Selamat minggu, dan semoga hari kalian menyenangkan ya teman-teman.
Ditunggu kritik, saran, dan pendapatnya tentang part ini ya, terimakasih:D
***
"Kok, lo jemput gue?" tanya Luna saat mereka kini sudah berada di dalam mobil Aric. Ya, setelah tadi Luna tiba-tiba melihat Aric di depan gerbang rumahnya. Gadis itu bertanya maksud serta tujuan Aric datang kerumahnya, dan lelaki itu berkata jika dia sengaja menunggu Luna, karena ingin berangkat bersama Luna katanya.
"Kan tadi udah bilang. Mau berangkat bareng."
"Iya, maksudnya kenapa mau berangkat bareng?"
"Harus ada alesannya ya Lun, kalo gue mau berangkat bareng sama lo?" Aric mengalihkan pandangannya dari depan, kini kearah Luna yang duduk tenang di sampingnya. Luna menggaruk ujung hidungnya, bingung harus menjawab apa. Pasalnya ia bingung dengan sikap Aric akhir-akhir ini. Luna perempuan dan ia takut jika perasaannya pada Aric menjadi lebih. Ya mungkin tidak usah di perjelas pun, kalian pasti mengerti maksud Luna.
Apakah Aric tidak tahu jika hati perempuan itu gampang sekali bawa perasaan?
"Bu-bukan gitu." Aric terkekeh kecil lalu mengacak pelan rambut Luna yang sengaja gadis itu gerai.
"Pokoknya mulai hari ini. Gue jemput lo setiap pagi." Saat Luna hendak membuka mulutnya. Suara Aric kembali mengitrupsinya "Nggak pake penolakan, Luna." Luna menghela nafasnya lalu akhirnya mengangguk kecil.
"Alger, kemana?" astaga. Aric melupakan masalah itu. Ayahnya sebentar lagi pasti kembali dari dinasnya. Itu berarti ia akan kembali satu mobil bersama Alger? Aduh. Mengapa ia bisa melupakan adik menyebalkannya itu? Ah sudahlah. Masalah nanti, biar Aric pikirkan nanti.
"Dia bawa mobil sendiri." Jawab Aric dan Luna hanya mengangguk. Sampai akhirnya Aric memberhentikan mobilnya karena ia melihat sebuah palang besi menutupi jalan yang biasa ia lewati jika akan pergi ke sekolah.
"Lah, kok jalannya di tutup gini sih?" tanya Aric sambil membuka jendela mobilnya, lalu melihat palang yang menutup jalan utama, dan itu membuat mobilnya serta kendaraan lain tidak bisa lewat. Pantas saja jalanannya terlihat sepi, ternyata palang ini lah alasannya.
"Emang biasanya enggak?" tanya Luna. Aric menoleh pada Luna lalu menggeleng.
"Setiap hari gue lewat sini kok." Ucap Aric. "Sebentar ya Lun." Luna mengangguk lalu Aric pun membuka pintu mobilnya, dan keluar menghampiri salah satu penjaga keamanan di sekitar sana. Tak selang beberapa menit, Aric kembali kedalam mobil dengan wajah sedikit gusar.
"Kenapa?" tanya Luna saat Aric sudah kembali duduk di sisinya.
"Jalannya ditutup. Bakal ada demo katanya."
"Jadi gimana?" Aric menghela nafasnya lalu memposisikan dirinya lebih menghadap kearah Luna.
"Sorry banget sorry, gara-gara bareng gue lo jadi telat gini. Ya salah satu jalannya kita muter balik cari jalur lain, tapi pasti kita bakalan telat." Ucap Aric merasa bersalah. "Sumpah gue nggak tau kalo bakalan ada demo Angkot disini. Gue bener-bener minta maaf Lun." Aric merapatkan kedua kelapak tangannya, dan menyimpannya di atas dada.
Luna terkekeh kecil sampai akhirnya mengangguk. "Nggak pa-pa kali Ric. Ayo, jalan sekarang aja." Aric tersenyum malu lalu memutar stir kemudinya mencari jalan lain, yang ia yakini akan lebih cepat sampai ke sekolah. Ya Tuhan. Ini pertama kalinya Aric menjemput Luna, dan mengapa harus ada demo segala? Demi apapun Aric merasa sedang tidak beruntung hari ini. Ah, lain kali ia harus cek terlebih dahulu jalur-jalur yang akan ia lalui jika bersama Luna. Biar ia tidak merasa malu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeking for Something [Completed]
Teen Fiction*Abah Squad Community Alaric Abian Wijaya, adalah seorang Abang dari tiga bersaudara. Memiliki orangtua protektif, yang melarang semua kegiatan abstrak yang dilakukannya. fyi, Aric itu jahil dan juga menyebalkan. Kalau tidak begitu, bukan Aric nama...