Persiapan UN-ku yang tinggal dua hari lagi membuatku sangat lelah. Jadwal les yang padat, belajar disekolah, dan sebagainya. Biasanya, aku akan dengan senang hati membiarkan tubuh dan jiwaku ini mengikuti pelajaran disekolah.
Namun kali ini... terasa sangat melelahkan.
Suasana kelas pada jam istirahat sangat ramai. Namun diantara mereka kebanyakan membicarakan tentang universitas lanjutan. Tak jarang, akupun memberikan tanggapan pada apa yang mereka bicarakan.
Sedari tadi, aku hanya diam di kursi karena menunggu Reisha yang sedang pergi ke kantin. Alhasil, aku sendirian. Karena melihat suasana kelas yang begitu ramai dan sibuk sendiri, aku memutuskan untuk mengambil earphone dan menyambungkannya ke ponselku.
Aku memutuskan untuk mendengarkan lagu Somebody Else yang dibawakan oleh The 1975. Menurutku, lagu ini sangat pas untuk keadaan hatiku pasca berakhir dengan Fannan.
Aku menikmati alunannya dengan mata terpejam, dan menghayati liriknya.
Sampai ada satu tangan yang menepuk pundakku, aku tersadar. Ternyata itu adalah Erick. Dengan cengiran dan wajah tanpa dosanya, aku melihat mulutnya mengatakan, "lepas earphone-nya. Gue mau ngasih tahu sesuatu!"
Akhirnya aku melepas earphone-ku dan memukul dada Erick. "Ganggu aja sih, ada apa?" Tanyaku akhirnya pada Erick.
Erick meletakan jari telunjuknya diatas dagunya, seperti orang yang sedang mempertimbangkan sesuatu. "Gue ada rahasianya Fannan. Lo mau tahu nggak?" Cetus Erick dengan sedikit berbisik.
"Lah? Itu 'kan rahasianya, sebagai teman lo jaga lah rahasianya. Bukan diumbar-umbar ke gue. Dosa tahu nggak?" Kataku dengan suara yang naik satu oktaf.
Erick membekap mulutku, "sst kenapa sih?! Ini tuh ada hubungannya sama lo! Gue udah tahu ini sejak lama, tapi baru inget. Jadinya gue berniat ngasih tahu lo!"
Aku meronta dan melepaskan tangan Erick yang berada di mulutku. "Hah?" Kataku bertanya-tanya.
"Sst, mangkanya!"
Aku berbisik kepada Erick, "jadi apaan tuh rahasianya?"
Erick nyengir. "Asal lo mau traktir gue hari ini, gue kasih tau. Uang gue ketinggalan dirumah. Sepuluh ribu aja, cukup kok buat beli batagor sama minum doang mah."
Dengan cepat, aku merogoh saku kemeja sekolahku. Dan langsung memberikan selembar uang sepuluh ribu kepada Erick.
"Sana, beli makan dulu. Lo mati sebelum UN 'kan nggak lucu."
***
"Kayaknya, Fannan masih sayang sama lo. Dan dia bikin sesuatu buat lo."
Kalimat yang dilontarkan Erick masih terngiang-ngiang sampai aku pulang kerumah. Bagaimana mungkin? Aku masih melamun, memikirkan kalimat itu.
Kalau masih sayang, kenapa dia nggak bicara kepadaku? Toh, aku juga masih ada rasa kok! Suara notifikasi yang datang dari ponselku membuyarkan lamunanku. Aku membuka aplikasi pesan tersebut, dan tercengang ketika aku melihat bahwa yang mengirimkan aku pesan adalah...
Fannan.
Fannan : Jangan percaya kata-katanya Erick. Dia ngibul. Tadi soalnya gue mendengar percakapan lo sama dia.
Sakit, ketika mengetahui bahwa kalimat yang dilontarkan Erick adalah bohong. Apalagi Fannan yang memberitahunya.
Kecewa.
Uang sepuluh ribu milikku menjadi gaji buta Erick! Padahal lumayan 'kan untuk membeli minuman dingin?![]
***
Agak absurd soalnya udah lama nggak nulis ini.
Hope you like it! Xoxo🌸Oh, ya. Mohon maaf lahir batin ya untuk pembaca ceritaku. Selamat menunaikan ibadah puasa juga bagi yang menjalankan! Semoga lancar ya!
Lots of love, yasmin.
YOU ARE READING
Last
Short Story"How long our heart will last?" Copyright © 2017 by Yasmin Nur Azizah #1 on #TrueShortStory (17/11/2018)