Bagian 5 : Kesepian itu

9.8K 972 18
                                    

Jiao menatap dirinya dicermin, melamunkan kebersamaannya dengan Bojing. Pria itu ternyata memiliki sisi manisnya juga, dan bahkan mereka sekarang mencoba menerima satu sama lain,

"Tuan Putri, Panglima Bojing sudah ada disini," seru dayang memberitahu,

Gadis itu bergegas merapihkan dandanannya, menyambut kedatangan tunangannya itu.

"Jiao..." panggil Bojing tersenyum ramah,

Senyum Bojing mengingatkannya akan manajernya, senyum sama yang biasa ditampilkan saat memberikan semangat, meski jarang tapi dia masih ingat senyuman itu.

"Maaf lama menunggu Bojing," ujar Jiao tersenyum malu,

"Jalan-jalan?" tawar Bojing,

Jiao mengangguk, mereka berjalan-jalan berdampingan, sedangkan rombongan dayang menunggu agak jauh, menjaga jarak privasi.

"Aku akan pergi untuk sementara waktu, perintah dari Putra Mahkota." jelas Bojing,

"Kemana? kau mau meninggalkanku? Aku akan berbicara pada Kakak agar kau tak pergi," ujar Jiao,

Bojing menatap Jiao, dan menggengam kedua tangannya, "Ini tugas Jiao, lagipula aku tak akan lama, jangan khawatir."

"Tapi aku tak ingin ditinggalkan olehmu." seru Jiao,

"Hanya sebentar Jiao, tunggu aku ya?"

Jiao hanya mengangguk kecil tanpa berkata apa-apa.

.
.
.

Bojing menaiki kudanya untuk pergi ke desa yang dicurigai tempat para pemberontak. Entah kenapa dia bisa menerima Jiao begitu saja, yang dia ingat dia sangat membenci gadis itu, lalu kenapa dia malah merasa berat meninggalkannya? Ada apa dengannya sebenarnya? Padahal dia hanya berpura-pura menerima Jiao tapi kenapa jika melihat senyum gadis itu dendamnya entah kenapa malah menguap? Dia bahkan sekarang bisa dengan tulus memberi senyuman pada Jiao.

"Hati-hati dijalan Bojing," seru Jiao melambaikan tangan, lihat senyum itu lagi.

Bojing mengangguk dan tersenyum serta menjalankan kudanya meninggalkan halaman istana bersama tiga orang prajurit pilihannya,

Gadis itu tersenyum, dan langsung memasuki kediamanannya, "Dayang Yu aku akan istirahat dan jangan mengangguku, siapapun itu," ujar Jiao yang langsung menutup pintu kamarnya.

.
.
.
.

Dayang Yu menatap matahari yang semakin terbenam, ini terlalu lama untuk istirahat, dia jadi khawatir,

"Kenapa wajahmu terlihat cemas dayang Yu? Ada masalah?" tanya Permaisuri Lie Huian beserta rombongannya mendatangi kediaman Jiao,

"Hormat hamba pada Yang Mulia permaisuri, semoga Anda selalu sehat dan diberikan umur panjang," ujar dayang Yu membungkuk hormat,

"Jadi?"

"Ya Yang Mulia. Hamba hanya khawatir karena Tuan Putri Jiao terlalu lama beristirahat, bahkan melewatkan makan siang," jawab dayang Yu,

Huian mengangguk, "Buka pintu kamarnya, jika aku yang masuk tak ada masalah," perintahnya,

Dayang kediaman Jiao langsung membukakan pintu, Huian memasuki kamar, menatap tempat tidur,

"Jiao, ini Ibunda, bangunlah." ujar Huian halus dan membuka selimut, betapa terkejutnya dia tak mendapati Jiao disana, melainkan seorang dayang yang terikat bahkan mulutnya disumpal kain,

"Dayang Yu..!!! Panggilkan prajurit!!" seru Huian panik.

.
.
.
.
.

Jiao kini diluar dinding istana, dengan menggunakan pakaian ala pria dan menuntun kuda yang dicurinya dari kandang istana.

Time Slip [END] (REUPLOAD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang