Airin turun dari lantai dua menuju dapur dengan membawa setumpuk pakaian kotor yang dia lempar begitu saja di atas sofa. Kemudian wanita itu setengah berlari dengan ekspresi penuh kepanikan setelah melihat asap hitam mengepul dari arah sana.Airin lupa bahwa sebelum naik ke lantai atas tadi, dirinya sedang memasak. Dia berdecak kesal membalik tumisan yang gosong dari atas kuali lalu segera memadamkan nyala api kompor. Setelah itu, dia membuang makanan tidak layak tersebut ke dalam keranjang sampah tepat bersamaan dengan kemunculan Sean yang masuk ke dalam rumah sambil membawa koran harian pagi. Lelaki itu masih mengenakan piyama tidur, wajah yang berada pada level setengah mengantuk dan rambut yang tidak jelas mencuat kemana-mana.
"Bau gosong apa ini?" Sean berjalan ke arah lemari es, membuka pintunya untuk mengambil sebotol air mineral dingin dari dalam sana.
"Bagaimana kalau kita sarapan dengan setangkup roti isi selai saja?" Airin memberi penawaran.
Sean langsung menyipitkan kedua matanya, selalu itu dan itu saja menu makanan yang harus dia santap setiap pagi. Bahkan dia lupa kapan terakhir kali istrinya memasak sarapan dengan menu yang sedikit berkualitas.
"Kalau begitu, tolong buatkan aku segelas jus buah saja," Sean berlalu duduk di ruang tamu dan mulai tenggelam dalam bacaan koran paginya.
Melihat Sean yang selalu terlihat lebih santai sepanjang hari sementara dirinya harus sibuk kesana-kemari, Airin merasa kehidupan ini sangatlah tidak adil.
"Jangan terlalu manis," setengah berteriak, Sean meminta. "Ganti saja gulanya dengan susu."
"Iya, aku tahu," jawab Airin, juga setengah berteriak.
Pagi ini Airin tidak memiliki jadwal syuting apapun dan berencana hanya akan berkutat di salon miliknya di sebuah kawasan elit di Gangnam. Untuk saat ini, dia memang sedang menjalani jadwal syuting yang cukup padat untuk sebuah drama di salah satu chanel televisi swasta ternama. Tapi sekarang adalah hari Minggu, dan Airin mendapatkan cuti satu hari untuk libur. Kebetulan sekali Sean juga mengatakan jika dia juga sedang cuti dari pekerjaannya sebagai kepala divisi keuangan di perusahaan keluarga yang menjalankan bisnis perhiasan mewah.
Ah, tapi lelaki itu lebih tepat Airin sebut sebagai berandalan brengsek, pecinta motor besar yang lebih suka touring bersama teman-temannya ketimbang mengajak istrinya berlibur. Bahkan Airin menamai kontak suaminya di dalam ponsel dengan sebutan 'lelaki biadab'— nama yang begitu kurang ajar jika didengar.
Airin sendiri berprofesi sebagai artis. Wajahnya wara-wiri muncul di televisi dengan berbagai drama maupun produk iklan yang dia bintangi. Tapi siapa sangka bahwa artis setenar Airin diam-diam sudah menikah selama tiga tahun dengan lelaki bernama Oh Sean.
Dia tampan, anak orang kaya, berperawakan tinggi dengan wajah manis, berhidung bangir serta memiliki senyuman sangat mematikan. Oh Sean atau sering dipanggil dengan sebutan Sean benar-benar lelaki sempurna secara fisik. Dia juga merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Kakak lelakinya bernama Kai yang hanya berselisih usia kurang lebih dua tahun darinya.
Bukan merupakan pernikahan yang dipaksakan maupun terjadi karena perjodohan seperti kebanyakan cerita dalam drama. Mereka menikah karena saling jatuh cinta dan memutuskan untuk hidup bersama setelah menjalani masa berpacaran selama tiga bulan. Proses yang cukup singkat memang untuk menjalin sebuah hubungan ke jenjang pernikahan. Tapi kadang cinta memang bisa membuat segalanya yang tidak mungkin menjadi mungkin, bukan?
Airin baru saja meletakan segelas jus alpukat di atas meja kecil di samping suaminya duduk. Kemudian dia meraih setumpuk cucian yang tadi sempat terabaikan dan segera berlalu masuk ke dalam ruangan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranjang Bergoyang (proses edit)
Fanfiction"Ranjang Bergoyang" Apa yang kalian pikirkan tentang dua kata itu? Daripada terus bertanya-tanya, bagaimana kalau kalian baca saja isinya, yuk! Welcome to the garingest ff in the world😊