi Defran dengan telaten sesekali dia menyuapi dirinya sendiri, senyum di wajahnya mengembang melihar kelakuan suaminya itu mirip anak kecil yang sangat manja.
"Def, jalan yuuk!" kata Dania di sela dia menyuapi Defran, tapi sang suami hanya mengeleng.
"Aku bosen Def, pengen lihat dunia luar, bosen terkurung di sini." rajuk Dania mencebikan bibirnya.
"Gak bisa sayang, kerjaan aku numpuk!" Tolak Defran.
"Kalo kamu gak bisa, aku aja yang keluar sendiri, aku bosen di sini!"
"Gak boleh gitu dong sweetheart! Masa suami tampanmu ini di tinggal sendirian disini."
"Kamu ke kantor aja sana! Di sini juga percuma masih kerja juga." kata Dania ketus.
"Kok kamu gitu sweetheart?" Tanya Defran.
"Bosen disini, mau ke kosan adek Wulan aja. Terserah kamu mau nemenin atau ngak!" jawab Dania meninggalkan Defran ke kamar.
Di dalam kamar bukannya bersiap ke kosan wulan Dania malah nangis cecegukan, entah kenapa dia merasa jika dirinya begitu sedih ketika suaminya itu lebih memilih pekerjaannya dibanding menemaninya, hormon ibu hamil benar- benar membuatnya sensitif, sementara Defran masih mematung dengan perilaku istrinya itu, tadi istrinya baik- baik saja memandangi tingkah manjamya tapi sekarang ngambek pengen ke kosan adiknya, "ngomong- ngomong ke kosan adiknya kenapa Dania tak juga keluar kamar" Pikir Defran.
Defran mulai panik di tujunya kamar mereka, dan ternyata terkunci dari dalam.
"Sweetheart kamu di dalam?" tanya Defran dari luar, tidak ada sahutan sama sekali, katena Dania menangis dalam diam.
"Sayang buka pintunya aku mau masuk!" masih sama Dania masih belom mau menjawab.
"Sayaaang, buka dong pintunya aku mau masuk!" Kata Defran lagi.
"Sweetheart ayo buka pintunya! Aku tau kamu masih ngambek tapi ayo buka pintunya!" bujuk Defran.
Hening, Dania masih asik meneruskan aksinya menangis dalam diam, hingga suara dari luar terdengar mengamuk.
"Dania cepat buka pintunya! jangan sampai aku dobrak ya, kalo aku dobrak jangan salahin aku kalo kamu aku hukum." Ancam Defran dari luar.
Dania bergegas membuka pintu, suaminya itu telah marah dan Dania takut jika Defran marah.
Ceklek suara pintu kamar terbuka, Dania hanya menunduk tak berani melihat wajah suaminya itu, sementara Defran sendiri matanya menajam, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal menahan amarah.
"Kamu tahu aku bela- belain libur ini buat bisa sama kamu hah!" Bentak Defran, "Kamu tahu kerjaan aku menumpuk karena nemenin kamu pulang kampung hah, aku udah cukup sabar yah dengan sifat manja kamu itu, coba kamu ngertiin sedikit posisi aku Nia, aku ini kerja buat kamu buat keluarga kecil kita!" Defran mengambil nafas sebentar rahangnya masih mengeras.
"Maaf, " kata Dania.
"Kamu bikin aku pusing tahu, masalah kantor aku tu banyak Nia, dan aku punya banyak tanggung jawab buat ribuan karyawan aku Nia." kata Defran lagi.
"Maaf," kata Dania lagi.
"Seharusnya kamu itu sadar posisi Nia! Kamu itu cuma istri bayaran, istri yang aku bayar, atau perlu aku ingetin lagi kalo kamu cuma istri bayaran jadi jangan mintah macem- macem! Kayak istri sungguhan Nia. Sadar posisi inget kamu cuma istri bayaran yang aku bayar." Tegas Defran tidak sadar melukai harga diri sang istri.Air mata Dania tanpa seizin pemiliknya menetes dengan derasnya, Dania yang tadi menunduk karena kemarahan suaminya mulai menegakan kepalanya, dihapusnya sendiri air mata dengan tangannya secara kasar, dipandangnya wajah Defran seolah menunjukan kalau dia tidak terpengaruh dengan perkataan Defran, cukup hanya hatinya saja yang sakit oleh mulut pedas suaminya itu.
"Terima kasih tuan Defran Arie Olvio sudah mengingatkan jika saya hanya istri bayaranmu dan saya juga mau mengingatkanmu kau juga tak berhak melarangku! Dan satu hal lagi jangan sampai kau jatuh cinta kepada istri bayaranmu ini, ingat sekali lagi aku hanya istri bayaranmu, bukan istri sungguhanmu!" Kata Dania langsung mengambil tas meninggalkan apartemen Defran.
"Arghh sial tak seharusnya aku bicara begitu!" Pekik Defran melihat pungung Dania yang mulai menghilang di balik pintu apartemennya.Dikosan Wulan langsung memeluk kakaknya " Kak Nia kok jarang sih jenguk Wulan? Mana kemaren mudik gak ngajak lagi!"
"Hm maaf dek, Mila ada?" Tanya Dania.
"Ada tu di dalem kak."
"Hai mbak Nia, tumben main kesini!" Tanya Mila.
"Hehehe kangen aja sama kalian." jawab Dania langsung menuju kamarnya, kamar yang di tinggalkannya beberapa bulan ini, "Hm masih sama kamarnya" Batinnya, Direbahkanya tubuh lelahnya untuk tidur di ranjang yang sudah di rindukannya.
"Wulan sini bentar!" panggilnya.
" Kalian udah makan?" Tanya Dania yang di jawab gelengan oleh wulan.Dania mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari dompetnya " Ni, kalian cari makan di luar, maaf kakak tadi buru- buru jadi gak sempet bawak makanan."
"Oke kak," jawab Wulan yang langsung mengajak Mila mencari makanan.Hari semakin gelap belum ada tanda-tanda Dania akan pulang, Defran mulai gelisah berulang kali di telvonnya no Dania tapi tidak di angkat, SMS dan chatpun tak di balas oleh istrinya itu "Dania kamu dimana? Jangan buat aku kwatir!" Batinnya.
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Dania Bella [Pindah Ke Noveltoon]
RomantikDia (Defran Arie Olvio) menculikku dan memaksaku menandatangani surat perjanjian yang isinyapun aku tak tahu dan dia juga memaksaku untuk menikah dengannya. *Dania Bella* Setelah dia menjadi istriku akan ku buat hidupnya bagai di neraka yang indah...