Sungguh, membolak-balikkan tubuh tidak juga membuat hatiku tenang. Bahkan, mata yang kupaksakan terpejam, tidak juga mau tertutup sempurna.
Pikiranku masih tertuju pada Yuki.
Pertanyaan yang aku ajukan tadi tidak menghasilkan apapun kecuali rasa penasaran.
Ingin rasanya menghubungi Yuki saat ini, tapi saat mengingat waktu yang menunjukkan larut malam, aku mengurungkan niatku itu.Untuk ketidaktahuan yang ke sekian kalinya aku merasa bahwa saat ini aku begitu bingung dengan perasaanku sendiri.
Ada sebuah do'a terselip tentang Yuki dan Bambang malam ini.
Mungkin aku sangat terlihat buruk, tapi jika tentang perasaan, siapa yang bisa mengendalikan?Sesering apapun aku menolak bahwa Yuki bukan gadis impianku, maka sesering itu pula aku menerima jika Yuki juga bukan gadis yang buruk.
Ah, untuk rasa ini, aku tidak pandai mendefinisikannya. Bodoh.
Aku kembali menarik selimut dan menutup tubuh hingga dada. Lampu kamar sudah padam beberapa jam yang lalu. Dan itu artinya, tidak ada lagi alasanku untuk tetap terjaga.
Baiklah, aku akan tidur sekarang.
******
Pagi sekali aku bangun. Terbangun oleh suara alarm dari ponsel tentu saja. Aku menyingkap selimut dan meraba nakas tempat ponsel itu berada.
Aku mematikan bunyi yang mengganggu itu lalu beringsut setelah merenggangkan otot-ototku.
Sebenarnya aku masih mengantuk, tapi jika aku turuti, maka olahraga pagi ini akan terlewat begitu saja.Kini aku siap dengan pakaian yang umum digunakan untuk olahraga, lalu memasang earphone dan memasukkan ponselnya pada saku celana.
Sebuah getar terasa dan lagu yang sebelumnya aku dengar berganti dengan dering panggilan.
'Yuki Radesa memanggil '
Tanpa menunggu lama, aku menjawab panggilan itu.
" Aleeeee,,, " teriaknya yang membuat aku menarik salah satu sumpalan earphone itu menjauh.
Aduhh ni anak. Masih pagi udah gaduh aja. Abis makan toak kali ya.
" Ada apa Yuki? Jangan teriak kali. Kuping aku masih normal! "
" Ale, rencana kita gagal,, " ucapnya dengan nada sedih. Dia mengatakan rencana kita?
Ini rencana dia. Bukan aku.
" Terus? " tanyaku cuek.
" Apa? Kamu cuma nanya 'terus'? Iya itu artinya kita bakal nikah Ale! " ucapnya tak terima.
" Ya udah. Terima aja sih. "
" Terima? Hey,, mereka bahkan mau mempercepat pernikahan kita. "
" Syukur dong. " jawabku terdengar biasa.
Padahal dalam hati, rasa yang bisa kusebut bahagia membuncah di sana.
Aku bahagia mendengarnya mengadu seperti itu, terdengar tidak suka dan menderita . Itu saja kan?
Tidak lebih kurasa." Kamu tuh nyebelin ya. Nyesel aku nelpon kamu."
Ucapnya.
Aku tersenyum kembali." Ya aku memang nyebelin. Tapi lebih nyebelin kamu, " ucapku masih menggoda.
Kudengar, dia mendesis.
" Udah sih, mending sekarang kita olahraga bareng. Kita bicara'in baik-baik. Sekalian aku mau tau kenapa kamu gagal juga! " usulku.
Memang benar, aku sangat penasaran ingin mendengar cerita lengkap dari narasumbernya langsung. Sekalian nanti dia aku ejek. Hahah" Jemput. Ibu nggak akan izinin aku keluar tanpa alasan yang jelas. "
Tut
Sambungan terputus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission (✔)
FanfictionYuki Radeesa. Tengil dan semaunya, harus bersedia dijodohkan dengan lelaki yang tidak ia kenal. Dan lebih parahnya, usia jodohnya lebih muda. Yuki harus mengandalkan kelihaiannya dalam hal mengelabui untuk menggagalkan perjodohan mereka. Aleandro...