Senja ini tak lagi sama seperti senja yang dulu.
Saat kau masih berada di sampingku. Berjalan seorang diri.
Melanjutkan kehidupan yang dulu sempat kita songsong bersama.Entah sampai kapan seperti ini, terbayang-bayang akan kebersamaan yang pernah kita jalin. Meski banyak yang tak mampu ku beri,
namun kumohon tetap kenang kebersamaan kita yang dulu kita lalui.***
Pagi ini kembali ku langkahkan kaki menyusuri jalan menuju tempatku bekerja, aku bukanlah orang dengan bergelimang harta yang akan bepergian dengan mobil mewah.
Aku bekerja sebagai pelayan di kedai milik sahabatku, ia berbaik hati menerimaku menjadi salah satu karyawannya dengan gaji yang cukup untuk memenuhi kehidupanku seorang diri.
.
.
.
Semakin sore kedai ini akan semakin banyak pengunjung banyak dari mereka adalah karyawan atau mahasiswa yang menghilangkan penat setelah seharian bergelut dengan kegiatannya.Kedai ini cukup di terima baik oleh berbagai kalangan, desain yang klasik membuat orang nyaman dan ingin kembali ke sini, Jimin pandai sekali memadu padankan interior, tak salah karena ia adalah seorang arsitek, di usianya yang menginjak 27 tahun ia sudah banyak menghasilkan karya-karya yang bernilai tinggi, jiwa seninya patut di acungi jempol.
Pintu itu kembali terbuka menandakan salah satu meja di tempat ini akan kembali terisi, aku berjalan mendekati dua orang yang baru saja mendudukkan pantatnya di kursi kayu yang khusus jimin sendiri yang mendesainnya.
"Selamat sore, selamat datang di kedai kami" Seperti biasa aku akan menyapa setiap pengunjung sebelum menulis menu yang akan mereka pesan, membungkukkan bandan dan saat kembali menegakan tubuh pandanganku bertemu dengan wanita yang mengenakan dres putih gading yang duduk di sebelah pria dengan wajah bak pangeran.
Dia tampak kaget saat menatapku begitupun diriku, pria di sampingnya sadar akan raut wajah wanitanya pria itu menyentuh pipi wanita tadi dan berkata lembut di depan wajahnya, suaranyapun benar-benar seperti pangeran "Ada apa?" Tanyanya, kemudian wanita itu menggeleng dan tersenyum pada pria itu.
"Apa yang kau mau?" Pria itu bertanya setelah ia memilih pilihannya sedang wanita di sampingnya nampak masih memilih menu untuk ia pesan.
"White coffe" Ucap wanita itu akhirnya.
"Ada lagi?" Pria itu kembali bertanya, dan di jawab gelengan oleh wanita tadi.
"Baik saya pesan satu White Coffe dan satu Capucino"
Aku yang mampu menguasai diri saat sadar wanita di depanku adalah Eunji, kemudian menulis pesanan mereka dan kembali melafalkan apa yang mereka pesan.
"Baik akan kami siapkan, mohon tunggu sebentar" Setelah itu akupun bergegas menuju meja pesanan.
***
Hari itu setelah satu tahun kami berpisah akhirnya aku bertemu lagi dengan wanita yang dulu sempat aku sayangi bahkan mungkin sampai saat ini.
Eunji, wanita yang tempo hari mengunjungi kedai adalah mantan kekasihku, kami menjalin hubungan cukup lama namun karena suatu hal yang entah apa itu, Eunji memutuskan hubungan yang sempat aku impikan akan berakhir di pelaminan nyatanya kandas di tengah jalan.
Aku sempat mendengar bahwa Eunji sudah menikah, saat itu aku benar-benar terluka wanita yang aku impikan akan bersanding denganku bahkan memutuskan hubungan kami dan memilih menikah dengan pria yang aku tak kenal. Namun dengan melihat penampilan pria itu aku sadar begitu banyak perbedaan dari kami.
Pantas saja Eunji memilih pria itu, aku yakin banyak hal yang ia inginkan terpenuhi hanya sekejap mata, Eunji bukan wanita matre yang menginginkan ini itu tapi aku sadar dulu saat kami menjalin hubungan tak banyak yang aku beri untuknya aku yakin bukan karena harta Ia memilih pria itu.
.
.
.
Hari jum'at adalah hari dimana aku memlih untuk berlibur, sebenarnya aku tak butuh hari libur yang aku butuh adalah uang aku perlu uang untuk kelangsungan hidupku namun kembali kebaikan jimin selalu membuatku malu ia memaksaku untuk mengambil hari libur di setiap minggunya.Saat ini aku sedang berada di salah satu mini minimarket, membeli keperluan untuk satu bulan kedepan setelah selesai aku memilih berdiri di dekat jendela untuk memakan mie instan yang sebelumnya aku beli, namun tiba-tiba ada seseorang di sampingku betapapun aku kaget ia adalah Eunji.
"Lama tak jumpa, bagaimana kabarmu?" Tanyanya padaku namun pandangannya kedepan.
Aku tak langsung menjawab pertanyaannya, aku bahkan memilih mengaduk mie di depanku entah aku harus bersikap bagaimana.
"Maaf karena tak mengundangmu saat pernikahan" Ucapnya lagi.
Kemudian akupuun membuka suara "Tak apa aku mengerti, bagaimana kabarmu?" Aku malah balik bertanya padanya.
Eunji tertawa mendengar pertanyaanku dan menjawabnya dengan santai beda saat kami bertemu di kedai tempo hari "Aku baik, apa kau sudah menikah?" Pertanyaan itu membuaatku meringis.
"Aku bahkan masih belum melupakanmu" Ya, aku memilih berkata jujur.
"Kita sudah berakhir"
Aku tahu dan aku sadar, namun nyatanya aku masih belum bisa melupakan wanita ini, terlalu sayang untuk dilupakan mesti aku tak berhak akan wanita ini.
"Aku harap kau tak melupakan kenangan bersamaku dulu, aku sadar harusnya aku tak berkata seperti ini, namun bagiku semua ini belum berakhir, walau nyatanya kau adalah istri dari orang lain.
Setidaknya biarkan kenangan kita tetap hidup walau kenangan kita menyakitkan, aku tahu aku egois tapi sampai saat ini aku belum menemukan wanita sepertimu"
Aku berucap panjang lebar, entahlah aku ingin meluapkan isi hatiku.
Eunji masih setia di sampingku, ia bahkan melupakan mie yang sama ia beli sebelumnya.
"Kau tak boleh seperti ini, aku sudah menikah dan aku harap kau juga sebaiknya segera menikah, aku yakin kau akan mendapatkan wanita yang lebih baik dariku dan aku yakin kau juga bisa melupakanku"
Ucapannya membuatku semakin sakit. Aku sadar betapa bodohnya aku mengharapkan wanita yang nyatanya tak akan pernah aku miliki sampai kapanpun.
Tak mampu menjawab ucapannya, aku hanya diam mungkin aku terihat menyedihkan, seorang pria yang tak mampu lari dari kenyataan.
"Berusahalah, aku yakin kau bisa melupakanku, esok aku akan pergi ke Jepang, aku dan suamiku akan menetap di sana, sebaiknya kau segera temukan wanita lain, kau pantas bahagia dan aku minta maaf akan segala kesalahku, aku... aku permisi" Kemudian Ia pun pergi, pergi meninggalkanku untuk yang kedua kalinya. Bahkan ia meninggalkan mie yang belum sempat ia makan.
***
Hari demi hari aku lalui, sudah satu minggu sejak kepergian Eunji. Malam itu aku merenung memikirkan perkatan Eunji.
Mungkin memang benar sebaiknya aku melupakan semuanya namun bagiku kenangan terlalu sayang untuk di lupakan bahkan sekalipun kenangan itu menyakitkan.
Aku berharap aku akan segera menemukan wanita lain sepertinya. Dan malam itu untuk yang terakhir kalinya aku mengirimkan pesan melalui akun sosial media padanya, memintanya untuk tetap mengenang kenangan kita.
Tak ada balasan darinya, namun aku yakin suatu hari ia akan membacanya. Dan mulai saat ini aku akan menjalani kehidupanku yang baru walau tanpa Eunji aku yakin aku akan menemukam wanita sepertinya, sama seperti harapannya untuk ku, dan akupun berharap semoga ia bahagia bersama pasangannya saat ini. Ya aku harap begitu.
Selesai.
Terinspirasi dari lagunya Adele- Someone Like You dan Taehyung juga sempet cover lagu ini. Tadi gak sengaja nemuin lagu ini di folder dan berakhirlah ff ini.
Makasih buat yang mau baca ff ini meski gak nyambung. Maaf kalo gak menarik sekali lagi terimakasih.
Lina-
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone Like You
FanfictionIngatlah bagaimana kita dulu bersama, walau tak banyak yang ku beri karena ini belum berakhir meski kau bukan lagi milikku. -Taehyung.