Part 15

3.4K 199 19
                                    


Seorang bocah laki-laki berlari-lari kecil menuju sebuah makam di lereng bukit. Ia menoleh ke belakang, menunggu ibunya dengan tidak sabar.

"Ayo cepat, Eommeoni!"

"Sang, jangan lari-lari, nanti kau jatuh," tegur ibunya.

Benar saja, tak lama kemudian anak lima tahun itu terjatuh dan menangis. Ibunya menghampiri dan menggosok-gosok lututnya.

"Sudah, tidak apa-apa, tidak ada luka, kok."

Mereka kemudian berdiri di depan sebuah makam dari batu. Wanita itu membersihkan ranting-ranting dan dedaunan kering yang jatuh di atasnya. Setelah meletakkan makanan dan arak, ibu dan anak itu bersujud tiga kali. Terdengar bunyi daun kering yang terinjak. Ibu dan anak itu menoleh. Sang anak berlari kecil menghampiri seseorang yang datang.

"Paman Dong Gun..." seru bocah itu sambil memeluk kaki Dong Gun.

Dong Gun berjongkok hingga tinggi tubuhnya sama dengan Sang, "Halo, Sang, mengapa kau belum besar-besar juga? Seingat Paman tahun lalu badanmu juga sekecil ini."

"Anak itu sangat sulit disuruh makan, sukanya makan permen," omel sang ibu.

"Wah, pantas saja gigimu bolong," ejek Dong Gun yang membuat Sang langsung cemberut.

Dong Gun berdiri, lalu menunduk kepada wanita di hadapannya, "Apa kabar, In Hye?"

In Hye mengangkat tangannya, "Seperti yang kau lihat."

Dong Gun mengangguk, "Ah, sepertinya keadaanmu sangat baik, dilihat dari postur tubuhmu."

"Hei, jangan mengejek, wajar tubuh wanita jadi gemuk setelah melahirkan."

"Ah, tidak juga, buktinya Nyonya Hong tidak. Wah, jangan-jangan selama ini makanannya Sang kau habiskan semua, benar tidak, Sang?"

Sang mengangguk, ia selalu sekongkol dengan Paman Dong Gun setiap kali menggoda ibunya.

In Hye berkacak pinggang, "Sang, sini kamu, biar Ibu jewer!"

Kemudian mereka berkejar-kejaran sambil tertawa riang.

***

Matahari mulai tenggelam. Dong Gun dan In Hye berjalan berdampingan, sedangkan Sang tertidur di punggung Dong Gun.

"Oh ya, tadi aku bertemu Paman Baek. Beliau mengomel karena kau belum juga menikah. Mengapa kau tidak segera mencari jodoh? Kasihan ayahmu, sudah tua. Kalau kau punya istri, dia bisa merawatnya."

"Kalau aku menikah hanya supaya ada yang merawat ayahku, lebih baik aku membayar perawat saja."

"Padahal banyak wanita tergila-gila padamu, apalagi setelah kau menjadi pengawal pribadi Raja."

"Tidak semua wanita menyukaiku, kau salah satunya."

In Hye terkekeh, "Apa yang bisa dilakukan oleh janda gendut sepertiku?"

Dong Gun menghentikan langkah In Hye, "Ayo kita menikah."

In Hye menatap mata Dong Gun dalam-dalam, kemudian tertawa terbahak-bahak, "Kau selalu bercanda."

"Kau tahu hati dan perasaanku yang sesungguhnya."

In Hye menghentikan tawanya, "Kau tahu peraturan negeri ini. Aku janda, dari keluarga kerajaan pula. Kau mau mati?"

"Aku rela meskipun nyawa taruhannya."

"Tetapi aku tidak mau mati."

Dong Gun menyunggingkan senyum, "Sudahlah, lupakan, anggap saja aku bercanda."

Mereka berjalan lagi.

"Apa kau menyesal dengan semua yang kau alam ini?" tanya Dong Gun.

"Seandainya aku dapat memutar waktu..." In Hye menghela napas panjang, "Aku tetap akan menjadi putri mahkota. Aku tidak menyesal."

***

Kedatangan utusan kerajaan di rumah In Hye menghebohkan semua orang. In Hye berlutut di hadapan seorang petugas yang membacakan titah raja. In Hye disuruh membawa putranya ke istana. In Hye terkejut, mengapa tiba-tiba sekali? Padahal waktu Sang baru lahir dulu, Raja bahkan tidak ingin melihatnya.

In Hye dan Sang mengenakan pakaian bangsawan yang mewah dan menghadap Raja. Raja Yongjong sudah tampak menua, sesekali ia terbatuk. Raja mengangkat Lee Sang sebagai Putra Mahkota, karena Putra Mahkota sebelumnya, anak dari Selir Kim, meninggal karena sakit, sementara Selir Kim dihukum setelah terbukti pernah meracuni Ratu Cheong Hwa. Sang akan tinggal di istana, tetapi In Hye tidak boleh ikut tinggal bersama Sang. Bocah itu menangis dan meronta ketika berpisah dari ibunya.

Sebelum pergi dari istana, In Hye mengirim pesan kepada Dong Gun, menitipkan anaknya kepadanya.

***

Ratu Jo memeluk tubuh Sang yang demam. Sejak berpisah dari ibunya, Sang tiba-tiba jatuh sakit dan tidak mau makan. Ia terus meracau memanggil ibunya. Ratu Jo menyuruh orang untuk memanggil In Hye diam-diam. In Hye datang dan segera merawat anaknya.

Raja murka mengetahui In Hye datang ke istana.

"Siapa yang mengizinkannya menginjakkan kaki di tempat ini?"

Ratu Jo maju dengan berani, "Saya, Jeonha."

"Jungjeon!"

"Silahkan hukum saya semau anda, tetapi saya tidak bisa membiarkan seorang anak terpisah dari ibunya. Apakah anda ingin mengulang sejarah yang sama seperti yang dialami mendiang Selir Kim dan anaknya? Anda mengasingkannya, membuat mendiang Putra Mahkota Yun mengalami depresi dan akhirnya meninggal. Saya tidak ingin melihat kematian lagi. Anda juga butuh penerus. Saya mohon, biarkan ibunda Putra Mahkota Sang tinggal bersamanya."

Raja memejamkan matanya, lalu kemudian menghela napas, "Terserah kalian saja."

In Hye menunduk mengucapkan terima kasih. Sejak saat itu, In Hye dan Sang tinggal di kediaman Putra Mahkota. In Hye mendidik Sang dengan sangat baik. Bocah lelaki itu memang dasarnya sudah cerdas. Dia bisa menyenangkan hati Raja.

5 tahun kemudian, Raja Yongjong wafat. Sang yang baru berusia 10 tahun diangkat menjadi Raja. Karena masih sangat muda, Great Queen Dowager Jo memerintah di belakangnya. Pada usia 17 tahun, sang nenek wafat dan Sang menjadi raja yang sesungguhnya, memerintah dengan bijaksana. Pertama-tama ia memindahkan makam ayahnya ke kompleks pemakaman keluarga raja. Kemudian dia membersihkan nama baik orang tuanya, serta memberikan gelar raja dan ratu kepada orang tuanya.

Beberapa menteri dan bangsawan sempat takut setelah kebenaran terungkap, mereka akan dieksekusi. Tetapi Sang ingat pesan ibunya, bahwa ia tidak boleh mendendam kepada orang-orang yang membuat ayahnya dieksekusi, termasuk kepada mendiang Raja Yongjong. Sang tidak mengeksekusi mereka, namun mereka tetap dihukum, jabatan mereka dicopot dan tidak memiliki kekuasaan lagi.

Masa pemerintahan Raja Sang berjalan dengan tenang dan damai. Rakyatnya juga makmur.

***

Raja Sang menggenggam tangan ibunya yang sedang sekarat. In Hye yang sudah berusia lima puluh tahun sedang sakit keras. Ia berpesan kepada anaknya agar jasadnya dimakamkan di sisi suaminya.

Dalam mata yang tertutup, In Hye melihat Jeong Do datang dengan menunggang kuda. Ditangannya ada sekuntum bunga peoni. In Hye tersenyum, kemudian jiwanya meninggalkan raganya menuju alam baka.

THE ANN



Finally....

Butuh waktu sangat lama untuk menyelesaikan cerita ini.

btw, pasti banyak yg pada protes karena putra mahkotanya mati.

cerita ini terinspirasi dari memoar lady hyegyong dan sejarah prince Sado. pasti pada tahu kan. bahkan nasibnya lebih tragis lg, maunya ngikutin kisah aslinya, dihukum terkurung di lumbung padi, tapi ngga tega. karena hukuman minum racun itu lebih berkelas pada jaman itu.


terima kasih untuk semua pembaca yg rela menanti sekian lama hehehe...

gomapseumnida~~

The Crown Princess ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang