Can I, mom?

9 2 0
                                    

Suatu pagi, terdengar suara "Owekk.. Oweekk...." Tanda bahwa kebahagiaan sedang memenuhi keluarga kecil kami. Kami saaaanngaaattt bahagia sekali. Sebab, telah lahir anggota baru di tengah-tengah kami. Bayi perempuan mungil yang lucu. Aku dan suamiku sepakat memberi nama Cayleen. Kelucuan Cayleen bertambah saat ia terus tersenyum ketika ada yang mengajaknya bicara.

Dua belas tahun kemudian,
Bayi perempuan yang mungil ini sudah beranjak remaja. Wajah Cayleen makin cantik saat ia tersenyum. Banyak orang menyukainya karena sifatnya yang supel dan humble.

Lima hari sebelum ulang tahun, Cayleen sakit panas tinggi. Perasaan takut dan cemas secara otomati memenuhi hatiku. Tiap malam aku mengganti air kompres dan berharap panas Cayleen cepat turun.

2 hari sebelum Cayleen berulang tahun, Cayleen terbangun pukul 00.00 karena haus. Setelah minum, aku menyarankan untuk segera tidur agar panasnya cepat turun. Tapi, dia tidak mau tidur. "Ma, Cayleen bisa ndak ya merayakan ulang tahun Cayleen yang ke 12 bersama teman-teman Cayleen ma?" tanya Cayleen padaku. Mendengar pertanyaan itu, hatiku terasa ingin menangis. Namun, ku tahan air mataku dan mengatakan bahwa Cayleen pasti bisa merayakan ulang tahunnya bersama teman-temannya walau aku tau panas masih belum turun 2 hari ini.

Keesokan paginya, saat aku periksa suhu tubuh Cayleen. Aku begitu senang karena panas Cayleen mulai turun. Dan aku membangunkan Cayleen perlahan agar makan bubur sehingga dapat minum obat.

Hingga malam, suhu tubuh Cayleen mulai kembali normal. Aku dan suamiku sangat senang. Segera kami merencanakan akan merayakan ulang tahun Cayleen besok malam di restoran favorit Cayleen dan mengundang teman-temannya.

Keesokan paginya, kami dikejutkan dengan kondisi Cayleen yang tiba-tiba memburuk. Suhu tubuhnya mencapai 39 derajat. Aku dan suamiku segera membawa Cayleen ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, Cayleen diperiksa dan saat diperiksa, hal yang mengejutkanku dan suamiku adalah Cayleen kejang-kejang dan memuntahkan darah yang cukup banyak. Melihat hal itu, seluruh tubuhku terasa lemas hingga tidak mampu lagi berdiri. Suamiku memegangiku dan mengajakku untuk berdoa,berserah pada rencana Tuhan.

Tepat pukul 05.00, Cayleen meninggalkanku dan suamiku. Saat itu aku dan suamiku terus menangis tidak percaya. Saat itu pula, pertanyaan Cayleen terngiang di pikiranku, "Ma, Cayleen bisa ndak ya merayakan ulang tahun Cayleen yang ke 12 bersama teman-teman Cayleen ma?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 15, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PastaWhere stories live. Discover now