sorpresa

1.8K 238 94
                                    

[warning : Female!KimTaehyung]

[a/n : well, yah, tidak ada alasan khusus. Bermula dari seseorang dan saya memutuskan keluar dari zona nyaman :') menulis dengan genderbending memang tantangan tersendiri huehuehue. Terutama untuk nama. Saya bingung apa harus ganti nama Taehyung atau enggak. Tapi yah, ujung-ujungnya malah gak kepkiran nama lain 8"D barangkali ada usulan nama kalau suatu hari bikin fem!taehyung lagi?/yha. Selamat membaca~]

.

.

.

i.

"Rematikku kambuh,"

"Apa?"

"Apaaa, Tae, apaaaa,"

"Ish, sini sebentar," Taehyung berdecak, urung berjalan lebih dulu dan menarik lengan Jungkook agar mereka menjauh sejenak dari kerumunan pengunjung di halaman gedung perpustakaan, menerobos dengan segala lontar permisi dan maaf ke arah bagi mereka yang menunggu ketika hujan mampir tanpa diduga. Sebenarnya, Jungkook sudah sadar sejak awal saat aroma petrikor mulai tericum, maka ketika ia menawarkan diri untuk menjemput Taehyung dan rela menempuh waktu lima belas menit dari apartemennya dengan satu payung bening di tangan, gadis itu tidak menolak.

Pertama, karena Taehyung lupa membawa payung lipat di ransel kecilnya. Kedua, kaki kirinya masih terasa berdenyut nyeri akibat insiden kecil sehingga ia terkilir meski tidak terlalu sakit seperti tiga minggu yang lalu.

Kelotak sepatu Taehyung menjadi irama tersendiri bagi Jungkook. Gadis itu menggerutu, tapi tidak marah. Bibirnya tidak bisa diam, namun Jungkook diam-diam menyukai nada cemas yang tertangkap telinganya. Astaga, cuma rematik juga.

"Salahku, duh, harusnya aku tolak saja waktu kau mau datang ke sini," sahut Taehyung, sibuk mengoyak ransel sambil mencari dengan tergesa-gesa yang beberapa detik setelahnya, ia bersorak begitu sekotak kardus kecil berhasil diraihnya. "Untung masih ada. Sini, tarik dulu lengan parkanya, kapten."

Jungkook terkekeh, ia tak kuasa menolak dan mengikuti perintah Taehyung. "Kakimu masih sakit?"

"Tidak terlalu,"

"Berarti masih ada sakitnya?"

"Nah," kilah Taehyung, berhenti ketika lembaran seperti plester ia ambil dalam kotak dan melepas kertas perekatnya. Ugh, aroma salonpas. "Jangan khawatir, masih bisa berjalan. Kalau kelelahan aku bakal berhenti sebentar, kok,"

"Bagaimana shift-mu hari ini?"

Taehyung menepuk pelan lengannya, lembar plester sudah menempel manis di lengan Jungkook, tepat bagian tengah. Tunggu sampai dua menit ke depan dan Jungkook harus tahan dengan rasa panasnya yang menjalar. "Jam pertama baik, kedua dan ketiga pengganti shift dan bos tidak datang jadi aku putuskan berjaga lebih lama,"

"Atasanmu tidak datang?" Alis Jungkook berkedut. "Lalu laporan yang kau kerjakan semalaman itu bagaimana?"

"Jangan dibahas,"

Jungkook mendesah pelan, jarinya terangkat dan meraih beberapa helai rambut Taehyung yang jatuh di depan mata gadis itu. Panjangnya bertambah, Jungkook pikir, kira-kira menyentuh punggung dan semakin hari ia gemas ingin memainkannya. Cokelat adalah warna favorit Taehyung, tetapi warna apa pun, Jungkook tak pernah mempermasalahkan.

"Jadi pulang tidak?"

Rambut yang jatuh diselipkan ke belakang telinga. "Mampir ke kedai teh sebentar?"

SorpresaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang