7. Wanita Gorila Itu

35 7 5
                                    

Ethan meletakkan mayat itu di tengah arena. Eva Harris membantunya dengan menyediakan tempat dan memanggil si Manusia Api, Jonathan Liu. Jonathan Liu mengembuskan api dan membakar kayu bakar yang telah ditumpuk sebelumnya.

Cherry muncul dan nampak tertarik dengan apa yang akan terjadi, lalu menonton apa yang tengah dikerjakan Ethan.

"Kau membakarnya ?"

"Aku berencana begitu."

Ethan menuangkan semua potongan tubuh dan organ ke dalam bara api. Setelah menunggu, satu per satu bagian-bagian tersebut menghitam, dikelilingi asap mengepul dan menjadi kering seperti arang.

"Kau mengerjakan sisa-sisa tikus ini."

"Tikus, katamu ?" Ulang Ethan, menaikkan alis kirinya.

"Rasanya menjijikkan sekali berada diantara para psikopat gila ini."

"Kau tidak jauh berbeda."

"Sekarang kau berbicara begitu. Apakah kau sama dengan mereka ?"

"Tentu saja, Nona Glitch."

"Berarti hanya aku yang berbeda." Ia mendengus kasar.

"Kau sama kok."

"Tidak !" Ia membentak kasar.

Ethan mendongak, berhenti memunguti arang-arang kecil itu agar dimasukkan ke dalam plastik dan terpaku menatap Cherry Glitch. Lalu pemuda itu berputar-putar pada pemikirannya. Cyborg. Tentu saja, apakah ia merasa terasingkan ?

"Apa yang membuatmu berbeda ?" Tanya Ethan kemudian.

"Kau tidak lihat ? Atau kau berpura-pura tak lihat ?"

Cherry menjulungkan tangan logamnya dan menunjuk kakinya. Ekspresinya yang terluka, kekesalan yang dipendam, semua itu mengandung maknanya tersendiri.

Lihatlah aku.

"Itu hanya logam. Hati dan akalmu masih manusia kan ?" Senyum tipis menghiasi wajah Ethan. "Kita tidak segila itu."

Cherry Glitch mengeraskan rahangnya. Ia mengedipkan matanya terlalu kuat hingga menarik napas yang terdengar berat, lalu berbalik dan berlari. Pergi. Membawa lukanya dan kesedihan yang selalu dipendam.

"Berhenti." Ujar Ethan, senyumnya kini hilang. Digantikan oleh tatapan memicing yang tertuju pada punggung Cherry.

Gadis itu, secara alamiah berhenti. Namun menolak berbalik. Ia mematung. Tak dapat bergerak. Tak dapat berkedip. Setetes keringat jatuh di dagunya, gadis itu menggigit lidahnya dan menghela napas lega.

"Kemari."

Lagi, ia berjalan. Membawa anggota gerak logamnya yang berat melawan keinginannya. Ia ingin memberontak, lari, dan meludahi wajah Ethan. Namun ia tak mampu. Ia dikendalikan.

"Bicaralah denganku setelah aku selesai."

Ethan tidak mengucapkan apa-apa setelah itu. Ia membiarkan udara menggantung kosong diantara mereka. Ia ingin membuat Cherry merasakan tekanan yang diberikannya. Lalu, ia tersenyum puas dan mengangguk kecil pada Cherry.

"Bagus." Ia menepuk tangannya sekali. "Pergilah."

Kaki Cherry melangkah pergi. Susah payah ditekannya untuk diam agar ia mampu berbalik menghadap Ethan dan meneriakkan kalimat yang ingin dimuntahkannya.

Namun, ia hanya mampu berjalan hingga akhirnya kakinya berhenti. Disitulah ia menyadari sesuatu dan mulai mengumpat.

Kau penyihir !

. . .

Hari itu, Ethan merasa sedikit pusing setelah memghadapi Cherry Glitch. Ia sempoyongan, tidak tahu apa yang terjadi padanya. Susah sekali mempertahankan keseimbangannya ketika memungut sisa arang dan memasukkannya ke dalam kantong plastik.

GLASS MEMORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang