prolog

22 3 0
                                    

Hamparan bunga-bunga nan indah membentang menutupi bukit. Menyebarkan aroma harum yang menenangkan. Senyuman menawan terlukis di wajah sang gadis berjubah biru. Sepasang mata sewarna langit cerahnya memandang sesekililing seakan mencari sesuatu. Pandangannya terhenti pada sisi kirinya, perlahan ia melangkah mengikuti arah pandangannya. Langkahnya berakhir pada sebatang pohon kecil dengan bunga-bunganya yang mulai layu. Pandangannya mulai meneliti setiap sisi sang pohon. Senyumnya kembali terkembang ketika melihat setangkai bunga yang belum layu. Dengan cepat namun hati-hati ia memetiknya. Ia tersenyum bahagia melihat bunga yang berada dalam genggamannya itu. Sebuah bunga indah berbentuk menyerupai mawar namun ukurannya lebih besar dan berwarna biru dengan sedikit sentuhan warna putih di setiap ujung kelopaknya.

"Allena!" Teriakkan seorang pemuda menarik perhatian sang gadis.

"Kakak!" Balas Allena sambil berlari menuju si pemuda. "Lihat aku menemukannya!" Seru Allena mengangkat sebelah tangannya yang memegang setangkai bunga.

Allena berhenti tepat di depan kakaknya dengan nafas terengah-engah, ia terlalu semangat ingin menunjukkan penemuannya pada sang kakak.

Sang pemuda yang di sebut sebagai kakak oleh Allena itu hanya menatapnya sendu. Raut kesedihan tampak jelas di wajah tampannya.

"Rossville" Ucap sang pemuda parau. "Lupakan tentang bunga itu Al, kita harus segera pergi." Lanjutnya.

"Apa maksudmu kak? Nenek tengah sekarat dan dia mem.."

"Rumah kita telah di serang oleh para pemburu." Potong Sang pemuda. "Tak ada yang tersisa Al, semuanya sudah musnah, dan nenek telah meninggal. Kita harus segera pergi sebelum mereka menemukan kita."

Allena menatap pemuda di depannya itu tak percaya. Bulir bening mulai menuruni kedua sisi matanya. Bunga yang tadinya di genggam erat kini telah terjatuh menghujam tanah. Sakit, itulah yang Allena rasakan. Sang pemuda memegang kedua bahu sang gadis memberi kekuatan agar sang gadis dapat lebih tegar. Namun Allena langsung menepis kedua tangan pemuda itu.

"Itu tidak mungkin kakak!" Katanya tak percaya. "Aku akan pulang dan memastikannya sendiri!" Tegasnya.

"Tidak." Kata si pemuda lebih tegas, tangannya menggenggam pergelangan tangan Allena erat. "Kau takkan pergi kesana Al, itu berbahaya." Ucapnya.

"Tidak kakak." Tolak Allena. "Aku harus.." Ucapannya terhenti melihat sang pemuda jatuh tersungkur di hadapannya. Sebuah anak panah menancap di punggungnya.

"Kakak!" Teriak Allena. Tepat beberapa puluh meter di depannya, ia melihat seorang pemuda berdiri tegap dengan busur ditangannya. Kedua tangan Allena mengepal. Serpihan cahaya biru menyeruak dari kepalan tangannya.

"Pemburu" Bisiknya. Allena hendak berdiri untuk melawan si pemburu. Namun tangannya di tarik oleh sang pemuda di depannya.

"Kau harus segera pergi Al, mereka sangat berbahaya." Kata sang pemuda lemah. Cairan merah mulai keluar dari ujung bibirnya.

Belum sempat Allena menjawab ia melihat beberapa orang mendekati si pemuda yang telah memanah kakaknya dan beberapa monster mengerikan yang berjalan mengikuti orang-orang itu. Tak ada pilihan bagi Allena, ia sendiri takkan sanggup melawan para pemburu dan monsternya itu.

Dengan sigap Allena mengayunkan sebelah tangannya di udara. Sebuah cahaya biru tercipta dan membentuk sebuah lingkaran. Sedangkan beberapa anak panah tampak melesat dengan cepat kearahnya.

"Pelindung!" Teriak Allena, dan tepat semua anak panah tak dapat menyentuhnya, semua anak panah itu terjatuh ke tanah ketika menabrak tameng pelindung tak kasat mata milik Allena.

"Kalau begitu, kita akan pergi bersama." Ucap Allena, ia membantu si pemuda berdiri dan tak lupa mengambil bunga yang tadi jatuh dari genggamannya, dengan cepat ia membopong sang kakak masuk ke dalam lingkaran portal yang ia ciptakan. Meninggalkan orang-orang yang berteriak kesal karna kehilangan mangsa mereka.

***

RossvilleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang