Ify berjalan dengan sedikit tergesa-gesa di koridor sekolah. Hari ini, Ia bangun sedikit siang dari biasanya.
05.00. Ify jarang sekali bangun pada pukul itu, meskipun hari libur sekalipun. Ia selalu bangun pukul 4 kurang atau paling telat tepat.
Bagi dirinya yang sekarang tinggal hanya seorang diri, ini menjadi rekor buruk baginya.
Bruk
Saat dia akan berbelok, dia malah menabrak seseorang. Dia terjatuh dengan tidak etisnya. Sungguh sial baginya!
"Kalau jalan yang benar! Mata Lo pake!"
Bentakkan itu terdengar sangat tidak enak di telinga Ify. Saat Ify akan mendongak, pemilik suara itu melengos saja dan pergi dengan ekspresi angkuhnya.
Padahal Ify mau balas bentakkan tak beralasan itu?! Yang salah disini bukan hanya dirinya. Pemuda itu juga salah. Enak aja! Dia pikir dia siapa?! Tapi, Ify segera mengabaikannya. Ia kan, harus cepat-cepat ke kelas. 'Biarin aja deh, tapi liat aja kalau ketemu lagi!'pikir Ify.
...
"Fy, kamu kenapa? Muka kamu kayak kesel gitu?"Silvya duduk di bangku kosong sebelah Ify dengan muka heran, Ia memandang sahabatnya yang memasang ekspresi kesal.
"Nggak."jawab Ify singkat. Ia memilih tetap focus pada bahan bacaannya.
Silvya melengos. Ia sudah hapal sekali sifat sahabat satu-satunya ini. Kalau dirinya terus-menerus menanyakan atau meminta Ify menceritakan alasan memasang ekspresi kesal itu, sahabatnya ini, pasti akan menyemprotnya.
Itulah sifat khas Ify. Kalau sedang kesal atau marah ke satu orang pasti yang lainnya juga kena marah.
Silvya menepuk jidatnya. Tiba-tiba Ia teringat alasannya pergi ke kelas Ify."Oh iya Fy, kamu mau ikut ekskul apa?"tanyanya.
Ify melirik Silvya,"Nggak tau."jawabnya."Emang wajib ya?"Kalau gak wajib Ify memilih tidak ikutan.
Bagi Ify, ikutan ekskul itu cuma buang-buang waktu doang. Ia memilih diam di rumah atau kerja paruh waktu, mungkin. Itung-itung nambah untuk kebutuhan di rumahnya.
"Ya wajib lah! Itu mempengaruhi nilai lho! Kan sayang, kalau peringkat kamu nurun hanya karena gak ikutan ekskul."
"Oh, yaudah. Aku ikutan ekskul seni. Mau ngembangin lagi keahlian melukis aku."ucap Ify datar.
Silvya manatap ke arah Ify tak percaya. Takutnya Ia salah dengar. Melukis?!
Melukis adalah hobby ayahnya Ify. Dulu, ayah Ify menyarankan Ify untuk menjadi pelukis karena melihat gambar-gambar yang dibuat oleh Ify sangat bagus diusianya yang masih kecil. Dan beliau yakin, bahwa Ify memiliki potensi yang besar untuk bisa menjadi seorang pelukis handal.
Bukannya semakin semangat melukis. Ify malah menghiraukan saran ayahnya itu. Ia berfikir bahwa Ia akan mencari cita-citanya sendiri. Ia pun tidak pernah mengambar lagi, selain kalau ada tugas.
Namun, sekarang Ia mendengar bahwa Ify akan melukis lagi. Sungguh Silvya tidak percaya.
Atau mungkin... Ify hanya ingin menjalankan keinginan Ayahnya. Agar Ia selalu bisa menginggat Ayahnya.
Silvya tersenyum. Ia akan mendukung selalu Ify."Bagus. Aku sih mau ikut ekskul Paduan Suara. Hehe. Mau latih suara biar gak cempreng!"Silvya terkekeh dengan jawabannya sendiri.
Ify tersenyum kecil. Cempreng! Kenyataannya menunjukkan sebaliknya. Suara Silvya itu enak banget buat didengar, penuh dengan nada. Tidak seperti dirinya, yang nyanyi tapi kayak bicara biasa. Memalukan.
Sungguh Ify bersyukur bisa memiliki sahabat seperti Silvya, yang selalu bisa membuat dirinya tidak kesepian.
...
Ify berjalan dengan pelan dengan memegang kepalanya yang terasa berdenyut. Tujuannya satu. UKS.
Sekarang harusnya jam pelajaran Sastra. Namun, Guru pengajarnya menyarankan Ia untuk beristirahat di UKS. Padahal Ify sudah bersih keras untuk tetap di kelas.
Ify membuka pintu UKS dengan pelan. UKS di sekolah ini cukup luas dengan tiga ranjang, peralatan dan obat-obatan yang lengkap. Ify memandang ke seluruh isi ruangan ini. Namun, Ia tidak melihat siapapun. Mungkin penjaganya sedang belajar.
Ify mencari obat sakit kepala, lalu meminumnya. Ia naik ke atas salah satu ranjang dan menidurkan dirinya. Tidak lupa, Ia menutup tirai penghalang antar ranjang. Ia memejamkan matanya dan terlelap.
Tanpa disadarinya, terdapat seseorang di ranjang yang berada disebelahnya yang tertutup oleh tirai.
...
Mata tajam beriris hitam menatap sesosok tubuh yang terbaring di ranjang sebelahnya dengan intens. Baru saja dirinya bangun dari tidur lelapnya. Saat membuka tirai yang penghalang setiap ranjang UKS. Dia disuguhi oleh pemandangan seorang gadis yang tengah tertidur lelap.
"Manis...." gumam lirih pemuda pemilik mata beriris hitam itu.
Senyuman tipis terukir di wajah datarnya. Tangannya terulur ingin menyingkirkan anak rambut, yang menghalangi paras manis gadis yang tertidur di salah satu ranjang di depannya. Namun, segera dia menarik kembali tangannya. Dia pun berdiri dari duduknya. Menatap kembali gadis tersebut, untuk mengingat parasnya. Setelah merasa puas, dia berjalan keluar meninggalkan UKS.
....
"A-aduh ...," ringisan pelan terdengar keluar dari mulut Ify. Tangan mungilnya, memegang kepalanya yang terasa masih sedikit pusing. Matanya terpejam, untuk meresapi rasa sakitnya. Dia masih ada di ruangan UKS.
"Lama banget, lo tidur." ucap seseorang tiba-tiba di sebelahnya.
Mendengar kalimat sarkastik itu, membuat Ify membuka matanya. Ify menolehkan kepalanya. Dia terkejut, melihat seorang pemuda dengan penampilan cukup berantakan tapi, tidak menutupi ketampanannya, tengah duduk di kursi sebelah ranjangnya. Pemuda tersebut tengah menatapnya tajam dengan senyum sinis.
Ify mengumpat dalam hati. Mengapa pemuda itu, ada disini? Di tengah luasnya sekolah ini, kenapa Ify harus bertemu dengannya, lagi?
Tunggu, kalimat yang dilontarkan pemuda itu, kesannya, dia telah lama menunggu Ify bangun disini. Tidak mungkin! Memangnya Ify sudah berapa lama tertidur?
Di tengah lamunan Ify, Rio-pemuda di depan Ify-berusaha keras agar tidak mencubit pipi gembil gadis di depannya dengan gemas. Bagaimana bisa? gadis itu melamun tapi, pandangannya masih menatap kearah dirinya-Rio-.
Rio tidak pernah merasakan perasaan seperti ini, sebelumnya. Entahlah, dirinya bahkan mau menunggu gadis di depannya selama dua jam, memandangi paras manis gadis di depannya memberikan sensasi tersendiri dalam dirinya. Sungguh. Rio tidak mengerti. Hatinya beku telah lama.
Ini pertemuan kedua mereka tapi, Rio merasa bahwa dia telah mengenal gadis ini lama.
Lupakan tentang itu, sebenarnya Rio tidak suka UKS. Dia tadi tengah berjalan menuju kantin tapi, saat melihat sepupu yang paling di bencinya keluar dari UKS dengan ekspresi datarnya, membuat Rio penasaran. Ada sesuatu yang berbeda dari sorot mata datar sepupunya. Seperti perasaan ketertarikan, mungkin. Itulah yang membuat Rio melangkahkan kakinya memasuki UKS.
Rio terkejut setelah memasukinya, dia melihat seorang gadis yang kemarin hampir masuk ke acara tawurannya, tengah berbaring di salah satu ranjang di ruangan tersebut. Setelah itu, Rio memutuskan untuk duduk di kursi sembari menunggui gadis itu.
Tangan Rio mengepal sesaat, sorot matanya semakin tajam. Terlintas sebuah pemikiran di kepalanya, alasan sorot mata Daniel yang sedikit berbeda.
Rio berdiri dari duduknya. Dia mengulurkan tangannya pada Ify,"Ayo pulang!" ucapnya dengan tegas, tidak ingin menerima penolakan membuyarkan lamunan Ify sekejap mata.
***
Yeyy!! Akhirnya update lagi. Kayaknya udah banyak yang bosen nunggu. Maafkan daku.🙇
Doa'in yaa, untuk kedepannya aku updatenya cepat.Thanks you...
VOMENT-nya jangan lupa. Itu semangat buat aku. Terutama comment!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Presence
Подростковая литератураKehidupan seorang gadis bernama Riana Lifytasya semakin rumit setelah ia bertemu dengan Mr. Dom-orang yang tanpa sengaja membuatnya yatim piatu-. Empat pemuda dengan kepribadian yang berbeda-beda hadir di kehidupannya. Membuat hidupnya tidak tenang...