selesai ditulis
7 nov 2017KEHIDUPAN anak zaman sekarang selalu sama. Hari-harian dengan gulatan ponsel. Main kesana-kemari menenteng ponsel, lalu ber-selfie ria untuk di-posting instagram, lalu diberi caption bijak melebihi orang dewasa yang menjijikkan. Gayanya, 'berani jatuh cinta, siap patah hati'. Omong kosong. Mereka belum tau saja sakitnya disunat, cacar air, atau parahnya sakit gigi. Mereka bahkan belum merasakan bagaimana asiknya main petak umpet, dakon, masak-masakan, dan yang lainnya. Biarlah pemikiran ini dianggap kolot, tidak mengikuti era globalisasi. Tapi nyatanya, masyarakat Indonesia memang belum siap menghadapi globalisasi. Terlalu terlena dan terbuai dengan ponsel, cenderung bergantung.
Lihatlah... Lihatlah, bahkan di era ini, seperti quality time dengan keluarga sudah dimusnahkan. Tamasya, sibuk mencari spot indah untuk berfoto. Makan, mencari yang makanannya nampak cute kalau difoto. Berkumpul, sibuk dengan ponsel masing-masing, membuat snapgram dengan keterangan 'Qtime w/ fam(ily)', padahal nyatanya sibuk dengan dunia gadget mereka sendiri. Seakan ada sekat tak kasat mata, dan sekat itu bertemakan ponsel.
"Ya ampun, masih aja main itu Tamagochi." cibir Luna kepada Keenan yang sedang duduk bersama Aril.
"Yee, nyepelein lo, yah. Kagak tau apa perjuangan gue sama Keen dapetin ini muter-muter pasar!" protes Aril tidak terima.
"Najis, lo panggil gue Keen. Lo pikir gue cowoknya barbie apa?" Keenan tidak terima.
Aril tertawa, lalu merebut Tamagochi dari tangan Keenan. "Giliran gue, yah!"
"Ya ampun, Ril. Gue main belum ada kali tujuh menit. Sebelumnya kan elo udah main, lama banget sampai gue tinggal kantin lo juga belum kelar." Keenan merebut lagi Tamagochi dari tangan Aril.
"Pelit banget sih! Ya udah, lo tiga menit lagi! Kasian itu Tamagochild kangen sama Pipi Aril." kata Aril mendramatisir, membuat Luna geleng-geleng.
"Jijik banget sih lo berdua. Lagian, kenapa kemarin nggak beli dua sekalian aja coba, biar nggak rebutan." tanya Luna.
Keenan berdecak, "tinggal satu. Ini bocah nggak mau ngalah cuma Tamagochi juga." protesnya.
"Ya elah, ente bahlul! Kalau menurut lo cuma Tamagochild kenapa nggak dikasih gue aja coba!?" protes Aril malas.
"Sayang bensin gue, udah ber-mil-mil mengarungi jalan raya demi nih mainan." kata Keenan menyuarakan pembelaan.
"Apaan sih, brisik banget?" tanya Fashya yang baru saja menghapus papan tulis.
"Ini, Tamagochild nya Pipi Aril." jawab Aril, membuat Fahsya mengerutkan keningnya.
"Ini, nih, Fash. Yang kemarin gue cari itu loh, tadi malem gue kirim pict nya kan, lo liat?" Keenan menjelaskan.
Fashya mengangguk-angguk, "ohhhh, ituuu.."
"Ih, kamu tadi malem udah nginep di rumahnya Papa Keen, yah Tamagochild? Curang emang. Pokoknya nanti malem, tidur sama Pipi!" kata Aril sambil merebut Tamagochi dari tangan Keenan, membuat Fashya dan Luna terkekeh.
"Sumpah Ril, gue pegang itu juga belum ada satu menit." protes Keenan.
"Tapi kan tadi malem lo udah mesra-mesraan sama Tamagochild. Pasti sekarang Tamagochild kangen sama Pipi Aril, yah? Papa Keen galak, yah?" tanya Aril hiperbolis, lalu mengelus-elus Tamagochi nya dengan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Police
Novela Juvenil[13+] Benci: sangat tidak suka. Namun hati-hati jika benci digubah dengan arti: benar-benar cinta. Bukan oleh KBBI, tapi oleh hati. Jika benci sudah difermentasi seperti itu, maka Fashya hanya akan menjawab bahwa satu-satunya hal yang paling dibenci...