Pintu tandu terbuka. Seorang gadis cantik keluar dari dalamnya. Matanya yang bulat menyipit karena terkena silau matahari. Ia berjalan perlahan memasuki istana dengan langkah yang anggun. Aura kebangsawanan tingkat tinggi terpancar dari penampilannya. Ia menghadap Raja yang diapit oleh Ratu Jo dan Selir Kim di kiri dan kanannya. Perlahan ia menunduk hormat dengan anggun.
"Jadi ini calonnya?" tanya Raja.
"Iya, Jeonha. Dia adalah keponakan jauh dari garis keluarga ibu hamba," jawab Selir Kim.
"Namamu siapa?"
"Nama hamba Yoon Mi Ran dari klan Yoon."
"Selamat datang di istana. Kau akan tinggal di sini untuk belajar berbagai hal. Bila memenuhi syarat, kau bisa tinggal di sisi Putra Mahkota," kata Selir Kim.
"Hamba akan berusaha sebaik mungkin."
Setelah berbincang-bincang sebentar, Mi Ran diantar menuju tempat pelatihan untuk calon besan kerajaan. Raja tampak mulai menyukai gadis yang pandai mengambil hati itu. Selir Kim juga menyukainya. Hanya Ratu Jo yang masih ragu, namun tidak berani mengutarakan pendapatnya, karena meskipun sekarang dia adalah Ratu, tetapi akhir-akhir ini Raja lebih sering mendengar pendapat Selir Kim. Mungkin karena Selir Kim baru melahirkan seorang putra.
Ratu Jo khawatir, sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. Tampaknya klan Kim dan antek-anteknya mulai menancapkan taringnya semakin dalam. Bila mereka bisa mendapatkan Putra Mahkota dengan pernikahan ini, jalan mereka akan semakin mulus.
***
Yoon Mi Ran lulus dari pelatihan, kini dia boleh tinggal di kediaman Putra Mahkota. Sebentar lagi upacara pernikahan selir akan dilaksanakan. Mi Ran menemui In Hye di kamarnya.
"Saya Yoon Mi Ran. Sebentar lagi saya akan membantu Mama untuk melayani Putra Mahkota. Semoga kita bisa rukun. Saya masih banyak kekurangan, mohon bantuannya," kata Mi Ran sambil menunduk hormat.
"Iya, semoga kau betah di sini."
In Hye agak khawatir, takut Jeong Do akan menyakiti Mi Ran seperti yang dia alami. Ia berharap Jeong Do bisa berubah.
***
Jeong Do berpapasan dengan Mi Ran di taman. Mi Ran menunduk hormat.
"Siapa kau?"
"Hamba akan membantu Bin-goong-mama untuk melayani anda sebagai salah satu istri anda."
"Ah... calon selir? Bicaramu berputar-putar."
"Maafkan hamba, Jeoha."
"Lagipula sebenarnya aku tidak membutuhkan selir. Aku tidak mengerti jalan pikiran Abbamama."
Jeong Do berjalan melewati Mi Ran. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Dia melihat In Hye yang berdiri tak jauh dari sana, sedang melihat dirinya.
"Tunggu sebentar," kata Jeong Do menahan Mi Ran yang akan berjalan pergi.
Mi Ran menoleh dan terkejut melihat setangkai bunga peoni di depan wajahnya.
"Ini hadiah selamat datang," kata Jeong Do memberikan bunga itu.
"Terima kasih, bunganya indah sekali," kata Mi Ran sambil tersenyum senang.
Dari manik matanya, Jeong Do melirik In Hye yang memalingkan wajah dan berjalan pergi.
***
Pada malam bulan purnama, In Hye berjalan sendirian di tepi kolam dengan mata menerawang. Malam ini ritual malam pertama Putra Mahkota dengan selir barunya sedang dilangsungkan. In Hye berharap ritual itu berjalan lancar. Ia tetap khawatir dengan temperamen suaminya yang selalu berubah-ubah. Tetapi di balik kekhawatirannya itu, terselip perasaan sedih. Seperti ada duri yang tertancap di hatinya, membuatnya sulit bernapas.
Dari arah berlawanan, Dong Gun berjalan menghampirinya. Pria itu kini tidak menjaga kediaman Putra Mahkota lagi. Dia dipindahkan ke gerbang depan istana. Tetapi khusus hari ini, ia berhasil menyelinap untuk menemui In Hye diam-diam.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Ya, aku baik-baik saja. Mengapa kau menanyakan hal itu?"
"Kudengar Putra Mahkota menikahi selir."
"Itu benar."
"Kau... tidak sedih?"
"Untuk apa merasa sedih? Aku malah senang punya teman baru. Dia gadis yang cantik, pintar dan ramah. Ah, sudah larut malam, sebaiknya aku kembali."
In Hye berbalik, namun Dong Gun menahan tangannya.
"Akh..." In Hye meringis.
Dong Gun menarik lengan baju In Hye. Matanya terbelalak melihat guratan-guratan bekas luka. In Hye menarik tangannya.
"Kau tidak boleh menyentuhku sembarangan! Aku adalah Putri Mahkota!"
"Jadi benar... gosip yang selama ini kudengar... bahwa Putra Mahkota menyiksamu, bahkan memperkosa para dayang istana. Kupikir semua itu hanya gosip murahan untuk menjatuhkan Putra Mahkota. Aku bahkan menghajar rekanku yang berkata bahwa kau diperkosa oleh Putra Mahkota."
"Tidak, itu tidak benar. Jaga ucapanmu."
"Lalu luka-luka itu..."
"Kembalilah ke posmu. Jangan ikut campur urusan rumah tangga orang lain," In Hye memalingkan wajah.
Dong Gun mengepalkan tangannya.
"Baiklah. Aku hanya ingin kau tahu, aku akan selalu ada untukmu. Bilang saja bila kau membutuhkan bantuanku. Bahkan bila kau ingin kabur dari istana, aku akan membantumu."
Dong Gun pergi meninggalkan In Hye yang mulai menangis.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Princess ✔
Historical FictionTrigger Warning!! Mengandung unsur kekerasan (meskipun aku berusaha membuatnya tidak terlalu eksplisit) . . . Dipilih menjadi Putri Mahkota, pendamping dari Putra Mahkota Raja? Siapa yang tidak mau? Itu adalah impian para gadis! Akan tetapi ketika...