One shot sangat pendek

772 36 17
                                    

Semua begitu indah pada masanya,  saat dua hati disatukan oleh cinta..  bak guratan pena pada secarik kertas tanpa menninggalkan bekas..

Semua terasa begitu sempurna,  semua ada pada genggaman tanganmu dan dia..

lalu kemudian semua hilang pada akhirnya,  hanya tangis yang tersisa
hanya mendung yang terasa
.
.
Kamu memandangi secangkir kopi dihadapanmu,  tatapanmu kosong.  Semua terasa gelap gulita bagimu.  Bagaimana tidak?  melihat cinta yang engkau elu-elukan didepan kawan-kawanmu,  yang engkau banggakan dihadapan kedua orang tua dan saudar-saudaramu..  berjalan berdua dengan gadis lain. mencium kening gadis tersebut. merangkulnya dengan penuh kehangatan. 
Air mata tak mampu lagi menggambarkan bagaimana rasa sakitmu waktu itu.  Hanya dengan senyum,  kau menghampiri sepasang muda-mudi itu.  Melemparkan cincin pertunangan yang ia sematkan di jari manismu,  dan kemudian berlalu tanpa sepatah katapun.

Dan sekarang kau disini,  disuatu titik dimana engaku merasa begitu hampa.  Sesuatu kepingan seperti barusaja diambil dari hatimu.  Dan yang bisa kau lakukan adalah menatap kosong secangkr kopi dihadapanmu.

Sampai suatu ketika sebuah suara seperti lantunan lonceng mengalihkan pandanganmu dari kopi tersebut. Seorang namja dengan t-shirt hitam demgan celana jeans biru berada pada jarak pandangmu.

"Boleh aku duduk disini?" tanyanya dengan lirih,  sejurus kemudian kau melihat kepenjuru kafe. Semua tempat duduk sudah penuh terisi,  hanya kursi dihadapanmu yang masih kosong.

"Ne,  silahkan saja.." jawabmu sambil mempersilahkan,  senyum tipis mengembang di bibirnya setelah mendengar jawabanmu. Sedetik kemudian s
suasana menjadi sepi kembali,  bukan suasana kafe tersebut melainkan hanya pada meja yang kau dan namja itu tempati.

"Ehem..  Namaku Jimin.  Park Jimin.. " katanya sambil menebar senyum kepadamu. Kau hanya mengangguk kecil menanggapi perkataannya. Dahi namja bernama Jimin itu kini mengerut begitu melihat reaksi darimu ketika mendengar namanya.

"Cuacanya bagus ya? " ucapnya lagi,  berusaha mendapatkan respon yang lebih dari sosoknmu yang masih terus memandang secangkir kopi tersebut. Dan sekali lagi kau hanya mengangguk. Entah mengapa ketika Jimin melihat tatapan kosong dimatamu,  dadanya begitu sesak.  Seperti ada sesuatu yang menarik hatinya,  dan menyuruhnya untuk membuatmu tersenyum. 
.
.
Dan ketika mendung hilang bersama dengan rintik hujan..
Ada setitik cahaya yang kemudian menciptakan pelangi..
Menciptakan terang sehabis gelap yang ditiupkan dikehidupanmu

Sepasang tangan mungil kini mendekap pergelangan kakimu.  Kau yang aedari tadi sibuk memasak sontak saja langsung meletakkan teflon beserta sendok masakmu,  kini matamu menatap sepasang mata coklat yang menatapmu dengan penasaran.

"Eomma..  Arin 'oleh 'antu eomma 'asak? " tanya anak tersebut sambil masih mendekap kakimu.  menanggapi permintaan putrimu tersebut,  seutas senyum mengembang di bibirmu.

"Arin mau bantu eomma masak? Wah Arin anak yang baik ya.. " pujimu sambil menggendong putrimu yang masih berusia 2 1/2 tahun tersebut. Sepasang tangan lain kini mendekapmu dari belakang,  tangan suamimu yang sudah sangat kau kenali. 
"Eomma..  Appa 'uga mau 'antu.. " kata suamimu sambil menirukan anakmu. Park Jimin. Bibirnya kini mengerucut. Kau hanya bisa terkekeh kecil melihat tingkah suamimu. Mungkin saja jika waktu itu kau tidak mempersilahkan namja itu duduk dihadapanmu, dan kemudian tidak mengisi hatimu yang kosong.. Mungkin sekarang kau masih dirimu yang dulu..

Namun ketika mendung berlalu
Dan hujan t'lah mereda bersama rasa
Pelangi kan nampak diujung sana
Bagai harta bagi siapa yang membutuhkannya
Dan bagai gemerlap di ufuk senja..

-The End-

Park Jimin x Reader One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang