Sesudah ujian berlangsung hari ini, aku memenuhi janjiku kepada Bryan untuk bertemu. Karena tidak satu ruangan, dia menungguku didepan kelas. Lalu dia mengajakku ke halaman belakang sekolah.
"Gua benci sama lu!" teriaknya saat tiba di halaman dan langsung berbalik melihatku dengan tatapan tajam. Aku hanya terdiam, kebingungan dengan perkataannya. "Kenapa..?" air mata pun menetes di matanya, untuk pertama kalinya aku melihat dia menangis. "Kenapa, kita bersaudara?" tanyanya sambil mengusap air matanya. "Apa maksudmu? Orangtua kita kan beda... Oh, iya, aku ga bisa lama-lama aku mau belajar buat besok mat." ucapku untuk mengalihkan perhatian. "Pergilah! Gua ga butuh lu! Mentang-mentang lu pinter. Gua capek, gua benci punya saudara kaya lu!" teriaknya keras lalu menabrakan bahu kanannya ke bahuku lalu pergi berlari. Jujur, aku masih tidak mengerti, menurutku aku bukan saudaranya kan aku ini anak tunggal.
•••••
Ujian telah berlalu, masa-masa yang paling melelahkan telah terlewati. Akhirnya hari pelepasan tiba, aku tidak sabar dengan hari ini. Aku berbaris sebelum memasuki aula dimana disana akan diadakan pelepasan dan besok adalah hari perpisahan.
Aku dan kakek tidak berangkat bersama, katanya ia ingin pergi ke suatu tempat dulu untuk sebentar. Entahlah, memang belakangan ini kakek sering pergi ke suatu tempat yang aku tidak tau dimana.
Saat para anak-anak memasuki aula dengan rapi, banyak orang tua yang menyapa anak-anak mereka sambil merekam atau memotret dengan telepon genggam mereka.
Seketika aku melihat sekeliling, namun aku tidak kunjung menemukan kakek dimana pun. Apa mungkin kakek terlambat?
Seusai acara, banyak keluarga yang berfoto bersama dengam guru dan juga ada yang berfoto dengan keluarga. Aku sedikit cemburu karena aku juga ingin berfoto, namun sampai sekarang aku belom menemukan kakek.
Lalu aku memutuskan untuk menghubungi kakek dengan hp, namun sayangnya hp kakek tidak aktif. Lalu aku pun pergi meninggalkan aula sekolah dan pulang sendirian.
•••••
Dirumah tidak ada orang, keadaan rumah sangat sepi sekali. Lalu telepon rumah berbunyi, lalu aku mengangkatnya. "Halo, selamat siang." salamku kepada orang yang menelepon. "Selamat siang, kami dari Rumah Sakit Melati Indah ingin mengabarkan bahwa terjadi kecelakaan yang terjadi dan Bapak Jaya menjadi salah satu korbannya, karena itu saya menelepon untuk memberitakan kabar duku bahwa Pak Jaya sudah tiada." ucap seorang wanita dari telepon dengan nada menenangkan, namun suara yang menenangkan itu membuatku menjatuhkan gagang telepon dan langsung pergi sambil menangis ke Rumah sakit yang ada di desaku itu.
Aku meninggalkan pesan untuk Rita bila kakek sudah tiada dan mengabarkannya juga ke Om Fero. Aku belum menerima balasan untuk beberapa saat, namun setelah itu mereka mengabari bila mereka akan datang ke Rumah Sakit.
Sesampainya di rumah sakit dengan ojek pangkalan dekat rumah aku membayar ojeknya dengan uang lebih, lalu langsung ke UGD. "Suster! Pak Jaya... Kakek saya... dimana?!" teriakku yang sudah membuat keributan di UGD. "Adek mohon tenang. Maaf tapi kami sudah melakukan yang terbaik untuk kakek adek. Tapi pihak kami sudah menghubungi rumah adek sampai 3 kali namun tidak ada jawaban. Sekarang Pak Jaya sedang berada di kamar jenazah nomor 3." jawab suster tersebut. "Terimakasih." kataku lalu langsung berlari ke arah kamar jenazah.
Sesampai disana dan membuka pintu dan bau yang sangat menyekat langsung masuk ke hidungku. Lalu ada seorang laki-laki disana "Dek, adek cucunya Pak Jaya?" tanya laki-laki itu dan aku mengangguk. "Ini, disaku kakekmu ada surat ini dan ini ada tas yang ia bawa." ucapnya lalu hendak keluar. "Terimakasih." ucapku. Lalu aku membuka kain kakek dan melihat wajah kakek dengan wajah yang tersenyum. "Kakek, kenapa kakek ninggalin aku? Hari ini adalah hari pelepasan ku... kenapa semua ini terjadi?" tanyaku sambil menangis.
Lalu aku memberanikan diriku untuk membuka surat yang tadi diberikan. Suratnya berisi...
12 Juni 2016
Hai, Odi. Selamat kamu sudah lulus SD dan diterima di SMP yang berada di Jakarta. Kakek doakan agar kamu mencapai segala cita-citamu dan bahagia selalu. Kakek akan jujur tentang semuanya kepadamu sekarang cucuku... bahwa hidup kakek sudah tidak lama lagi, belakangan ini kakek sering sakit jantung akibat sakit paru-paru yang pernag kakek derita. Memang kakek tidak ingin memberitahunu tentang hal ini karena akan mengganggu konsentrasi belajarmu.
Ingat tidak? Saat kelas 1 SD kita pernah kerumah tantemu itu yang sangat mewah. Sebenarnya kamu punya adik, dia seorang perempuan. Karena hal itu kakek ingin memperkenalkanmu, tapi nenekmu itu serakah dan mengambil hak asuh adikmu itu. Orang tuamu frustasi saat itu.
Mungkin kamu juga sudah dengar dari Bryan bahwa kamu adalah saudaranya dan itu memang benar. Kamu adalah anak kandung kedua orangtuanya Bryan ibumu dan ibunya Bryan adalah sahabat sejati, karena ibunya Bryan tidak tega melihat ibumu stres dan karena stres itu ibumu diperkirakan susah memiliki keturunan, maka mamanya Bryan menyerahkanmu kepada ibumu.
Kakek punya rahasia yang harus kamu ketahui dan semoga kamu dapat memberitahu Bryan disaat yang tepat. Bryan bukanlah anak kandung ibunya, melainkan anak ibumu, karena saat mamanya Bryan memberikan dirimu kepada ibumu, ibumu sedang mengandung tanpa ia sadari, tapi karena telah sayang dan jatuh hati kepadamu Bryan diberikan oleh temannya.
Odi, surat ini adalah surat pertama dan terakhir untukmu, semoga kamu bisa menghargai surat yang kakek berikan ini.
Selamat tinggal...
Aku menangis sambil membacanya, hatiku perih ketika membayangkan kakek masih menulis surat kepadaku di detik-detik akhirnya ia meninggal.
Tanpa aku sadari keluarga Bryan dan keluarga Rita ada di kamar jenazah berdiri didepan pintu. Lalu aku cepat-cepat memasukkan suratnya kedalam saku.
Kemudian satu persatu dari mereka mengucapkan belasungkawa kepadaku. Mamanya Bryan memelukku erat, ia menangis dan matanya sangat merah.
Sekarang tanggal 12 Juni 2016, hari dimana kakek pergi meninggalkanku untuk selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lonely Child
General FictionOdi adalah seorang anak kecil yang berumur 5 tahun. Hidupnya yang bahagia tiba-tiba menjadi menyedihkan ketika kedua orangtuanya meninggalkannya. Lalu, Odi hidup berdua bersama Kakeknya. Apakah kisah hidup Odi akan bahagia selanjutnya? Atau bertamba...