Fedi menghadiri meeting dengan clien yang mendadak datang dari jepang. Meeting yang membicarakan perancangan furniture hotel ini membutuhkan waktu lama dan sangat detail. Sampai akhirnya meeting ini selesai dengan kesepakatan fedi langsung yang mendesain semuanya.
Fedi berkali kali mengecek handphone nya tapi tak ada pesan maupun panggilan dari indri.
Biasanya setiap jam segini indri selalu menelpon fedi atau sekedar mengirim pesan menanyakan apakah dirinya baik baik saja. Tapi ini tidak.
Akhirnya fedi memutuskan untuk pulang. Fedi melihat mengapa lampu rumahnya tidak menyala. Apa indri pergi? Batin fedi.
Fedi masuk dan menyalakan lampu,tapi tidak terlihat indri di dalam. Fedi pun memanggilnya namun tak ada saut suara. Fedi masuk dan duduk disofa beristirahat. Fedi melihat kertas yang di tindihi pas bunga di meja hadapanya.
To : fedi.
Maaf mas aku pergi tanpa pamit sama mas. Tapi aku ingat ini adalah hari terakhir ku bekerja disini dan aku akan menepati perjanjian itu.
"Kenapa ga bilang langsung ndri...kenapa?" Fedi menggelengkan kepalanya
Aku akan kangen juna dan keyla. Salam untuk mba sarah dan ibu. Karena aku juga tak dapat berpamitan langsung dengannya.
Terimakasih buat semua yang udah mas kasih,termasuk perhatian itu. Mungkin kemaren aku berfikir yakin bahwa perasaan ini milikmu dan aku mungkin akan melupakan perjanjian ini. Tapi seketika keyakinan ku hilang. Dan aku akan memutuskan untuk pergi.
"Perhatian? Yakin dengan perasaan? Jadi kamu juga sayang sama aku ndri? Bodoh fed...lu bodoh" ucapnya fedi menggengam jemari kuat dan memukul meja yang ada di hadapanya.
Maaf mas mungkin aku halangan untuk mas dapet berhubungan lagi dengannya. Aku mengerti dan aku yang akan mengalah lalu pergi.
"Halangan apa ndri? Dan mengalah untuk apa?? Aku bener bener ga ngerti" fedi bingung dengan kepergian indri.
Indri.
Fedi ingin mengungkapkan perasaanya yang sudah lama ini, dan sekarang ia tahu bahwa indri pun punya rasa yang sama sepertinya setelah fedi membaca surat ini. Akhirnya fedi memutuskan pergi mencari.
Fedi bingung kemana ia pergi. Fedi berfikir pasti ia akan kembali pulang. Fedi ingat saat di tukang nasi goreng. Pasti rumahnya tak jauh dari sana! Batin fedi.
Fedi pergi ketempat nasi goreng dan bertanya pada mamangnya. Mamang nya kenal dengan keluarga indri. Mamang nya bilang ibunya sudah pergi dari satu minggu yang lalu.
Fedi semakin kalang kabut dan frustasi kemana indri pergi. Fedi harus menyakini bahwa dirinya mencintai indri dan begitu sebaliknya. Dan fedi yakin ada kesalahpahaman.
Fedi begitu frustasi saat menyetir. Beberapa kali klakson mobil di belakangnya berbunyi kearah mobilnya.
Fedi mencoba berkali kali menghubungi indri namun selalu tidak aktif. Fedi tiba tiba teringat dengan barri dan sofi. Karena mereka lah yang membawa indri.
Fedi dengan cepat melajukan mobilnya kerumah fedi. Fedi mengetuk pintu dengan kencang.
Terbuka pintu rumah besar ini. Barri bingung melihat fedi dengan baju yang sudah kusut,rambut berantakan dan wajah yang lesuh. Barri membawanya masuk dan kini barri sofi dan fedi duduk bersama.
"Barr,lu tau alamat indri?" Barri bingung kenapa ia bertanya seperti ini. Sofi yang mendengarnya pun langsung diam.
"rumahnya di ujung jalan panjang" kata barri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love BABY SISTER
RomanceSiapa yang tak ingin memiliki suami setampan dia dan sekaya dia. Tak pernah terlintas sedikit pun di benak ku untuk menikah dengan dia.mungkin itu hanya cita2 sesaat. Pertemuan tak sengaja yang mempertemukan kami. Yang kini aku menjadi miliknya.