Ini mungkin tidak seperti cerita pendek pada umumnya. Ini merupakan sebuah ungkapan perasaan seseorang yang mengagumi diam-diam. Bisa dibilang ini adalah diaryku di akhir masa perkuliahan yang bak anak SMA menjalaninya.
....
...
...
Aku sangat benci dengan perpisahan..
Entah kenapa harus selalu ada perpisahan?
Terkadang aku berfikir.. haruskah aku berhenti dekat dengan seseorang?
Agar tidak lagi mengalami pahitnya perpisahan.
Namun... seperti katanya.
Tiap pertemuan pasti ada perpisahan, itu pasti.
Karena tidak selamanya kita bisa bersama, dan kita harus menerima itu.
Ikhlas dalam menjalani setiap skenario hidup yang ada adalah kuncinya.
.....
....
...
Panas matahari siang ini sangat menyengat kulitku. Peluh bercucuran di dahi dan punggungku. Ah.... harus berapa lama lagi aku berpanas-panasan seperti ini?
Kulihat sekelilingku.. anak-anak bidang lain sedang berusaha menutupi wajahnya dari terpaan matahari. Di depan sana, sang kepala bidang acara sedang berbicara, dan entah apa yang dia katakan aku tidak peduli. Aku benar-benar ingin masuk ke dalam aula dan mengistirahatkan tubuhku yang sudah remuk ini. Aku meneloh ke belakang.. Huh sepertinya para lelaki di belakangku sedang menggoda gadis cantik yang berdiri tak jauh dariku.
"Hay.. Ayla... panas banget nih, mau gue kipasin gak?"
"Ha ha ha ha..." gema tawa itu mengusikku.
Dasar anak-anak ini, tidak bisakah mereka bersikap dewasa? Aku sungguh tidak peduli dengan segala candaan khas anak SMA yang ewwwh.. tolonglah, kita ini sekarang sudah ada di bangku perkuliahan dan mereka masih saja melakukan guyonan seperti itu. Ck.
"Ya, sekarang kalian boleh duduk."
Ah... kalimat yang sudah aku tunggu-tunggu, setelah berdiri sekian lama di bawah teriknya matahari sekarang aku bisa mengistirahatkan kaki ku. Aku tersenyum tipis dan langsung duduk sesuai perintah dari kepala bidang acara di depan sana.
Sembari mengipas-ipas wajahku dengan tangan, tiba-tiba ada seseorang di sebelah kiriku mengajakku berbicara. Ya.. aku dari tadi memang hanya diam dan sangat tidak berselera untuk mengobrol dengan teman panitia di sekitarku ini.
"Hay... panas banget ya?"
Aku melihatnya, seorang lelaki yang mmm sepertinya ini kali pertama aku bertemu dengannya.
"Heh.. iya." Jawabku singkat sambil tetap mengibas-ibaskan tanganku, berharap dapat mengurangi sedikit panasnya matahari siang ini.
"Lo bidang apa?" tanyanya lagi.
Ah.. dia anak yang pandai bergaul pikirku saat itu. Aku bukanlah orang yang supel dan bisa berteman dengan mudah. Jadi, orang seperti dialah yang kadang membuatku iri.
"Konsum, kamu?" jawabku seadanya.
Lalu kulihat dia menyeringai.
"Gue logistik, kasih makan kami yang banyak ya dan harus enak!"
Aku tertawa, pantas anak ini sangat supel. Bidang logistik sang super strong team itu pastinya memiliki anggota tim yang ramai dan mudah bergaul.
Aku mengangguk-anggukan kepala.
"Tenang aja, nanti aku bakal kasih kalian makan yang banyak kok." Aku tersenyum. Senang mendapat seorang teman dari bidang logistik, karena dari pengalaman kepanitiaan yang pernah aku lakukan, bidang konsumsi dan logistik biasanya saling membantu dengan baik dan bisa membaur dengan baik juga.
Dia tersenyum dan aku pun tersenyum.
Percakapan singkat itu tidak pernah kusadari akan menjadi sebuah awal indah yang tidak akan pernah ku lupakan. Saat itu, aku benar-benar tidak tahu, apa jadinya jika dia tidak duduk disampingku, mengajakku berkenalan terlebih dahulu. Awal yang belum kusadari akan menjadi awal pada saat itu, seseorang yang awalnya tidak pernah terhiraukan olehku akhirnya masuk ke dalam cerita hidupku. Dia, orang yang akan selalu aku kenang atas segala kebaikannya.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Perasaanku
Teen FictionIni adalah sebuah cerpen.. atau lebih tepatnya sedikit kisah dari buku harian seseorang yang mengagumi secara diam-diam. Cerita ini mungkin tidak menarik, namun cerita ini membawa sebuah kenangan. Tidak semua yang ditulis sesuai dengan kejadian sesu...