Chapter 4

717 82 23
                                    

Hangat sinar matahari memasuki celah-celah jendela, menerpa wajah damai jongdae yang masih terlelap dalam alam mimpinya.

Kedua kelopak mata jongdae mengerjap pelan kala hangat itu mengusiknya, memanggilnya untuk kembali dan terjaga.

Jongdae membuka matanya pelan, ia menggeliat kecil sebelum akhirnya bergerak memiringkan posisi tubuhnya.

Satu lengan jongdae mengusap pelan pada sisi kosong tempat tidur di sampingnya. Wajahnya terlihat kecewa. Namun, jauh di dalam dirinya pemuda itu tidaklah kecewa, ia hanya begitu merindukan istrinya.

"Dia juga tidak pulang tadi malam" gumam jongdae lirih.

Ya, sudah satu pekan terakhir yunmi tidak pulang ke rumah mereka. Bukan karena sebuah masalah melainkan karena kewajiban dari profesi wanita itu dan jongdae memahaminya. Hanya saja, sebagaimanapun ia mengerti. Tetap saja salah satu sisi dari dirinya memberontak.

Jongdae menghela nafas beratnya. "Apa semua orang di negara ini sakit ?"

"Apa tidak ada orang yang sehat saat ini ?"

"Mengapa orang-orang itu sakit dan merepotkan rumah sakit"

"Ouch! Harusnya mereka lebih menjaga kesehatan, dan keselamatan agar-. Agar istriku tidak perlu mengoperasi mereka"

Jongdae mengeluh putus asa. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan gontai menuju kamar mandi.

"Sebenarnya aku ini pria yang telah menikah atau apa ?" Keluhnya lagi.

Setelah selesai membersihkan diri. Jongdae melangkah menuju dapurnya. Lagi-lagi pemuda itu menghela nafasnya. Bahkan sarapan seorang diri sekarang terasa begitu berat, terlebih saat ini adalah akhir pekan dan jongdae tidak harus pergi ke kantornya.

Jongdae mengunyah roti panggangnya dalam keheningan. Masih dalam aktifitas mengunyahnya tiba-tiba terlintas sebuah ide di kepalanya. Pemuda itu tersenyum sesaat sebelum kemudian ia bersemangat menghabiskan sarapannya.

~

Jongdae terus saja menyunggingkan senyumnya. Dengan membawa paper bag di salah satu tangannya pemuda itu melangkah pasti menyusuri lorong demi lorong tempat dengan bau obat-obatan tersebut.

Langkah jongdae berhenti saat ia berada di depan pintu dimana tertulis di atasnya nama seseorang yang benar-benar ia rindukan.

Masih dengan senyum yang terus ia pertahankan, perlahan jongdae membuka pintu itu tanpa berniat mengetuk sebelumnya. Ya, ia ingin membuat sebuah kejutan.

Sret~

Senyum yang semula tersungging indah di bibir bersudut jongdae perlahan menghilang saat tidak di temukannya yunmi di ruangan tersebut.

Kembali jongdae hanya dapat menghela nafasnya putus asa.

"Bahkan menemuimu di tempat kerjamupun begitu sulit" gumam jongdae lemah. Pandangan pemuda itu turun menatap paper bag di tanganya.

Jongdae berbalik dan kembali mengambil langkahnya. Namun, baru beberapa langkah pemuda itu ayunkan seorang perawat berjalan melewatinya.

"Maaf-" sapa jongdae membuat perawat tersebut menghentikan langkahnya.

"Ya, ada yang bisa saya bantu tuan ?" Tanya perawat itu kemudian.

"Apa kau tau dokter yunmi dimana ? Emmm tadi- dia tidak ada di ruangannya" kata jongdae kemudian.

"Ya, dokter yunmi sedang berada di ruang istirahat setelah pagi tadi beliau baru saja melakukan operasi" jelas perawat itu.

"Ahh- dia pasti sangat lelah" gumam jongdae dalam hati.

Crush On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang