1 -Terbawa lagu

155 23 10
                                    

-

Pelangi - Hivi.
***
"Lorang solat gak, cewe!" tanya Fariz.

"Solat kok, tunggu bentar!" kata Difa.

Mereka sedang berjalan untuk ke masjid di sekolahnya, untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah.

"Entar pulangnya tunggu di depan kantin pak kus aja ya!" kata Fariz, yang hanya dibalas dengan anggukan mereka. Fariz, Kean, dan Bagas pun meninggalkan mereka.

"Eh, kalo menurut gua setelah stalking stalking ig kakak kelas, yang tadi nabrak lo itu kapten basket tau." kata Sinta.

"Emang iya" jawab Nanda dengan santai.

"Kok lo tau si" sebal Difa.

"Emang lo sangka gua murid baru banget disini.!" kata Nanda

"Ya maap sangkain gua lo gak tau!" kata sinta. Dan merekapun wudhu dan sholat dengan hikmat.

Tak lupa mereka dengan pesan Fariz tadi, mereka ke kantin pak kusnaidi. Lalu Nanda dipanggil dengan guru Seni budayanya.

"Eh nan lo dipanggil tuh sama Pak Ardi tuh," kata dia sambil menyenggol bahu kanan Nanda.

"Mana?" Tanya Nanda

"Itu deket lapangan basket!, cepet kali!" kata Sinta . Nanda sedikit berlari ke arah pak Ardi .

"Ntar kamu umumin bilang, latihan nya besok di ruang musik."kata pak Ardi.

"Iya pak " kata Nanda sopan lalu mencium tangan pak Ardi, lalu pergi ke tempatnya tadi.

"Apa Nan katanya ?" Tanya Difa.

"Gua disuruh ngumumin, besok latihan " kata Nanda

"Udah kan. ayok!, sekarang apa mau beli minuman dulu?" tanya Kean.

"Gausah lah" jawab Sinta .

Mereka pun berjalan dengan sama sama menuju kelasnya yang berada di dekat lapangan basket.

"Ehh gila tuh kakak kelas yang tadi nabrak lo kan Nan?, gua mau ikutan lah biar jadi famous kan lumayan" kata Bagas sambil menarik tangan Fariz.

"Eh trus gua ngapain disini?" Tanya Kean sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya lo kesanalah begok, lo mau disangka banci sama orang orang!" ketus Difa . Reza langsung berlari ke arah lapangan basket, untuk ikut main bersama teman temannya.

"Eh Dif, enak gak ikut osis itu, cape gak?" tanya Sinta.

"Enggak si biasa aja, soalnya kan gua juga pas SMP ikut osis juga, jadi udah biasa aja" jawab Difa yang berlanjut dengan obrolan tidak jelas.

Akhirnya pun mereka sampai dikelas mereka, dan langsung menaruh mukenah yang tadi dipakainya untuk shalat itu ke tasnya masing masing.

***
Pelajaran yang membosankan ini membuat mereka ingin tidur, saat ini pelajaran Sejarah yang diajar oleh Pak suntak (sunardi botak) ,itulah panggilan mereka kepada guru ini.

"Pak saya cape pak dengerin bapak, emangnya bapak gak cape tah?, ngejelasin dari tadi ralat nambah cerita." tanya Bagas dengan santai nya.

"Kamu ini, kalau saya lagi menerangkan jangan memotong ucapan saya, saya punya mulut berhak ngomong!" tegas pak suntak.

"Saya gak bawa gunting pak, mana bisa saya motong ucapan bapak, trus saya punya mulut juga, saya juga berhak dong pak ngomong" kata Bagas, yang membuat muka pak suntak merah padam, seperti kepiting rebus, dan siap segera menerkam Bagas.

SchmerzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang