Mino mengelus lembut rambut yeoja yang berada di pelukannya ini. Yeoja itu tertidur pulas karena memang ini sudah hampir pagi.
Mereka berdua tengah berada di kamar pribadi Mino. Betapa bahagianya Mino untuk kedua kalinya dia bisa merayakan ulang tahunnya bersama dengan yeoja ini.
Mino berharap seterusnya mereka bisa terus bersama. Bukan suatu harapan tapi itu adalah usaha yang akan Mino realisasikan. Irene terlalu berharga, wanita itu bisa menerima masa lalu Mino yang buruk. Irene berani mengambil keputusan untuk membiarkan hatinya diambil Mino.
"Good morning chagi, mimpi indah ne." Mino mengecup bibir Irene singkat dan menyusul Irene tidur.
Mereka hanya tidur, tidur dalam artian sebenarnya. Jadi jangan salah paham. Seintim apapun yang mereka lakukan, Mino dan Irene mengerti batas-batasnya.
**
Irene mengetuk-ngetukan pelan pulpen yang ia pegang ke kepalanya, dia lagi sibuk melamun. Mino dan Irene sepakat mengadakan pernikahan sederhana di pinggir pantai. Tapi orang tua keduanya akan menghelat pernikahan akbar. Bukan soal biaya ataupun apa, tapi Irene cukup tau sibuknya Mino.
Agency Mino sedang berjaya. Menjadi agency hiphop lalu merambah dunia modeling dan menaungi beberapa aktor dan aktris besar. Bisa dipastikan kesibukan CEO utama yang dipegang Mino menjadikan Irene dan tunangannya itu tidak akan mempersiapkan segalanya bersama.
Irene tidak ingin menyiapkan segala sesuatunya sendiri. Mom dan ibu Mino berjanji akan membantu Irene, tapi dia tidak mau. Pernikahan ini adalah keadaan dia dan Mino akan mengikat janji suci dan memulai kehidupan baru langkah cinta mereka. Jadi menurut Irene, mereka berdua yang harus mempersiapakannya.
Mino belum tau masalah ini. Beberapa minggu ini pasangan yang sudah bertunangan selama dua bulan itu jarang bertemu. Komunikasi mereka masih berlanjut, tapi hanya bisa dhitung dengan jari selama beberapa minggu ini.
Bukan sekali dua kali Mino dan Irene seperti ini, awalnya Irene memahami segala kesibukan Mino karena dia adalah CEO besar. Tapi semakin lama semakin ke sini kesibukan Mino membuat Irene tersenyum miris.
Haruskah mereka menikah?
Mungkin ini adalah titik jenuh dari seorang Bae Irene. Dia tidak siap bila mereka sudah menikah Mino akan sering meninggalkannya sendirian seperti ini
, apalagi kalau mereka berdua mempunyai anak. Irene tidak ingin anak-anaknya kurang kasih sayang. Terlalu egoiskah Irene?Rasa-rasanya Irene berpikiran negative terus.
Dia ingin menenangkan dirinya, maka dari itu dia melihat Seulgi memasuki ruangannya."Ada apa Baechu? Kau tidak lihat di depan sedang ramai dan aku sibuk??" Seulgi bertanya dengan ketus.
Irene hanya tersenyum, "Seulgi~ya. Aku akan pergi beberapa hari. Aku titip cafe.ku padamu ya. Sudah kembalilah bila kau sedang sibuk."
Seulgi yang tadi sedang sewot karena cafe Irene lagi mode "ramai sekali" jadi menatap bos sekaligus sahabatnya ini heran. "Kau mau kemana? Are you ok??"
"I am oke. Aku ada beberapa urusan. Aku tinggal sekarang ya??" Irene yang sudah mengemasi barang-barangnya menepuk pelan bahu Seulgi dan berpamitan.
*
Setelah keluar dari cafe Irene menghubungi Momnya."Mom, aku ada beberapa urusan jadi aku tidak akan pulang hari ini. Aku sudah pamit jadi jangan mencariku ok??!"
Tanpa mendengar jawaban ibunya, Irene memutus sambungan telponnya dan melajukan mobilnya. Dia akan menjauh sebentar dari mereka semua.
Tidak lupa juga dia menonaktifkan ponselnya, dia tidak ingin diganggu oleh siapapun terutama tunangannya. Dia hanya ingin menjernihkan pikiran-pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALLO
FanfictionIrene Ketahuilah kau adalah anugrah tuhan yang dikirim untuk menemani hidupku yang membosankan ini. Mino Terima Kasih kehadiranmu membawa kesegaran tersendiri untuk hidupku yang juga membosankan ini haha. Cerita ada yang aku private, cuma aku suka...