#2 The Real Hope

38 16 5
                                    

"Hope is being able to see that there is light despite all of the darkness"

-Desmond Tutu-

Happy reading :)

..........................

Sinar matahari menyeruak masuk menyapa seseorang yang berada dalam kamar dengan ukuran sedang, seseorang mempersilahkan sinar matahari tersebut masuk dan membangunkan Adira,

Mata Adira terbuka sedikit demi sedikit. Sungguh ia masih enggan untuk bangun karena tubuh nya masih sangat merasa pegal. Tetapi Adira mengingat perkataan Bunda jika ia akan membangunkannya untuk sarapan bersama tetapi setelah mata Adira terbuka sempurna ia tidak melihat sosok Bunda di dalam kamarnya itu melainkan sosok pemuda tinggi yang sedang menghadap ke arah jendela luar.

Adira terduduk di atas kasur empuk itu sambil terus menatap punggung pemuda itu. Adira berdeham sedikit karena pemuda itu tak kunjung membalikan badannya.

Dehaman Adira masuk ke pendengaran pemuda itu,ia memutar tubuh nya menghadap gadis yang sedang terduduk dengan wajah yang sangat terlihat letih.

"Oh lo udah bangun. Gue di suruh bangunin lo buat sarapan pagi. Eh tapi lo nya malah kebo banget" Kata pemuda itu sambil mendekat ke Adira,

Adira tetap terdiam,tidak menyahuti perkataan Rendra,

"Yeee malah diem. nyawa lo masih melayang-layang ya?" 

Adira kaget,pemuda tersebut menepuk nepuk pipi Adira. Maksudnya hanya untuk membangunkan Adira tetapi Adira malah merasa aneh.

Pemuda itu langsung menarik tangan Adira agar ia cepat bangkit dari kasur empuk itu. Rendra membawa Adira ke meja makan. Di meja makan tersebut sudah ada bunda dan om Aryo,

"Selamat pagi Adira, gimana tidur kamu semalam?"

Bukannya Adira yang menjawab,tetapi Rendra lah yang menyahuti bunda Syifa,

"Wah nyenyak banget tuh bun,dia sampe ngebo gitu" Kata Rendra sambil ikut duduk menyusul kedua orang tua nya itu,

"Rendra bisa aja. Udah akrab nih sekarang?. Oh iya Dira panggil om Ayah aja ya. Panggil Resta Abang atau kakak ya seenak kamu lah. Jangan sungkan sama kita, ini sekarang keluarga baru mu" Kata om Aryo sambil mengoleskan selai coklat diatas roti,

"Hehe iya om, eh ayah maksudnya" Ucap Adira sedikit malu-malu,

"Dir,panggil gue abang aja ye. Gue pengen nya di panggil abang nih" 

"Iyee bawell"

"Yaudah Dir,kita sarapan dulu. Nanti bunda mau ke sekolahmu untuk mengurus kembalinya kamu bersekolah di situ. Rendra nanti Dira sekolahnya bareng kamu ya?"

Rendra tersedak dengan ucapan Bundanya,entah kenapa Adira ingin rasanya untuk menertawai kakak nya itu,lebih tepatnya kakak angkatnya.

"Loh kok bareng Rendra sih bun? Ribett ahh ga bisa bebas" Rendra menyesap susu hangat nya itu dan kembali memakan sisa rotinya,

"Nggak ada penolakan atau uang jajan kamu ayah potong" Ancam Ayah Aryo sambil menahan tawanya,

"Gue adek lo sekarang bang bukan sepupu aja" Bisik Adira kepada Rendra berniat untuk menggodanya,

Yang di goda malah menjitak pelan kepala Adira. Semua yang ada di meja makan bergidik geli melihat tingkah Rendra.

*****

Adira tidak pernah menduga jika hidupnya bisa kembali menjadi baik.  Setelah ia ditinggal oleh semua orang yang menyayanginya, Adira merasa enggan untuk melanjutkan hidupnya. Rasanya ia sudah tidak ada manfaatnya lagi jika hidup. Tetapi semua pikiran itu adalah sebuah bentuk adaptasi dari diri Adira sendiri

ADIRA'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang