25

1.4K 88 10
                                    

"Menghilangkan rasa yang terlanjur dalam itu, pekerjaan berat."

***

"Dari awal kan gue udah bilang, jangan mainin Icha, dia anak baik!" seru Gio.

"Lo kenapa sih? Lo suka? Kalo lo suka sama dia, yaudah ambil aja. Gue juga udah putus kok sama dia," balas Ray.

"Jangan nyesel kalo tiba-tiba Icha berpaling ke gue."

"Masa bodo, lagian gue udah no heart feeling sama dia!" seru Ray.

"Yakin?" tanya Gio.

"Yakin seribu persen malah. Gue tuh cintanya sama Afah."

"Afah..? Ara maksud lo?" Ray mengangguk. "Ara gak cinta sama lo men!" seru Gio lagi.

"Enggak, dia cinta sama gue."

"Kalo cinta gak mungkin lo ditinggal."

"Dia begitu karna dia punya alasan," ujar Ray. Gio tersenyum simpul, "Alasannya yaitu karna dia gak cinta sama lo." Gio kemudian pergi meninggalkan Ray.

Ray mencerna kata-kata Gio. "Hmm Gio bener. Gue ninggalin Icha demi orang yang udah ninggalin gue. Dan sekarang, gue malah nuduh Icha ngerahasiain semuanya ke gue, padahal dia gak tau masalah gue apa."

"Bego banget sih gue! Gue nyia-nyiain Icha demi seseorang yang telah hilang dan tiba-tiba muncul lagi, dan dengan begonya gue ninggalin Icha disaat dia ngerasa kalo gue bener-bener cinta sama dia."

"Tapi disisi lain, gue gak rela  kehilangan Afah untuk kedua kalinya."

***

Lagi lagi Tichania melamun ditaman. Ia menatap kosong, pikirannya kemana-mana.

"Bahaya ngelamun disini, ntar kesambet loh!" seru Gio yang tiba-tiba disamping Tichania.

Tichania menoleh ke arah Gio. "Eh Kak Gio, sejak kapan disini? Udah dari tadi?" tanya Tichania.

"Sejak gue lihat ada seseorang yang patah hati dan melamun ditaman." Tichania diam, ia tidak membalas perkataan Gio.

"Gausah dilupain kalo emang lo gak bisa ngelupain," ujar Gio kepada Tichania.

"Sakit Kak.." lirih Tichania. "Ketika aku berusaha untuk tidak terjadi apa-apa, dia malah bersikap kasar denganku, sebenarnya yang salah disini siapa? Kenapa aku yang harus menanggungnya? Bahkan aku yang tidak mengerti apa-apa ikut disalahkan," lanjutnya.

Tanpa sengaja air matanya mulai berjatuhan.

Gio menyeka air mata Tichania. "Gue ngerti gimana perasaan lo,"

"Ajari aku cara melupakan Kak.."

"Hhhh, itu tergantung diri lo sendiri, tapi kalau gabisa, gausah dipaksakan Cha, percuma, itu akan membuat lo lebih sakit nantinya," jawab Gio.  "Karna melupakan perasaan yang sudah mendalam itu susah, lo harus kuat," lanjutnya. Tichania mengangguk.

"Untuk saat ini aku cuma bisa diam Kak." Tichania menghela napas. "Biar ini semua mengalir dengan sendirinya, jika memang takdirku sudah ditentukan seperti ini, aku hanya bisa mengikuti bagaimana alur ceritaku selanjutnya."

My Life With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang