Bagian 15 (REVISI)

9.6K 432 28
                                    

Ghea melangkahkan kakinya menyusuri rumah sakit. Ia berjalan terburu buru masuk ke ruang inap seseorang. Setibanya disana, Ghea langsung membuka pintu dengan cara mendobrak. Ia berjalan ke arah seseorang yang sedang terbaring lemah.

"Kenapa ini bisa terjadi?? siapa yang melakukannya" tanya Ghea menatap perawat yang berada disana.

"Maaf dokter Ghea, pasien ini mengalami kecelakaan hingga membuatnya kritis seperti ini" jawab perawat itu dengan nada takut takutnya. Ghea memejamkan matanya. Ia terduduk di ruang inap orang tersebut.

"Kalian ke ruanganku sekarang atau akan terjadi sesuatu dengan keluarga kalian. Jangan membuatku murka seketika" ucap Ghea menggunakan telepatinya.

Orang yang diseberang sana langsung melaksanakan perintah Ghea. Mereka tidak mau kalau Ghea murka. Kalau sampai seorang Ghea murka, maka siap siap mencari orang yang siap untuk di bunuh oleh Ghea.

Ghea melangkahkan kakinya menuju ruangannya. Ia duduk di kursi kebesarannya dengan posisi yang membelakangi semuanya. Ghea memejamkan matanya menunggu semua orang yang sudah ia suruh untuk segera ke sini.

"Ada apa kamu meminta kami ke sini, Ghe" tanya Bara membuat Ghea membuka matanya.

"Siapa yang melakukannya" tanya Ghea to the point membuat semua yang berada di sana mengerutkan dahi mereka bingung dengan pertanyaan Ghea.

"Aku yang melakukannya" jawab Leon setibanya di ruangan Ghea.

Ghea memutar kursinya dan memijit pelipisnya lelah. Pekerjaannya yang sebagai seorang dokter sudah membuatnya lelah ditambah lagi dengan kelakuan Leon yang membuatnya benar benar lelah.

Ghea mengendalikan emosinya yang akan memuncak. Ia memandang Leon dengan tajam tapi Ghea langsung menghembuskan nafas lelahnya.

"Why" tanya Ghea memandang semuanya lelah. Ia kembali memejamkan matanya tanpa memperdulikan yang lainnya.

"Karna dia adalah orang yang sudah mengambil kamu dari aku. Aku tidak mau dia mengambil kamu dari aku. Kamu milikku bukan milik dia. Aku sudah bilang sama kamu kemarin kalau aku akan membunuh orang yang berani mengambil kamu dari aku" ucap Leon berjalan kearah Ghea membuat Ghea mendongakkan kepalanya menatap Leon. Leon memeluk Ghea erat.

Ghea menahan tawanya saat mengetahui alasannya Leon, tapi ia juga kesal dengan kelakuan Leon yang selalu bertindak seenak jidatnya tanpa mau mencari tahu yang sebenarnya.

"Kak Ghea, bagaimana keadaan tunanganku" tanya seorang gadis dengan air mata derasnya.

Ghra langsung mendorong Leon untuk segera menyingkir dari hadapannya dan Ghea langsung berdiri dengan merentangkan tangannya menyambut gadis yang sedang menangis itu untuk di peluknya. Gadis itu langsung berlari dan memeluk Ghea membuat Ghea mengelus rambut halus gadis itu.

"Satya, sudah tidak apa apa kok sayang. Tadi Satya sempat mengalami kritis tapi untung saja dokter Rina segera menghubungi kakak, jadi kakak segera datang ke rumah sakit dan memberikan pertolongan dengan cepat" jelas Ghea dengan senyum tulusnya menatap gadis itu.

Gadis itu langsung memeluk Ghea lagi dan menangis sejadi jadinya. Ia membuat seragam dokter Ghea menjadi basah karna air matanya.

"Nandia takut kak. Nandia sangat takut kalau terjadi sesuatu sama Satya. Nandia sangat mencintai Satya kak. Nandia tidak mau kehilangan Satya" isak Nandia di pelukan Ghea membuat semua orang yang berada di ruangan mengerutkan dahi mereka.

"Kakak tahu sayang, kakak sangat tahu bagaimana perasaan kamu sekarang. Tapi sekarang Satya sudah tidak apa apa, jadi kamu jangan menangis lagi. Itu sudah kewajiban kakak sebagai seorang dokter untuk menolong orang yang membutuhkan bantuan kakak. Mending sekarang kamu menemani Satya di kamar inapnya" ucap Ghea dengan lembut mengelus rambut Nandia.

ROSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang