Vandalisme

145 13 0
                                    

"Ulah siapa lagi nih?!" lelaki itu nampak geram melihat bertambahnya coretan di patung hasil karyanya.

Padahal baru 6 bulan lalu ia mendapat kabar dari salah seorang temannya di kota ini kalau taman itu sudah di bersihkan oleh pemerintah kota dari segala coretan yang sempat mengganggu, sekalian menata kembali taman bunga yang ada di sana. Tapi nyatanya coretan itu kembali lagi.

Ia baru saja ingin memamerkan salah satu patung kontemporer hasil karyanya kepada wanita di sebelahnya. Patung yang meski tak banyak orang mengerti maknanya namun sangat indah di pandang. Beberapa minggu lalu patung itu resmi di pajang di taman ini. Mulai dari pintu masuk hingga ke dalam. Ia di minta mendesain beberapa patung unik sebagai penghias taman kota tematik. Segenap pemikirannya ia tumpahkan pada proyek tersebut. Dengan maksud agar semakin banyak orang yang mencintai karya seni. Karena seni adalah keindahan yang Tuhan berikan lewat tangan manusia ciptaannya. Wajar saja bila patung itu di anugerahi banyak pujian oleh para pengamat seni dan mampu mengantar taman ini menjadi taman kota terbaik di negeri ini. Tapi rupanya itu semua hanya tinggal kenangan. Kini benda itu sudah mulai usang dan terlihat kotor. Sebagian badannya bahkan telah tercuil. Padahal baru setahun tepatnya benda itu berada di situ.

"Sabar, Mas." wanita itu berusaha menenangkan.

"Aku susah payah bawa kamu ke kota ini untuk tunjukin hasil karyaku secara langsung. Tapi yang ku lihat malah seperti ini." raut muka lelaki itu berubah sedih.

Bella sayang Yuke. Toni cinta April. Boy love Angela. Aku padamu. SMA Mulia Hati Lulus 100%. XTM Boedi Pekerti Bangsa Yang Loehoer Cinta Damai. Dan masih banyak lagi tulisan dari spidol permanen serta sayatan yang terbaca di patung tersebut. Tulisan itu terlihat saling tumpuk. Di tambah bubuhan pilox di sana sini. Makin membuat hancur penampilan patung tersebut.

"Aku cuma sedih. Karena hasil karyaku malah nggak di hargai di negaraku sendiri." ujar lelaki itu lagi. Dirinya memang seorang seniman patung berbakat yang sering menerima proyek pembuatan patung di luar negeri. Tidak hanya membuat patung. Kadang kala ia juga suka membuat pop art yang sering di aplikasikannya di dinding. Tapi semua tergantung permintaan. Berbeda sekali dengan aksi vandalisme yang justru merusak seni.

"Mereka nggak ngerti seni. Bodoh!" rutuknya.

"Sabar, Mas. Inget nggak, waktu kita masih SMA ?" wanita itu mengajaknya memasuki dimensi waktu yang telah lama ia tinggalkan.

Membuat lelaki itu tersentak. Tak dapat berkata-kata lagi. Hanya mampu memandangi patung di hadapannya dengan sedih. Wanita itu telah mengingatkannya pada satu hal. Bahwa dirinya tak jauh berbeda dengan mereka. Yang tak pernah menghiraukan perasaan orang lain demi kesenangan pribadi. Yang menganggap bahwa coretannya tersebut adalah sebuah seni mengekspresikan diri, menaikkan pamor golongannya atau bahkan sebuah prasasti cinta. Dan tak pernah menyadari bahwa mindset-nya tersebut telah salah.

"Apa yang kamu rasakan saat ini, sudah lebih dulu di rasakan para pemilik tembok yang sudah kamu kotori." kalimat wanita itu datar namun sangat menusuk.

"Kita pulang sekarang." lelaki itu menarik lembut tangan kekasihnya.

"Loh. Kita kan belum keliling." sanggah sang wanita.

"Nggak usah. Aku nggak sanggup lihat karyaku yang rusak."

Wanita itu tersenyum lalu kemudian mengangguk. Mereka meninggalkan tempat itu.

∆∆∆

Suka kesel liat yang beginian di tempat umum.
Dikira bagus kali.

Tingkat keren seseorang gak di ukur dari coretan di dinding orang lain (gak hanya berlaku untuk dinding aja).

Mending kreatifitas kalian di alihkan ke hal positif. Siapa tau bisa jadi duit.

Sorry ya curcol. Hehehe.. Abiz gemes banget liatnya.

Buat yang bingung apa itu vandalisme. Berikut penjelasannya.


Sumber : Wikipedia


Contoh Patung Kontemporer.
Sumber : Google


Contoh lukisan pop art pada dinding.
Sumber : Google

Ceritaku Untuk DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang