Episode 4 : Mendaftar

42 8 10
                                    


Third Person POV

Rembulan sudah terlihat jelas dan lebih hangat, meskipun belum tengah malam. Dari kediaman Echo terlihat sebuah perdebatan kembali antara kakak dan adik.

Masalahnya ialah karena Echo tahu kalau Niken sedang bermain dan bersosialisasi dengan teman-temannya yang lain. Itu membuat Echo kesal dan khawatir.

Niken POV

"Darimana saja kau ini, Ken?! Apakah kau tahu sekarang sudah larut malam..?" tanya kakakku ketus. Wajahnya sudah berubah seperti seorang singa betina yang anaknya sedang diganggu. Serem banget deh..

"Aku baru pulang dari taman bersama teman-temanku.." Aku tak bisa maupun mau berbohong di hadapan kakakku yang sedang garang itu. Entahlah ada setan apa yang merasuki kakakku malam ini. Padahal biasanya jam segini kakakku itu sudah tertidur pulas.

"Sudah berkali-kali kuingatkan kau untuk tidak bergaul dengan anak-anak yang lainnya!! Kau mengerti atau tidak sih?!" nada omongan kakakku semakin tinggi. Aku benci dan takut saat dia seperti ini. Layaknya aku sudah seperti mau mati saja ketimbang mendengar bentakannya itu.

"Kak! Aku ini juga makhluk yang sama seperti kalian. Aku juga perlu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Aku perlu teman, aku perlu belajar. Aku juga ingin mencintai!!" kataku yang tiba-tiba terselip keluar dari mulutku.

Aura rumah yang tadinya tenang-tenang aja, tiba-tiba berubah menjadi horror mencekam. Dari luar, kami pun sudah tidak mendengar suara jangkrik maupun binatang kecil yang bersuara. Hampa.

Dari tubuh kakakku keluar aura merah membara. Auranya langsung membuatku seperti tenggelam dalam kegilaan abadi. Pandangan matanya menatap ganas padaku, jauh melebihi tatapan seekor elang yang akan menyergap musuh.

"Sudah kubilang enggak boleh, ya enggak boleh!!"

Aku segera berlalu menuju kamar. Aku sudah tidak tahan lagi dengan bentakan dari kakak galakku itu. sementara itu, kakakku hanya menghela napas panjang.

"Maafkan kakak.. Niken! Kakak harap kau bisa mengerti..."

Di dalam kamar, aku menangis sendiri. Aku coba pelankan suara tangisku supaya kakak killer-ku itu tidak menghampiriku dan membentakku lagi.

Aku menangis guna sudah tidak kuat lagi menahan rasa stress yang menumpuk dalam kepalaku tentang dirinya.

Sungguh, kenapa orang sepertinya bisa ada di dunia ini sih!? Apa dia hidup hanya untuk bertengkar denganku? Lebih parahnya lagi, mengapa seorang gadis manusia keturunan singa itu bisa menjadi kakakku!? Dewi Shela memang tidak pernah adil padaku.

Tok... tok... tok...

Di kamarku terdengar suara ketukan pintu dari luar. Ingin sekali aku membukanya, namun aku males melakukannya. Karena sudah pasti kalau ia adalah kakakku.

"Ken.. kakak ingin bicara sebentar denganmu. Boleh kakak masuk?" tanyanya dari luar. Sepertinya suaranya kali ini sedikit menurun daripada yang tadi.

"Tidak boleh!! Kakak kejam.. aku sekarang tidak ingin dan akan menuruti kemauan kakak, apapun yang terjadi. Titik!" teriakku yang membentak-bentak.

Setelah itu tidak ada suara maupun hawa keberadaan kakakku lagi. Hawa kehadirannya bahkan sedikitpun tak bisa kucium lagi. Aku putuskan untuk kembali tidur.

Sesaat setelah aku menutup kedua mataku, dari luar terdengar benturan keras pintu kamarku dengan tinju super milik kakakku. Pintu sekuat baja, eh kayu maksudku hancur berkeping-keping. Kakakku masuk dengan tatapan dan aura membunuh yang ia punyai. Kalau aku.., tentu saja aku ketakutan bodoh!

Niken Prida van Melody (ニッケン・プリダ・バン・メロディ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang