Why, Bandung

251 139 28
                                    

Aku mencoba meyakini bahwa yang aku katakan itu benar. Tapi tidak ada respon lebih maupun respect. Dan kini, bagiku. Hidup hanya menjadi sebuah ironi tentang sandiwara senyuman hangat diatas rasa ketidakpercayaan.

Tidak-tidak. Malam ini, dugaan Kayla salah. Kedua orang tuanya tidak terlihat di ruang tamu maupun di ruangan keluarga. Mungkin mereka sudah terlelap tidur, pikirnya.

Kayla dengan terburu segera berlari menaiki anak tangga, untuk memasuki kamarnya. Ia menaruh pandangannya kepada arloji di pergelangan tangan kirinya, tepat pukul 10:00. Ia merasa seperti bernafas bebas menghirup udara malam diluar rumah yang baru saja ia lakukan.

*****

Dihari sabtu sehabis Kayla pulang dari sekolahnya, sekitas pukul 02:00 siang.

"Kay, mama sama papa mau pergi, dan mama rasa kamu harus ikut dari pada sendirian dirumah."

"Bukannya setiap hari Kayla emang selalu sendirian kan? Mama sama papa kan sibuk."

Kayla memancing perdebatan. Otaknya selalu dangkal tiap kali ia melihat kedua orang tuanya, serasa hanya ingin untuk terus memulai permusuhan, kembali.

"Udah, pokoknya kamu harus ikut. Gih sana, siap-siap." Kirana sedang tidak ingin berdebat.

"Emang nya mau kemana?"

"Ke Bandung. Nginep sampai besok, berangkatnya sore ini."

Kayla tidak membalas sepatah katapun lagi. Tapi wajahnya memberi respon bahwa, 'iya' ia akan ikut.

Ia segera menuju kamar, untuk menyiapkan baju yang akan ia bawa dan yang mana yang akan ia kenakan.

Sesungguhnya, yang perlu kalian ketahui adalah, Bandung. Sebuah kota dengan julukan 'Kota Kembang' yang menyimpan berjuta kenangan, baik itu kebahagiaan ataupun rasa kecewa. Kayla lah yang membawa kedua perasaan itu, yang masih tersimpan rapih hingga saat ini.

Beberapa jam kemudian...

Papa David, mama Kirana, serta Kayla, mereka bertiga sedang berada di dalam sebuah mobil yang sama. Mobil yang sedang melaju untuk pergi menuju tujuannya, ditemani dengan suasana sendu tanpa suara. Sudah lama semenjak masing-masing dari mereka selalu berkutat akan kesibukan dan urusannya sendiri.

"Emangnya kita mau ngapain sih ke Bandung?" Kayla angkat bicara.

"Mama sama papa ada urusan, Kay."

"Urusan apa? Pekerjaan? Ternyata pergi ke Bandung hanya untuk berlibur, itu sulit." Sindir Kayla.

"Nanti kapan-kapan kita berlibur kok, tenang aja. Ke luar negeri kalo perlu." Balas David.

"Kapan-kapan." Kayla memperjelas kata-kata itu, berpikir seolah-olah tidak akan pernah terjadi.

David dan Kirana bungkam. Tidak membalas kata-kata apapun lagi, susana di dalam mobil kembali sunyi, tanpa suara sedikitpun. Dengan cuaca yang cukup dingin sore itu, akhirnya Kayla memejamkan matanya, dan mulai tertidur lelap. Sementara mobil masih terus dilajukan.

****

Pagi hari datang kembali. Dan hari ini adalah hari minggu. Dengan udara yang segar saat terhirup oleh indera pembau. Penuh kesejukan yang mendalam, jauh di dalam rongga hati. Rasanya lega, sangat nyaman.

Tapi saat ini terasa beda. Saat ini, ia sedang berdiri didepan teras kamar hotelnya yang berada di lantai 6, hanya dibatasi oleh pagar. Ia melihat penuh, memandangi pemandangan yang ada disekitarnya.

Yaitu Bandung, kota dimana Kayla dilahirkan. Yaitu Bandung, kota yang masih merekam semua kenangan masa lalu Kayla bersama keluarganya yang membahagiakan. Dan rekaman itu, masih terlintas jelas jauh didalam lubuk hati serta pikirannya. Yaitu Bandung, yang saat ini tidak bisa Kayla jelaskan.

Seperti Musim yang Sementara [Completed]Where stories live. Discover now