Pagi itu pagi yang cerah, udara nya masih segar, daun banyak meneteskan airr karena hujan kemarin malam, tak lupa embun-embunpun menyapa hangat, sehangat matahari yang terbit perlahan dari ufuk timur tersenyum menyapa semesta alam. Pagi itu juga, Tristan berteriak-teriak penuh semangat memanggil Audrey untuk berangkat sekolah bersama.
"Audrey...!!Audrey...!!Dreyyyyy..!" Tristan berteriak tak beraturan. Sengaja ia tak mengetuk pintu.
"Iya kak. Bentaaarrr!!" teriak seseorang dari dalam. Siapa lagi kalau bukan si empunya nama.
"Eeheemm.." Tristan hanya berdehem. Tak lama kemudian pintu rumah terbuka, Audrey nyengir ke arah Tristan. Setelah mengunci pintu rumahnya dengan aman mereka pun berangkat dengan jalan kaki menuju halte bus.
Di perjalanan....
"Kak..?" panggil Audrey. Yang di panggil menoleh.
"Apa?!" jawab Tristan.
"Mau tanya, kemarin kan aku basket trus kak Edgar memperkenalkan diri dan beberapa anggota basket. Nah pas di akhir-akhir kak Edgar nyebut nama 'Aswin Abi Sena' katanya kak Aswin itu kapten tim basket, tapi dia nggak hadir kemarin. Emangnya orangnya yang mana sih, kok aku nggak tahu ya?" tanya Audrey panjang lebar, ia sepertinya penasaran dengan sosok Aswin itu.
"Oh. Kak Aswin, iya dia kapten basket di sekolah kita. Dia satu kelas sama Kak Edgar. XII MIA 1." jawab Tristan singkat.
"Ooohh. Orangnya gimana kak? Tinggikah? Kecekah? Pasti jago main basket" serbu Audrey dengan beberapa pertanyaan.
"Ngapain nanya-nanya? Jangan-jangan kamu naksir ya?!" selidik Tristan.
"Iiiihhh, ya enggak lah. Ketemu orangnya aja belum" Audrey membela diri.
"Kalo gitu ngapain nanya-nanya?" tanya Tristan kemudian.
"Kenapa? Gak boleh? Atau jangan-jangan...." Audrey menggantung perkataannya.
"Jangan-jangan apa?" tanya Tristan penasaran.
"Kak Tristan cemburu yaaaa..hahaha" ejek Audrey sambil tertawa terbahak-bahak. Seketika itu Tristan langsung mengacak-acak rambut Audrey yang telah tertata rapi itu menjadi seperti sarang burung. Audrey membalasnya dengan memukul pelan bahu Tristan. Sepanjang perjalanan mereka bertengkar kecil. Mesra memang.***
Jam pertama sudah disuguhkan dengan mata pelajaran yang Audrey benci, apalagi kalau bukan matematika. Ya terkadang matematika bisa membuat gila dengan berbagai rumus-rumus rumit yang entah itu berguna atau tidak dalam kehidupan sehari-hari. Entahlah.
"Sel, gue males nih pelajaran matematika" keluh Audrey pada sahabatnya itu.
"Yaelah drey. Sebegitunya lo benci ma matematika" Gisel geleng-geleng.
"Bukannya gitu sel. Gue males aja, mana materinya gue gak ngerti-ngerti lagi. Huuuftt.." gerutu Audrey sebal.
"Ya udahlah. Nikmati aja, tuh Bu Siska lagi serius banget nulis di papan tulis" ujar Gisel lalu membenarkan posisinya.
"Pasti materinya trigonometri lagi, trigono trigono apaan coba? yang ada tuh Triyono ketua RW di desa gue" gerutu Audrey, dengan terpaksa ia mengikuti pelajaran kali ini.***
Dua puluh lima menit berlalu, Bu Siska guru matematika yang terkenal masih muda dan cantik itu pun kehabisan tinta spidol untuk melukis di papan tulis, bukan melukis sebuah gambar atau sketsa yang indah, melainkan melukis deretan angka dan huruf yang di jamin membuat mata kita berkunang-kunang.
"Aduuhhh, ibu kehabisan spidol. Siapa ya yang piket hari ini? Bisa tolong ambilkan spidol di ruang TU, di sini spidolnya juga sudah habis semua." ujar Bu Siska meminta bantuan."Eh drey lo udah piket belum? Kayaknya lo belum deh" selidik Dita si seksi kebersihan di kelas X Bahasa.
"Hmmm...iya gue belum piket tadi, yaudah deh gue ambilin tuh spidol, demi lancarnya kegiatan pembelajaran ini." ucap Audrey.
"Okey, cepetan gih" suruh Dita.
sekalian gue juga mau cabut ujar Audrey dalam hati.Audrey pun mengucapkan pamit pada Bu Siska dan bergegas menuju ruang TU yang jaraknya memang cukup jauh dari kelasnya itu. Kesempatan ini tak disia-sia kan olehnya. Ia berjalan santai menikmati pemandangan sekolah, ia ingin refreshing dari seabrek rumus matematika.
"Permisi, Bu" ucap Audrey, sekarang ia sudah sampai di ruang TU.
"Iya" jawab seorang ibu guru.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Knight
Teen FictionCinta dan kagum dua kata yang berjalan searah namun berbeda tujuan. Seperti halnya Audrey gadis manis yang terjebak diantara dua perasaan itu, cinta dan kagum. Akankah Audrey memilih jalan yang paling tepat? Jalan yang bisa membuatnya tersenyum baha...