Three

9.5K 139 1
                                    

Sorry for typo.

---------------

Pukul 9 malam Ana terbangun dari tidurnya, tumben hari ini ia merasa nyenyak sekali tidurnya.

Mimpiku hari ini aneh, masa aku mimpi bersetubuh dengan Liam? Tapi entah mimpinya terasa nyata. Ah mungkin hanya hayalanku saja yang terlalu berlebihan.

Tunggu...

Mengapa aku tak memakai baju? OH PARAHNYA LAGI AKU TIDAK MEMAKAI APAPUN SAAT INI!!

Apa benar mimpiku itu nyata?!

Seketika Ana menegang. Ia mengingatnya bagaikan kaset yang terputar ulang kembali.

"Oh.. fuck- Liam."
"Ple-please...faster"

Ternyata itu beneran nyata, bukan mimpi atau halusinasinya.

Mahkota berhargaku telah diambil oleh lelaki yang baru saja ku kenal? ingin sekali rasanya menangis sekuat yang aku bisa tapi ia terlalu lelah saat ini untuk menangis.

Dimana lelaki itu sekarang? setelah merebut mahkotaku ia pergi begitu saja? dasar lelaki brengsek!! lihat saja jika bertemu denganku akan kubuat dia menjadi rempeyek udang!

Karena sibuk dengan fikirannya, Ana tidak sadar kalau sekarang Liam berada tepat di sebelahnya.

"pasti lagi nyumpahin ya?"

Ana kaget, lalu menoleh ke arah samping. Sejak kapan ia disitu? kok gak kedengeran suara pintu kebuka?

"loh kok?? sejak kapan kau disitu?! aku fikir kau akan pergi setelah berhasil mengambil mahkota ku satu satunya!" geram Ana

Liam terkekeh mendengar ocehan Ana yang menurutnya berlebihan. Pergi katanya? tidak melihat ia sehari saja sudah rindu setengah mati.

Liam merapatkan tubuhnya ke tubuh Ana, sehingga ia dapat merasakan kulit halus Ana menempel di kulitnya. Lihat? hanya bersentuhan saja sudah membuatnya berdiri.

"kenapa bisa berfikiran seperti itu hm? kalau boleh jujur, tidak melihatmu sehari saja sudah membuatku rindu setengah mati bagaimana jika aku pergi? mungkin mati?" jelas Liam

"cih dasar raja gombal. Pasti itu hanya akal bulusmu saja kan? begitu kau melihat yang lebih sempurna pasti kau melupakan aku!" sedetik kemudian ia menutup mulutnya.

'kenapa aku malah berbicara seperti itu? nanti dia malah berfikir kalau aku mengharapkan dia lagi' makinya dalam hati

Dibalik itu, Liam tersenyum penuh arti gemas dengan sikap Ana.

"tenang, aku gak akan ngelupain kamu gitu aja kok. Soalnya disini sudah ada benih cinta kita" kekehnya seraya mengelus perut Ana yang tidak memakai sehelai benang pun.

Ana merinding mendengarnya. "dasar kau otak mesum!"

"biarpun mesum tapi kau suka kan? apalagi begitu dengar suara desah--"

"cukup!!! ayo...sana aku mau mandi!" sengaja Ana memotong omongan Liam tadi, karena ia tak mau mendengarnya lebih rinci lagi.

"mandi bersama maksudmu?" goda Liam.

"in your dreams!" lalu berdiri dan menyeret selimut hingga kamar mandi.

Terdengar suara tawa dari arah luar yang ia yakini itu Liam.

"kau tau Ana? jalanmu sudah mirip seperti para petarung sumo saja!"teriak Liam lalu terdengar lagi suata tawa bahkan sekarang lebih kencang dari sebelumnya. Menyebalkan sekali!

Tak butuh waktu lama, Ana sudah keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk yang menutupi setengah tubuhnya.

Ia fikir dikamar tak ada Liam, ternyata dugaannya salah. Liam sedang duduk bersender dengan bantal sebagai ganjelannya dan sedang menatap Ana dari atas hingga bawah.

Marry my CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang