Chapter 24 - Curse Of Melody - Preparation and Problem

249 31 1
                                    

Tingkatan secarik nada yang teratur dengan bercirikan tinggi rendahnya nada, pola dan harga sebuah nada yang menjadikannya lagu untuk membangkitkan feeling.

Apakah tidak ada sebuah harga dari nada? jawabannya ada. Sebab, bagaimana menciptakan sebuah suasana jiwa jika tidak adanya harga dari nada.

Sebelum membaca, bacalah kalimat diatas. Bagaimana voments dari 22 chapter sebelumnya?

---

"Benar, nak. tapi, sang produser mengatakan dia tidak melihat Dianna keluar gerbang. padahal dia sudah menunggu satu jam didepan gerbang. Itu yang dikatakan saat aku berada diperusahaan rekaman tempat dia bekerja."

Jawaban Steven yang terdengar dengan nada sedih dan penasaran pun mengundang perhatian para detektif. karena terdengar aneh kedengarannya. Bob dan yang lainnya segera menatap Steven setelah mendengar jawabannya.

"Jam berapa Miss. Dian keluar dari rumah ini?" Tanya Jane.

Steven terlihat mencoba mengingat dengan melihat jam yang ada didinding, "Hm, siang hari sekitar jam setengah dua." Jawabnya kembali menatap detektif dihadapannya.

"Disini juga ada email sang produser tepat jam setengah dua siang." Ucap Jupiter ikut melihat handphone tersebut.

Steven mengangkat alis, "Benarkah? Saya akan melihatnya." Ucapnya meminta handphone istrinya. Jupiter pun menyerahkannya.

Aku sudah diluar gerbang. Jika sudah siap kita segera berangkat. – Produser

Terlihat rahang Steven mengeras dan wajahnya merah karena dirinya menahan amarah yang memuncak akibat membaca email sang produser istrinya.

'Apakah dia berkata bohong?!' pikir suami dari Dianna, Steven. 'Sebenarnya apa yang sedang terjadi?' lanjutnya bertanya-tanya dalam pikiran.

Mereka semua diruang itu tidak dapat melihat sosok tidak kasat mata yang menjatuhkan bulir-bulir air matanya dengan pandangan mengarah ke Steven.

"Bisakah besok ikut denganku ke Studio Rekaman, tempat Dian bekerja?" Tanya Steven dengan mata yang menatap mereka penuh harap.

Jupiter mengangguk, "Bisa. Bukankah itu tanggung jawab kami untuk menyelidikinya?" ucap Jupiter dengan tersenyum miring.

"Terima kasih." Ucap Steven.

^.^

Seorang wanita muda yang masih segar umurnya segera memasuki ruangan yang didepannya bertuliskan Producer. Sang Producer hanya tampak menatap layar laptop dengan mimik seriusnya.

Menyadari seseorang berada didepannya, diseberang meja kerja dia beralih menatapnya. "Bagaimana dengan rencana?"

Gadis tersebut tersenyum licik, "Dia sudah ditangan bawahanmu, seperti yang kau perintahkan."

Produser menganggukkan kepala pelan, "Bagus Alexa, seperti yang aku harapkan." Ucapnya menyeringai tipis.

"Tentu saja, untuk dia hanya sedikit waktu yang diperlukan dan tidak membuang-buang waktu."

Mendengar jawabannya, membuat Producer menatapnya dan tertawa pelan, "Apa kau senang dia tidak disini?" ucap Lionel Herelden, sang Producer tertawa renyah.

Dia berpikir seorang gadis yang didepannya ini tidak terlihat kasihan sedikit pun dengan Dianna.

"Entahlah, aku merasa berbeda." Ucap Alexa Warthoni kemudian mendesah pelan.

Sang Produser memandang gadis itu diam, beralih memandang laptop seraya berkata, "Siapkan dirimu, setengah jam lagi kau akan memulai rekaman."

"Baiklah, producer." Jawab Alexa mengangguk patuh dengan menundukkan kepala ke bawah sebentar. kemudian, Alexa pun melangkah meninggalkan ruangan sang producer yang masih berkutat dengan laptop miliknya.

Saat sosok wanita tersebut sudah menghilang dari ruangan tersebut dia bergumam, "Really best friend? She's like devil." Ucapnya dengan tersenyum miring.

Paris, Perancis

Saat sudah tiba didepan perusahaan Ayahnya F

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat sudah tiba didepan perusahaan Ayahnya F.T Empire Thenf, dia keluar dari mobil mewah yang dia gunakan dari bandara. Tentu saja, dia dijemput dengan mobil tersebut karena bukannya sombong. Tapi, sudah nasibnya dilahirkan ditengah-tengah keluarga billionaire.

Namun, hal itu tidak membuatnya sombong. Lihat saja dirinya yang memasuki perusahaan tersebut sudah disambut oleh bawahan Ayahnya. Tapi, dia tetap mengangguk dan tersenyum tipis untuk membalas sambutan dari bawahannya juga.

Ketika Julian Thenfurd menemui Ayahnya diruangan yang tertulis CEO pun melihat Ayahnya sedang menatap pemandangan dari balik kaca perusahaan yang bening tersebut.

"Dad?" panggil Julian seraya melangkah mendekati Ayahnya.

Ayahnya memutar kursi dan menatap putranya dengan tersenyum pelan. Namun, Julian dapat melihat kejenuhan Ayahnya dari manik mata pria tersebut.

"Akhirnya kau tiba juga, dengan Jane?" Tanya Ferdy Thenfurd, Ayahnya.

Julian menggeleng, "Tidak, dad. Dia tetap ingin menyelidiki kasus." Jawabnya sudah berdiri dihadapan Ayahnya.

Ferdy tertawa pelan, "Dia mirip sekali dengan nenekmu. Bersikukuh menyelidiki segala macam kasus, sama sepertimu." Tapi dia kembali serius, "Julian, tampaknya ada yang ingin mencemarkan nama baik perusahaan dan keluarga."

To Be Continued

**

Wakwau, Janji akan di update lagi nanti. Gak tau kapan :D

Maaf kalo alur kasusnya gaje, dan ribet ya.

Oke, trims. Tunggu kasus selanjutnya.

05/05/2017

The Eight Detectives | Revisi ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang