Just Secret Admirer
Aku pernah terdiam, tiada berharap pernah mencintaimu.
Aku bahkan menahan siksaan dan cemburu
Aku pernah setulus hati dengan lembutnya mencintaimu,
Ku harap Yang Kuasa menganugerahi kekokohan Laksana besi
By : Pushkin
Aku terdiam sejenak sambil memejamkan mata setelah membaca kutipan puisi karya Pushkin. Entah kenapa setiap kata, setiap baris yang tertulis serasa mengalir dalam aliran darahku. Aku merasa tenang sekaligus merasakan sesak di dadaku. Puisi itu seolah-olah menggambarkan suasana hatiku yang tak menentu saat ini.
"Tuh si Pangeran Negeri Khayalan datang." Kata Sari yang membuatku langsung membuka mata dan mengalihkan pandangan.
Pangeran Negeri Khayalan. Yah itulah julukanku padanya. Seseorang yang sudah menjadi bagian terpenting dalam hidupku selama di SMAN 1 Purwosari ini. Sengaja teman-temanku, termasuk Sari memanggilnya dengan julukan itu karena selama ini aku hanya bisa mengagumi dan melihatnya dari jauh. Aku tak punya keberanian untuk menampakkan diriku, walaupun hanya sekadar menyapanya. Aku terlalu takut. Sejak bertemu dengannya dulu, aku sangat mengaguminya. Bahkan lama-kelamaan rasa kagumku itu berubah menjadi cinta. Dan itulah perasaan yang aku rasakan untuk pertama kalinya. Bisa dibilang ia adalah cinta pertamaku.
Dan sekarang dia berdiri tepat di hadanku, tapi tidak benar-benar di hadapanku. Ia berada beberapa meter jauh disana sedang berbicara dengan teman-temannya. Seperti biasa, setiap aku bertemu dengannya, aku hanya bisa memandang wajahnya. Dan ketika ia tanpa sengaja menatapku, aku pun langsung memalingkan wajahku dan mencari kesibukan lain.
Lama aku memandang wajah itu. Wajah yang selalu dihiasi dengan senyuman. Tanpa sengaja senyumku mengembang. Entah kenapa hanya dengan melihat wajahnya aku merasa sangat bahagia, bahkan lebih.
"Sampai kapan bakal gini terus." Kata-kata itulah yang ku dengar setelah kembali konsentrasi pada puisi yang ku baca tadi. "Ingat kita sudah kelas tiga dan sebentar lagi akan lulus." Kata Sari sekali lagi.
Aku menghela nafas sejenak. "Aku tahu Sar, aku tahu. Aku juga ingin bilang padanya tentang perasaanku. Tapi bagaimana caranya."
Sari membuka bibirnya untuk mengatakan sesuatu. Tapi langsung terhenti ketika Indah datang dan langsung duduk di hadapan kami berdua. Wajahnya terlihat bahagia seakan ia sudah mengalami sesuatu yang sangat menyenangkan hatinya.
"Tau nggak aku dapat nomor Hp siapa?." Kata Indah tiba-tiba.
"Siapa?. Apa nomornya Bagus?." Tanya Sari. Sepertinya dia mulai tertarik dengan berita yang dibawa Indah.
"Salah besar. Aku dapat nomornya Ara." Jawab Indah. Dan kata-kata terakhirnya itu lamgsung membuatku membelalakkan mata. Indah dapat nomor Hpnya Ara? Kok bisa?. Pikirku.
Ara. Itulah nama si Pangeran Negeri Khayalan. Dia adalah salah satu siswa penghuni kelas IPA di sekolah ini. Dia juga merupakan siswa yang punya pengaruh penting disini karena prestasinya yang gemilang. Sebenarnya nama aslinya bukanlah Ara, melainkan Aris. Aku tak pernah tahu kenapa ia bisa dipanggil Ara. Yang pasti, banyak yang bilang kalau ia sudah dipanggil Ara semenjak SMP.
"Woi!!! Kok malah bengong sih?." Ucap Indah mengagetkannku. "Mau nomornya nggak?."
"Darimana kamu mendapatkannya?." Tanyaku ragu. Bego. Ya jelaslah dia dapat nomornya Ara, secara merekakan satu kelas. Rutukku dalam hati.